Teori
ini diperkenalkan oleh Joseph Berger dan rekan-rekannya di Universitas Stanford
pada tahun 1972. Jika pada teori peran lebih mengkaji pada skala makro, yaitu
peran yang ditetapkan oleh masyarakat, maka pada teori ini berfokus pada kelompok
kerja yang lebih kecil lagi. Menurut teori ini, anggota-anggota kelompok
membentuk harapan-harapan atas dirinya sendiri dan diri anggota lain, sesuai
dengan tugas-tugas yang relevan dengan kemampuan mereka, dan harapan-harapan
tersebut mempengaruhi gaya interaksi di antara anggota-anggota kelompok tadi.
Sudah tentu atribut yang paling berpengaruh terhadap munculnya kinerja yang
diharapkan adalah yang berkaitan dengan ketrampilan kerjanya. Anggota-anggota
kelompok dituntut memiliki motivasi dan ketrampilan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang diharapkan bisa ditampilkan sebaik
mungkin.
Bagaimanapun
juga, kita sering kekurangan informasi tentang kemampuan yang berkaitan dengan
tugas yang relevan, dan bahkan ketika kita memiliki informasi, yang muncul
adalah bahwa kita juga harus mendasarkan harapan kita pada atribut pribadi dan
kelompok seperti : jenis kelamin, ras, dan usia. Dalam beberapa masyarakat
tertentu, beberapa atribut pribadi dinilai lebih penting daripada atribut lainnya.
Untuk menjadi pemimpin, jenis kelamin kadang lebih diprioritaskan ketimbang
kemampuan. Di Indonesia, untuk menjadi presiden, ras merupakan syarat pertama
yang harus dipenuhi.
No comments:
Post a Comment