Belajar pada hakikatnya
merupakan proses perubahan perilaku berkat adanya interaksi dengan lingkungan. Perubahan-perubahan
yang dipelajari biasanya memberi hasil yang baik bilamana individu mempunyai
motivasi untuk melakukannya, dan latihan kadang-kadang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam motivasi yang mengakibatkan perubahan dalam prestasi.
Akan tetapi perubahan-perubahan bukan hasil belajar, tapi akibat pengalaman
yang disebabkan motivasi.
Aktivitas belajar sangat
lekat dengan motivasi, perubahan sesuatu motivasi akan merubah wujud, bentuk
dan hasil belajar. Ada tidaknya motivasi belajar sangat berpengaruh dalam
aktivitas belajar itu sendiri dengan kata lain bahwa proses belajar akan
berhasil dengan baik apabila memiliki motivasi untuk melakukan aktivitas
belajar.
Dilihat
dari timbulnya motivasi, terdapat tiga kunci pokok yaitu : menggerakkan,
mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia. (Purwanto, 1990 : 72)
a. Menggerakkan
Menggerakkan
berarti menimbulkan kekuatan pada individu. Bila seorang siswa belajar,
diasumsikan bahwa di dalam diri siswa ada dorongan untuk memulai dan mengatur
aktivitasnya. Minat, sikap, dan kehendak, kesemuanya itu tergantung pada
individu. Sesuatu yang menarik siswa yang satu, mungkin tidak menarik minat
siswa yang lain. Tugas guru untuk menguatkan motivasi belajar siswanya, dan
menyadari bahwa betapa pentingnya menimbulkan motivasi belajar siswanya, sebab
siswa yang diberi motivasi belajar akan lebih siap belajar daripada siswa yang
tidak diberi motivasi belajar walaupun disadari bahwa motivasi yang datangnya
dari dalam lebih efektif daripada motivasi yang datangnya dari luar diri siswa.
b. Mengarahkan
Mengarahkan,
tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu atau berorientasi pada tujuan.
Misalkan, respon siswa dalam situasi belajar adalah selektif. Ini berarti bahwa
siswa tertentu merespon terhadap sesuatu hal, namun siswa yang lainnya tidak meresponnya.
Tingkah laku siswa diarahkan untuk mencapai tujuan, sehingga respon yang
dikembangkan guru adalah respon yang relevan dengan tujuan.
c. Menjaga dan Menopang
Menjaga
dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan
arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu. Kunci ini mengacu kepada
sesuatu kondisi yang berada di luar diri siswa. Misalnya hasil tes matematika
yang baik dapat mendorong siswa berbuat yang lebih baik lagi untuk menuju
tercapainya tujuan. Belajar yang dimotivasi dengan keberhasilan lebih baik
daripada belajar yang dimotivasi dengan kegagalan.
Bila
seseorang siswa belajar, diasumsikan di dalam diri siswa dan dorongan untuk
memulai, melaksanakan, dan mengatur aktivitasnya. Dorongan tersebut bergantung
pada masing-masing individu siswa.
Macam-macam
motivasi yang berkaitan dengan belajar adalah tentang kehendak, minat, sikap,
penghargaan diri, perasaan terlibat sebagai anggota dan perasaan mendapat
persetujuan. Macam-macam motivasi ini saling mempengaruhi. Bisa saja beberapa
macam motivasi bersamaan secara serentak ada dalam diri siswa atau seseorang,
dan motivasi-motivasi itu mungkin saling melengkapi, tetapi juga dapat terjadi
saling bertentangan. Dalam hal ini, guru harus dapat memberikan situasi belajar
yang dapat memungkinkan terjadinya motivasi-motivasi itu saling menunjang, sehingga
dapat menimbulkan tingkah laku yang dikehendaki.
Kehendak
adalah kemauan untuk mencari sesuatu tujuan khusus. Misalkan siswa ingin
mengerjakan soal latihan yang ada di buku pelajarannya. Segala tingkah lakunya
diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga kehendaknya menggerakkan
pencapaian tujuannya. Belajar seringkali sangat dipengaruhi oleh kesadaran
siswa akan keperluannya, untuk apa hal itu
dipelajarinya. Dengan demikian seorang guru harus membantu siswanya agar
kehendak siswa itu akan tersalur dengan wajar.
Minat
siswa terhadap suatu hal dapat terlihat dari keinginannya untuk mengetahui atau
belajar lebih banyak. Kemauannya untuk lebih terlihat atau melibatkan diri
dalam berbagai kegiatan yang berkenaan dengan hal yang menjadi minatnya. Siswa
yang mempunyai minat besar terhadap matematika akan merasa senang dan dengan
penuh perhatian mengikuti pelajaran matematika dan akan belajar dengan sepenuh
hati.
Dengan
demikian guru perlu berusaha untuk membangkitkan minat siswanya. Guru harus
sering mengkaitkan pembelajarannya dengan minat siswa berdasarkan tingkah laku
siswa dan hasil belajarnya. Siswa menaruh minat terhadap pembelajaran yang
disajikan guru terlihat dari perilaku siwa. Siswa akan menaruh perhatian,
tampak gembira, raut muka berseri-seri, dan hasil belajarnya akan lebih baik.
Apabila
guru kurang berhasil membangkitkan minat siswa, dapat diduga bahwa hasil
belajarnya akan kurang memadai atau bahkan mungkin gagal. Oleh karena itu guru
perlu berusaha menemukan hal-hal yang dapat memberi petunjuk tentang ada atau
tidak adanya minat siswanya yang belajar. Hal ini penting bagi guru karena
dapat merupakan masukan dalam merencanakan pembelajaran berikutnya.
Sikap
merupakan tingkah laku seorang individu yang bersifat emosional di dalam
menghadapi suatu hal tertentu. Sikap seorang siswa yang menyenangi matematika
berbeda dengan sikap siswa yang tidak merasa senang terhadap pelajaran
tersebut. Dengan demikian sikap merupakan motivasi juga. Dengan sikap
menyenangi matematika seringkali hasil belajar siswa baik dalam matematika, dan
ia akan berusaha secara maksimal untuk membela sikap yang dipilihnya.
Sebaliknya apabila seseorang mempunyai sikap tidak menyenangi matematika, hal
ini akan merupakan suatu hambatan dalam mempelajari pelajaran tersebut. Sikap
siswa terhadap pelajaran matematika dapat dilihat dari perhatian yang
sungguh-sungguh pada saat mengikuti pembelajaran matematika, menyelesaikan
tugas di sekolah dengan baik, berpartisipasi aktif dalam setiap pembelajaran,
dan menyelesaikan pekerjaan rumah pada waktunya. Tingkah laku siswa tersebut
adalah tingkah laku yang bersifat positif terhadap matematika. Sikap siswa yang
lain adalah sifat keingintahuannya terhadap matematika dan menghargainya.
Tingkah
laku pribadi kebanyakan terbawa oleh perasaan harga diri. Seseorang mencoba
berusaha mempertahankan harga dirinya dan ia cenderung tidak berbuat yang
merendahkan harga dirinya. Tentu saja harga diri ini tidak sama bagi setiap
orang. Misalkan seorang siswa mendapat kesulitan dalam penjumlahan pecahan,
maka ia biasanya menghindari pekerjaan semacam itu sebab merasa akan mengulangi
kegagalannya dan ini akan mengurangi harga dirinya.
Seseorang
pada umumnya merasa senang dilibatkan di dalam kelompoknya. Karena itu, peranan
konstruktif dari masing-masing individu perlu dikembangkan. Apabila seorang
guru akan memberikan tugas kelompok, yang harus diperhatikan adalah masalah
harus dapat diselesaikan bersama di dalam kelompok itu, harus dapat dipahami
dan dapat dikerjakan oleh setiap anggota kelompok itu, sehingga setiap anggota
kelompok dapat memberikan kontribusinya. Oleh karena itu sebaiknya kemampuan
matematika dari setiap anggota kelompok harus rata-rata atau homogen.
Seseorang
ingin dipandang penting itu adalah wajar. Perasaan yang demikian ini
berhubungan erat dengan rasa harga diri dan perasaan terlibat sebagai anggota.
Perasaan mendapat persetujuan ini dapat menjadi motivasi yang sangat kuat untuk
belajar.
Macam-macam motivasi yang
dikemukakan di atas saling mempengaruhi. Mungkin saja beberapa macam motivasi
bersamaan secara serentak ada pada diri seseorang. Dalam hal ini, boleh jadi
motivasi-motivasi itu saling melengkapi, ada juga yang saling bertentangan.
Guru harus memberikan situasi belajar sedemikian hingga saling menunjang antara
motivasi itu dan dapat menghasilkan jenis tingkah laku yang memang dikehendaki.
No comments:
Post a Comment