Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Wednesday, August 1, 2018

Hubungan Antara Lingkup Perkembangan Anak dan Tahapan Usia Perkembangan Anak dengan Jenis Permainan terhadap Kecerdasan Majemuk

A. Kecerdasan Majemuk Menurut Howard Gardner
1. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk menyimpan nada, mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh musik (Suyadi, 2009:162). Kecerdasan musikal berkaitan dengan merasakan, mengubah, dan membeda-bedakan berbagai format musik/nada, termasuk sensitivitas dalam merasakan ritme, tinggi rendah dan warna nada (Sefrina, 2013:84). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan musikal adalah kemampuan seseorang di bidang musik baik kepekaan dan penguasaan terhadap nada, irama, pola-pola ritme, tempo, instrument, dan ekspresi musik, hingga seseorang dapat bermain musik maupun menyanyikan lagu.
Tanpa kita sadari, kecerdasan musikal adalah kecerdasan yang paling awal tumbuh dan berkembang di dalam diri setiap manusia. Sejak lahir masih berada dalam kandungan, ia selalu mendengarkan “musik” alami, yakni detak jantung ibunya. Inilah yang menyebabkan anak-anak lebih menyukai musik klasik yang didominasi nada “bas”, dari pada musik modern yang didominasi nada “jazz”. Nada “bas” ini dikiranya adalah detak jantung ibunya sendiri. Menurut keterangan dokter, alat indera bayi yang berfungsi pertama kali adalah indra pendengaran. Menurut Tafsir dalam Suyadi (2009:225), Oleh karena itu, Islam mengajarkan untuk melantunkan “musik” adzan pada telinga kanannya dan iqamah pada telinga kirinya. Hal ini dimaksudkan agar gendang telinga anak mampu menangkap musik ilahiah (adzan dan iqamah) untuk pertama kalinnya sebelum musik-musik lain didengarnya.
Individu yang memiliki kecerdasan musikal menurut Armstrong dalam Musfiroh ( 2008: 5.5-5.7) memiliki sebagian atau seluruh indikator berikut:
1.        Memiliki suara yang merdu
Mereka memiliki suara yang relatif cocok untuk menyanyikan lagu. Individu ini memiliki warna suara yang enak didengar oleh telinga pendengarnya.
2.        Dapat mengenali dan menunjukan nada-nada yang sumbang
Mereka mampu menyesuaikan suara dengan nada pada musik. Suara mereka padu dengan iringan musik. Mereka dapat merasakan apabila ada ketidak cocokan antara suara dengan musik.
3.        Senang mendengarkan musik radio, piringan hitam, dan kaset
Mereka menghabiskan banyak waktu untuk mendengarkan lagu dan musik di berbagai tempat.
4.        Dapat memainkan alat musik
Mereka senang terhadap alat musik tertentu dan berusaha memainkan satu atau lebih alat musik. Mereka mungkin ahli dalam satu alat musik, mungkin pula menguasai berbagai alat musik.
5.        Mereka tidak nyaman apabila tidak mendengarkan/terlibat dengan musik kondisi sunyi menjadi tidak menyenangkan bagi mereka.
6.        Mampu mengingat lagu/musik dengan cepat dan akurat.
7.        Mudah mengikuti irama musik dengan alat perkusi sederhana.
8.        Mengenal nada-nada berbagai macam lagu atau karya musik.
9.        Sering mengetuk-ketukan jari secara berirama atau bernyanyi kecil.
Menurut Suyadi (2009:239) Indikator Perkembangan kecerdasan musikal pada anak usia dini berdasarkan usia 5-6 tahun yaitu Mampu bernyanyi secara koor (kelompok), mampu mengikuti gerak tari sebuah lagu sederhana, menyanyiakan lagu diiringi musik, mampu memainkan alat musik, mampu melukis dengan alat dan bahan bervariasi.

2. Kecerdasan Kinestetik (Kecerdasan Penggunaan Tubuh)
Kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk beraktivitas dengan menggerakkan anggota tubuh (Musfiroh, 2010: 9). Anak dengan kecerdasan kinestetik memiliki ciri-ciri: (1) Menonjol prestasinya dibidang olahraga; (2) Senang bergerak dan beraktivitas yang melibatkan gerak fisik; (3) Senang melakukan pekerjaan lapangan; (4) Gemar bongkar pasang mainan.
Kecerdasan kinestetik dapat dikembangkan dengan kegiatan melempar, menangkap, bermain bola, memanjat, bergelantung, menari, estafet, dan lain sebagainya (Musfiroh, 2010: 3). Stimulasi kecerdasan kinestetik terjadi pada saat anak bermain. Pada saat bermain itulah anak berusaha melatih koordinasi otot dan gerak. Stimulasi kinestetik terjadi dalam wilayah-wilayah berikut:
a.    Koordinasi mata-tangan dan mata-kaki, seperti menggambar, menulis, memaipulasi objek, menaksir secara visual, melempar, menendang, menangkap.
b.    Keterampilan lokomotor, seperti berjalan, berlari, melompat, berbaris, meloncat, mencongklak, merayap, berguling, dan merangkak.
c.    Keterampilan nonlokomotor, seperti membungkuk, menjangkau, memutar tubuh, merentang, mengayun, berjongkok, duduk, berdiri.
d.   Kemampuan mengontrol dan mengatur tubuh seperti menunjukkan kesadaran tubuh, kesadaran ruang, kesadaran ritmik, keseimbangan, kemampuan untuk mengambil start, kemampuan menghentikan gerak, dan mengubah arah (Catron & Allen, 1999: 64).
Menurut Gardner (2003) kecerdasan gerak-kinestetik mempunyai lokasi di otak serebelum (otak kecil), basal ganglia (otak keseimbangan) dan motor korteks. Kecerdasan ini memiliki wujud relatif bervariasi, bergantung pada komponen-komponen kekuatan dan fleksibilitas serta domain seperti tari dan olahraga. Menurut Armstrong (2005: 5) kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan fisik. Kecerdasan ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerakan tubuh dan keterampilan dalam menangani benda. Orang yang mempunyai kecerdasan kinestetik adalah orang-orang cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu.
Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2009: 188) kecerdasan kinestetik adalah suatu kecerdasan di mana anak mampu melakukan gerakan-gerakan yang bagus pada saat berlari, menari, membangun sesuatu, semua seni dan hasta karya. Dari berbagai penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan kinestetik adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk menggunakan seluruh anggota tubuh dalam berbagai kegiatan untuk mengasah keterampilan yang dimilikinya.


B. Permainan Yang Dapat Mengembangkan Kecerdasan Majemuk
1. Kecerdasan Musikal
a. Judul Permainan                  : Permainan Angklung
b. Alat dan bahan Permainan  : Angklung
c. Tujuan Permainan                : Anak mampu memainkan angklung sesuai nada
                                                  yang diinginkan
d. Cara Bermain                      :
Langkah-langkah dalam bermain alat musik angklung untuk mengoptimalkan kecerdasan musikal anak di antaranya yaitu:
1.    Guru memperkenalkan alat musik angklung kepada anak.
2.    Membagikan angklung kepada anak sesuai dengan nada yang tertera di badan angklung.
3.    Guru memperkenalkan tangga nada kepada anak 1=do, 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=si.
4.    Guru membariskan anak yang bernada sama satu baris mundur kebelakang dilanjutkan baris kelompok dua disamping dan seterusnya dapat membantu anak mengingat barisan nada diatonis “do, re, mi, fa, sol, la, si”. Dalam satu kelompok nada terdiri dari empat orang anak.
5.    Guru mengajarkan anak cara memegang angklung dengan benar agar angklung menghasilkan bunyi yang di inginkan.
6.    Guru mengajarkan anak cara membunyikan angklung setelah itu anak membunyikan angklung secara bersama-sama.
7.    Setelah itu guru menuliskan not angka di papan tulis sesuai dengan lagu yang akan dimainkan.
8.    Anak diajarkan membaca notasi angka yang ada di papan tulis.
9.    Guru mengajarkan anak membunyikan angklung sesuai dengan notasi angka yang ada di papan tulis.
10.  Guru menunjukan satu persatu notasi angka yang ada di papan tulis dan anak membunyikan angklung sesuai dengan notasi angka yang di tunjuk oleh guru.
11.  Guru menyanyikan lagu sambil menunjukkan notasi angka
12.  Anak memainkan angklung dengan lagu “Hujan”.
2. Kecerdasan Kinestetik
a. Judul Permainan                  : Games Ball
b. Alat dan bahan Permainan  : bola dari bahan plastik atau karet yang elastis
c. Tujuan Permainan                : Anak mampu melakukan gerakan melempar,
  menangkap dan menendang bola dengan tepat
d. Cara Bermain                      :
1) . Kegiatan sebelum bermain
Dalam kegiatan pemanasan, anak diajak untuk melenturkan otot-otot misal mengayunkan tangan, senam, dan meloncat dengan hitungan. Pemanasan berfungsi untuk menaikkan suhu tubuh anak, agar tubuh anak siap untuk melakukan berbagai gerakan fisik.
2). Kegiatan bermain
a) Kegiatan tahap awal
Untuk dapat melakukan games ball secara baik, anak harus mengetahui langkah-langkah misalnya posisi badan dan mengayun lengan. Setelah anak mengetahui langkah-langkah tersebut selanjutnya adalah mengajak anak untuk dapat mengintegrasikan seluruh gerakan dalam rangkaian gerakan yang dilakukan dalam sekali waktu.
b) Kegiatan tahap menengah
Pada kegiatan tahap menengah ini, anak sudah diberi kebebasan dalam melakukan kegiatan games ball, akan tetapi masih ada petunjuk ataupun arahan dari guru.
c) Kegiatan tahap telah matang
Pada kegiatan tahap matang ini, anak diminta melakukan kegiatan sendiri tanpa ada-ada dan petunjuk dari guru.
c. Kegiatan penutup
Kegiatan penenangan diberikan pada saat anak beristirahat dengan cara mengambil nafas.



C. Hubungan Antara Lingkup Perkembangan Anak dan Tahapan Usia Perkembangan Anak dengan Jenis Permainan
            Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Stimulasi yang diberikan pada anak usia dini sangat berpengaruh dan ikut menentukan kualitas sumber daya manusia. Apabila di usia dini seorang anak mendapat stimulasi yang optimal, maka anak tersebut akan tumbuh menjadi sosok individu yang berkualitas dengan potensi yang dimiliki.
Menurut Gardner dalam Musfiroh (2008:1.12) Anak usia dini memiliki sembilan kecerdasan yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan musikal, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Kesembilan kecerdasan tersebut perlu dikembangkan secara optimal sesuai dengan bakat yang ada pada anak, termasuk didalamnya kecerdasan musikal.
Musik memiliki pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan manusia. Salah satu istilah untuk sebuah efek yang bisa dihasilkan sebuah musik yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan intelegensia seseorang, yaitu “ Efek Mendengarkan Musik Mozart”. Setelah memasuki usia yag tepat untuk bermain anak dapat di perkenalkan dengan kegiatan bermain alat musik karena bermain memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual, bahasa dan prilaku. Dengan bermain anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indranya sehingga terlatih dengan baik. Bermain dapat berupa bergerak, seperti berlari, melempar bola atau kegiatan berpikir, seperti menyusun puzzle, mengingat kata-kata sebuah lagu atau nada sebuah lagu dengan menggunakan alat musik.
Kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan fisik. Kecerdasan ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerakan tubuh dan keterampilan dalam menangani benda. Orang yang mempunyai kecerdasan kinestetik adalah orang-orang cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu.
Kegiatan pembelajaran di TK hendaknya merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan pada anak untuk mengadakan penyelidikan,melakukan percobaan dan membuat penemuan bagi diri anak sendiri melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain yang ada disekitar anak, dan ini dapat diberikan pada anak melalui permainan yang terencana, bertujuan dan produktif.



DAFTAR PUSTAKA


Amstrong Tomas. 2005:21 Setiap Anak Cerdas! Panduan Membantu Anak Dengan Manfaat Multiple Intellegencenya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Garder, Howard 2003. Multiple intellingences, kecerdsan majemuk teori dan peraktik. Penterjemah Alexander Sendoru. Batam: Interaksara

Musfiroh, T. 2008. Kecerdasan Musikal dan Stimulasinya. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Musfiroh, T. 2010. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka

Sefrina, Rien. 2013. Pendidikan Seni Musik. Bandung: Maulana

Sujiono, Yuliani N., 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:Indeks

Suyadi. 2009:162. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:Gramedia


Pengertian dan Langkah-langkah Pengembangan Menjahit Jelujur Pada Pembelajaran di TK


1.  Pengertian Menjahit Jelujur                  
         Menjahit jelujur berasal dari dua kata. Yaitu menjahit dan jelujur. Menjahit adalah pekerjaan menyambung kain, bulu, kulit binatang, pepagan, dan bahan-bahan lain yang bisa dilewati jarum jahit dan benang. Menjahit dapat dilakukan dengan tangan memakai jarum tangan atau dengan mesin jahit.
            Jelujur adalah jahitan berjarak jarang-jarang. Biasa dilakukan sebagai jahitan sementara (tidak permanen) selama pembuatan baju. Bagian-bagian yang akan dijahit dijelujur dahulu, setelah tepat jatuhnya, jelujuran diganti jahit permanen. Bahasa Inggris : Baste, Basting. (sumber : kamus mode indonesia)
Itulah definisi jelujur yang diambil dari buku Kamus Mode Indonesia. Biasanya, kalau ada bagian baju yang sulit untuk dijahit permanen langsung menggunakan mesin, akan dibantu dengan jahitan bantu ini (jelujur), atau biasa dilakukan bagi mereka yang baru belajar menjahit.
            Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menjahit jelujur adalah jahitan sementara dengan tangan secara kasar (yang akan dibuka lagi setelah sebenarnya dilakukan).

2.  Langkah-langkah Menjahit Jelujur
1.      Kegiatan Pengembangan Menjahit Jelujur
            Kegiatan anak yang lebih banyak dilakukan sesuatu ditambah dengan kegiatan anak yang lebih banyak mendengar dan mengucapkan sesuatu. Dalam RKH 1 anak-anak akan menjahit jelujur dengan gambar bentuk segiempat atau kotak serta berbagai kegiatan yang berkaitan dengan tema kebutuhanku, sub tema tentang pakaian yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
2.      Pengelolaan Kelas
Penataan Ruang :
a.    Penataan diubah sehingga terdapat suasana yang berkelompok sesuai dengan warna tempat duduk
b.    Pengorganisasian anak : Posisi anak diubah menjadi bentuk berkelompok.
3.      Langkah-langkah perbaikan
a.  Guru mengadakan apersepsi :
1)   Guru menenangkan suasana anak dalam bentuk lingkaran.
2)   Guru mengadakan tanya jawab berdasarkan tema belajar.
3)   Guru memperlihatkan alat peraga (hasil menjahit yang dibuat oleh guru).
b.  Guru menjelaskan kegiatan menjahit jelujur dengan tali
1)   Guru memperlihatkan macam-macam bentuk benda yang akan digunakan untuk menjahit jelujur serta tali yang digunakan.
2)   Guru mengambil salah satu bentuk yang disukai oleh anak untuk dijadikan contoh cara menjahit jelujur.
3)   Guru memperlihatkan hasil jahitan jelujur kepada semua anak.
4)   Anak diberi kesempatan untuk memegangnya.
5)   Guru mempersilahkan anak untuk mencoba menjahit jelujur dengan memakai benda yang disukai oleh anak.
6)   Guru memfasilitasi dan memotivasi anak dalam kegiatan menjahit jelujur.
7)   Guru memberikan pujian kepada anak yang sudah berhasil menyelesaikan lanjutannya.
c.   Guru mengadakan penilaian
1)   Guru mengamati anak dalam mengerjakan kegiatan menjahit jelujur.
2)   Guru mencatat anak yang berkembang sangat baik, berkembang sesuai harapan, mulai berkembang dan dan belum berkembang dalam kegiatan menjahit jelujur.
3)   Guru memberikan penguatan dan motivasi kepada anak untuk mencoba lagi kegiatan menjahit jelujur.
           


            

Pendekatan dan Prinsip Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak


1.    Pendekatan Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK)
Pendekatan pembelajaran pada Pendidikan Taman Kanak-Kanak dilakukan dengan berpedoman pada suatu program kegiatan yang telah disusun sehingga seluruh perilaku dan kemampuan dasar yang ada pada anak dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Pendekatan pembelajaran pada anak TK hendaknya memperhatikan pada prinsip-prinsip pembelajaran.
2.    Prinsip Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK)
Adapun prinsip-prinsip pembelajaran di Taman Kanak-Kanak sebagai berikut:
a.    Pembelajaran berorientasi pada prinsip perkembangan anak.
Pembelajaran berorientasi pada prinsip perkembangan anak yaitu:
1)      Anak belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tentram secara psikologis.
2)      Siklus belajar anak selalu berulang.
3)      Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak–anak lainnya.
4)      Minat dan keingintahuan anak akan memotivasi belajarnya.
5)      Perkembangan dan belajar anak memperhatikan perbedaan individu.
b.   Berorientasi pada kebutuhan anak.
Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis (intelektual, bahasa, motorik dan sosio emosional). Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pemebelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek-aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.
c.    Bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.
Melalui bermain anak diajak bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Bermain bagi anak merupakan proses kreatif untuk bereksplorasi dapat mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Ketika bermain mereka membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya. Pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan bermain anak.
d.   Menggunakan pendekatan tematik.
Kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang dengan menggunkan pendekatan tematik dan beranjak dari tema yang menarik minat anak. Tema sebagai alat atau sarana atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep pada anak. Jika pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, ederhana serta menarik minata anak. Penggunaan tema dimaksudkan agara anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.
e.    Kreatif dan inovatif.
Proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Selain itu dala pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara dinamis. Artinya anak tidak hanya ebagai objek tetapi juga sebagai subjek dalam proses pembelajaran.
f.     Lingkungan kondusif.
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan sehingga anak selalu nyaman dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya mempehatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga dalam interaksi baik pendidika maupun dengan temannya dapat dilakukan secara demokratis. Selain itu, dalam pembelajaran hendaknya memberdayakan lingkungan sebagai sumber belajar dengan memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan kemampuan interpersonalnya sehingga anak merasa senang walaupun antar mereka berbeda (perbedaan individu). Lingkungan hendaknya tidak memaksaan  anak dari nilai-nilai budayanya yaitu dengan tidak membedakan  nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar. Penduduk harus peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.
g.    Mengembangkan kecakapan hidup.
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup. Pengembangan konsep kecakapan hidup didasarkan ata pembiasaan-pembiasaan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan untuk menolong dirinya sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya


Definisi Kecerdasan Majemuk ( Kecerdasan Matematis-Logis ) & Permainannya

A.       Deskripsi Kecerdasan Majemuk ( Kecerdasan Matematis-Logis )
a.       Definisi kecerdasan Matematis-Logis.
Kecerdasan matematis-logis didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Kemampuan ini, meliputi kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah, dan menciptakan sesuatu dengan angka dan penalaran (Amstrong,1999). Cerdas secara matematis–logis berarti cerdas angka dan cerdas dalam hukum logika berpikir.
Kecerdasan matematis-logis (sebelum ditemukan kecerdasan naturalis) mencakup beberapa macam pikiran, yaitu mencakup tiga bidang yang saling berhubungan, yakni matematika, ilmu pengetahuan (sains) dan logika.
Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Hubungan antara matematika dan logika adalah bahwa keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar. Hukum logika menjelaskan bagaimana argumentasi disusun, bukti dan syarat dinyatakan, serta kesimpulan dibuat. Hukum logika melahirkan pemikiran ilmiah karena hipotesis timbul atau melalui pengamatan dan diuji melalui percobaan (Lwin,et.al.,2005).           
b.      Komponen Kecerdasan Matematis-Logis.
Komponen inti dari kecerdasan matematis-logis meliputi kepekaan pada pola-pola dan hubungan logis, pernyataan serta dalil seperti “jika-maka” dan sebab-akibat, fungsi logis, dan abstraksi-abstraksi lain.
Kecerdasan matematis-logis memiliki proses yang khas. Proses tersebut meliputi:
1.         Katagorisasi, yakni penyusunan berdasarkan katagori, penggolongan berdasarkan kriteria tertentu.
2.         Klasifikasi, yakni penggolongan berdasarkan kaidah atau standar tertentu.
3.         Pengambilan kesimpulan.
4.         Generalisasi, yakni penyimpulan umum dari suatu kejadian, atau data.
5.         Penghitungan, yakni kegiatan numerical, seperti kalkulasi dan menghitung.
6.         Pengujian hipotesis, yakni kegiatan memeriksa dan mencoba sesuatu untuk mengetahui kebenaran dari pemikiran atau dugaan.
Kecerdasan matematis-logis meliputi juga kepekaan heuristic, yakni kepekaan untuk mempertanyakan hal-hal yang mengundang rasa ingin tahu. Kecerdasan ini, meliputi juga kemampuan menemukan alternatif solusi dari suatu masalah (sesederhana apapun masalah itu) dan kemampuan menemukan fitur-fitur (ciri khusus) sesuatu dari kegiatan mengamati.
c.       Sistem Neurologis kecerdasan matematis-logis.
Kecerdasan matematis-logis memiliki wilayah primer di hemisfer kiri bagian depan atau lobus frontal  dan himesfer kanan bagian atas atau pariental.
Lobus frontal pada otak sering dipandang sebagai area akademik atau kognitif. Lobus ini bertugas, antara lain berpikir, membuat perencanaan, memecahkan masalah dan melakukan penilaian. Lobus frontal pada hemesfer kiri memiliki tugas kalkulasi dan penghitungan yang rumit.
Lobus parietal adalah pusat sensorik. Dengan rasa seseorang dapat merasakan tangan, kaki, kepala, serta mengetahui posisi dari dalam ruangan, seperti kanan-kiri, depan-belakang. Inilah yang menjadi dasar pengertian lokasi yang sangat diperlukan dalam berhitung, penulisan bilangan, dan bentuk geometri (Markam,2003).
Description: C:\Documents and Settings\Administrator.LPKBIN-6A235CC8\My Documents\gbr otak_20170111_0001.jpg
 






Gbr otak





d.      Indikator Kecerdasan Matematis-Logis.
Kecerdasan matematis-logis mulai muncul pada masa kanak-kanak dan meledak pada masa remaja dan awal masa dewasa. Wawasan matematis tingkat tinggi akan menurun setelah usia 40 tahun (Amstrong, 2003).
            Kecardasan matematis-logis memiliki indikator, antara lain sebagai berikut:
1.      Dapat menghitung angka di luar kepala dengan mudah dan tepat.
Mereka yang mencapai perkembangan optimal mampu memecahkan soal matematika dari yang paling sederhana hingga perhitungan rumit.
2.      Menyukai bidang matematika dan atau ilmu pasti.
Mereka menikmati kegiatan berhitung, menggunakan rumus, senang mempelajarinya hingga mencapai tahap ahli.
3.      Senang bermain game atau memecahkan teka-teki yang menuntut penalaran dan berpikir logis.
Mereka mampu memenangkan permainan catur, mengisi teka-teki                                   silang dengan cepat dan baik, dan memiliki strategi-strategi yang lebih baik untuk permainan lain.
4.      Senang membuat eksperimen dari pertanyaan.
Mereka menggunakan hukum logika untuk membuat hipotesis dan mengujinya dengan eksperimen. Eksperimen membuat mereka menemukan bukti yang meyakinkan. Eksperimen menunjukan bahwa orang cerdas dalam matematis-logis tidak menyukai perkiraan, estimasi, dan pertanyaan yang menggantung.
5.      Selalu mencari pola, keteraturan atau ukuran logis dalam berbagai hal.
Mereka sangat tertarik dengan pola dalam geometri, mudah menemukan pola yang tersembunyi dari suatu peristiwa, mampu memecahkan masalah dalam kimia (pola atom), seni (pola dalam motif keramik, lukisan), dan tata surya (perputaran planet dalam garis orbit).
6.      Tertarik pada perkembangan-perkembangan baru di bidang sains.
7.      Tertarik pada banyak hal yang melibatkan penjelasan rasional.
Mereka cenderung hati-hati, tidak apriori dan mendengarkan penjelasan yang masuk akal.
8.      Mampu berpikir dengan konsep yang jelas, abstrak, tanpa kata dan gambar.
9.      Peka terhadap kesalahan penalaran dalam perkataan dan tindakan orang.
Mereka tidak mudah terkecoh oleh gaya bicara atau kharisma seseorang. Mereka mampu menemukan keganjilan yang paling halus yang tidak dapat ditangkap orang biasa.
10.  Senang apabila segala sesuatu diukur, dikategorikan, dianalisis, atau dihitung jumlahnya dengan cara tertentu
e.       Indikator Kecerdasan Matemtis-Logis Anak Usia Dini
Anak yang mempunyai kecerdasan matematis-logis cenderung berpikir secara numerik dan dalam konteks pola, urutan logis, sebab-akibat, dan kategorial (Gardner,1993). Anak-anak yang cerdas dalam matematis-logis cenderung terus bertanya dan ingin tahu tentang sebab-akibat suatu peristiwa atau gejala dilingkungannya, seperti mengapa ada petir, banjir, gempa bumi, dan gunung meletus. Mereka juga cenderung memilih permainan yang memerlukan pemikiran dan strategi.
Pada anak-anak, kecerdasan matematis-logis muncul dalam bentuk indikator berikut:
1.      Anak memiliki kepekaan terhadap angka, senang melihat angka (anak KB dan TK) cepat menguasai simbol angka dan pembilangan, mengidentifikasi dengan baik angka pada uang, serta mampu membilang dengan cepat ( usia TK ).
2.      Anak tertarik dan terlibat dengan komputer dan kalkulator. Anak (usia 2-3 tahun) suka bermain kalkulator, memencet-mencet dan senang melihat angka keluar. Anak usia 3-4 tahun dapat memainkan game sederhana, mengidentifikasi kesamaan angka di keypad dengan di layar. Anak usia 4-6 tahun dapat memanfaatkan kalkulator untuk menambah dan mengurang, tetapi masih kesulitan membaca angka dalam jumlah banyak (diatas ratusan).
3.      Anak sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sebab atau akibat suatu gejala atau fenomena, seperti ”mengapa catnya lengket ?” , “mengapa ada jentik-jentiknya ?”, “mengapa kepalanya pusing ?”. Anak usia 2-3 tahun sering mengajukan pertanyaan berulang, anak usia 3-4 tahun lebih banyak melakukan probing (atau pertanyaan mengejar), dan anak usia 4-5 tahun mampu bertanya dengan hipotesis yang didasarkan pada dugaan atau pengetahuan, seperti “ kalau hujan banjir ya?”.
4.      Anak menyukai permainan yang menggunakan logika, strategi dan pemikiran, seperti maze, catur. Anak usia 2-3 tahun sudah menunjukan minat terhadap permainan ini tetapi belum menunjukan kemampuan memainkannya. Anak usia 3-4 tahun sudah dapat bermain maze sederhana, tetapi masih cepat bosan apabila maze terlalu rumit. Mereka juga pura-pura bermain catur (tahu beberapa nama bidak catur, tapi belum dapat menunjukannya dengan benar dan belum menguasai aturan permainannya). Anak usia 4-6 tahun sudah tertarik dengan maze, tetapi belum dapat bermain catur dengan baik. Sebagian kecil anak dapat mengetahui beberapa aturan berjalan bidak catur, tetapi masih menggunakan strategi menyerang sederhana (hanya bertujuan memakan bidak sebanyak-banyaknya).
5.      Anak dapat menjelaskan masalah-masalah ringan secara logis seperti mengapa takut, mengapa perut menjadi kenyang, mengapa terjatuh dan mengapa teman menjadi marah. Anak usia 2-4 tahun dapat menjelaskan bahwa dia jatuh terkena batu, lapar karena belum makan, haus karena belum minum susu. Anak usia 4-6 tahun dapat menjelaskan peristiwa secara lebih logis, bahwa dia terjatuh karena tersandung batu karena dia berlari terlalu kencang dan tidak melihat batu.
6.      Anak dapat membuat memikirkan suatu akibat dan memikirkan eksperimen sederhana untuk membuktikan dugaan. Anak usia 2-4 tahun tahu kalau air diberi gula akan manis, air diberi garam akan asin. Anak usia 4-6 tahun  tahu kalau gula terlalu banyak minuman akan sangat manis.
7.      Anak menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan kemampuan konstruksi, seperti menyusun balok, memasangkan angka-angka dan memasangkan gambar. Usia anak dibawah 3 tahun dapat memasangkan angka dengan usaha yang keras.
8.      Anak suka menyusun sesuatu secara serial, kategori, dan hierarkial, seperti menata balok berdasarkan urutan besar hngga kecil, mengelompokan balok berdasarkan bentuk geometri. Anak yang ditengarai cerdas secara matematis-logis menunjukan pola pikir serial sejak usia 2-3 tahun.
9.      Anak mudah memahami penjelasan sebab-akibat dan mudah mencerna fenomena yang dilihat yang terkait dengan logika jika-maka dan sebab-akibat. Anak yang cerdas dalam matematis-logis lebih terlihat cepat paham terhadap penjelasan dan peristiwa yang dilihat langsung.
10.  Anak suka melihat buku yang memuat gambar-gambar pengetahuan alam, teknologi, trasportasi. Anak usia 2-6 tahun senang menikmati gambar-gambar yang memuat gunung berapi, lava pijar, gambar binatang, senang menikmati gambar berbagai jenis mobil, pesawat terbang, helikopter. Anak TK mengelaborasi kesenangannya ini dengan menirunya  menggambar.

B. Contoh jenis permainan yang dapat mengembangkan kecerdasan majemuk (kecerdasan matematis-logis ) untuk usia 4-5 Tahun.
1.         Judul permainan : Menyanyi Angka.
2.         Alat dan bahan permainan ( media ) : kertas karton, untuk membuat kartu angka, talikur.
3.         Tujuan permainan :
a.    Merangsang kepekaan anak terhadap angka.
b.    Mengenalkan nama angka.
c.    Memberikan pengalaman langsung menghubungkan nyanyian dengan simbol ( kartu angka ).
4.         Cara bermain :
a.         Bariskan anak, satu baris 8 anak.
b.        Setiap anak diberi kertas karton bertuliskan angka, masing-masing satu angka.
c.         Angka pertama mendapat angka 1. Anak kedua mendapat angka 2, anak ketiga mendapat angka 3, dan seterusnya.
d.        Tempelkan atau kalungkan kertas berangka tersebut pada semua anak (8 anak).
Ajak mereka bernyanyi :
“ 1,2,3,4,5,6,7,8.
Siapa rajin bersekolah, cari ilmu sampai dapat.
Sungguh senang, amatsenang.
Bangun pagi-pagi sungguh senang “.
e.         Anak menyebut angka yang dikalungkan padanya.


5.         Manfaat permainan :
a.         Memicu kreativitas anak.
b.        Mencerdaskan otak anak.
c.         Menanggulangi konflik bagi anak.
d.        Melatih empati.
e.         Mengasah panca indera.



















About

Popular Posts