Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Wednesday, June 17, 2020

Jawaban Soal Mata Kuliah PLPG


1. a. Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan SDM merupakan suatu cara dalam rangka meningkatkan kemampuan SDM agar dapat memenuhi kriteria yang dipersyaratkan oleh tempat kerjanya atau institusi tempatnya.
b. Cara yang dapat ditempuh agar SDM mempunyai tingkat kemampuan yang dipersyaratkan di tempat kerjanya adalah dengan mengadakan berbagai pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan tempat kerjanya.
c. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam membuat suatu program untuk meningkatkan kemampuan SDM yaitu sebagai berikut:
- Analisis user. Analisis berurusan dengan potensi peserta dan instruktur yang terlibat dalam proses. Pertanyaan-pertanyaan penting yang dijawab oleh analisis ini adalah siapa yang akan menerima pelatihan dan tingkat pengetahuan yang ada pada subjek, apa gaya belajar mereka, dan siapa yang akan melakukan pelatihan.
- Analisis kerja. Analisis dari tugas-tugas yang dilakukan. Ini adalah analisis tentang pekerjaan dan persyaratan untuk melakukan pekerjaan. Juga dikenal sebagai analisis tugas atau pekerjaan analisis, analisis ini berusaha untuk menentukan tugas pokok dan tingkat keterampilan yang diperlukan. Ini akan membantu memastikan bahwa pelatihan yang dikembangkan akan berisi link yang relevan dengan isi pekerjaan.
- Analisis konten. Analisis dokumen, hukum, prosedur yang digunakan pada pekerjaan. Analisis ini menjawab pertanyaan tentang pengetahuan atau informasi apa yang digunakan pada pekerjaan ini.. Informasi ini berasal dari manual, dokumen, atau peraturan. Adalah penting bahwa isi dari pelatihan tidak bertentangan atau bertentangan dengan persyaratan pekerjaan. Pekerja yang berpengalaman dapat membantu (sebagai ahli materi subjek) dalam menentukan konten yang sesuai.

2. a. kebutuhan adalah hal-hal yang menjadi keharusan untuk dimiliki oleh seseorang baik secara fisik maupun non fisik dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
b. Dengan melakukan identifikasi kebutuhan dalam membuat suatu program maka akan dapat diketahui hal-hal apa saja yang menjadi kebutuhan dalam membuat suatu program. Hal-hal tersebut kemudian dipersiapkan dalam rangka pelaksanaan program
c. Model dalam melakukan identifikasi kebutuhan yaitu :
(1)    Model Eksternal. Kebutuhan diklat pada model ini dilihat dari luar organisasi. Aktivitas dimulai dengan melihat manfaat dari hasil didik bagi masyarakat atau organisasinya.
(2)    Model Internal. Kebutuhan diklat pada model ini dilihat dari dalam organisasi. Aktivitas dimulai dengan analisis kesenjangan antara tingkah laku dan keberhasilan pegawai dalam melaksanakan tugas, dibandingkan dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
(3)    Model Gabungan. Model ini mengacu pada model sistem organisasi bahwa sesuatu terjadi di dalam organisasi tidak dapat lepas dari apa yang terjadi di luar organisasi (lingkungan eksternal mempengaruhi lingkungan internal).

3. Pelatihan dilihat dari Kebutuhan individu karena adanya suatu kegiatan pelatihan melibatkan individu-individu sebagai peserta pelatihan. Berkaitan dengan siapa dan jenis diklat apa yang diperlukan. Kebutuhan Diklat tingkat individu dapat disusun dengan mempergunakan TNA Tool (Training Needs Assessment), yakni dengan membandingkan kesenjangan standar kompetensi dalam jabatan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seorang PNS yang bekerja dalam unit jabatan tersebut. Suatu pelatihan juga dilihat dari institusi/tempat kerja dari peserta pelatihan. Misalnya peserta pelatihan berasal dari institusi perbankan, maka yang dibutuhkan adalah informasi atau keterampilan yang ada hubungannya dengan perbankan.

4. Rencana Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
a. Jenis Pelatihan : Pelatihan Menyanyi
b. Latar belakang : adanya kebutuhan akan kemampuan untuk melatih menyanyi bagi para guru anak usia dini khususnya dalam rangka memberikan materi menyanyi bagi anak usia dini di lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam rangka meningkatkan kemampuan seni anak.
c. Sasaran pelatihan : Yang menjadi sasaran pelatihan adalah Guru PAUD.
d. Kegiatan : Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan berupa pelatihan Menyanyi
e. Jenis dan Sumber informasi :
jumlah peserta, waktu pelaksanaan, materi, Sumber informasi : Dinas Pendidikan dan IGTKI
f. Teknik Pengumpulan Data dan Penilaian Informasi :
Teknik Pengumpulan data : Observasi Penilaian informasi : Primer dan Sekunder
g. Jadwal Pelaksanaan :
Adapun jadwal pelaksanaan pelatihan pada saat hari non efektif sekolah.
h. Biaya : Biaya menjadi faktor yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelatihan. Biaya yang diperlukan diantaranya biaya material berupa perlengkapan dan peralatan, biaya honor tutor/instruktur pelatihan dan biaya lainnya.
i. Pelaporan : Setelah kegiatan identifikasi kebutuhan  pelatihan dilaksanakan dibuatlah suatu pelaporan yang diajukan kepada berbagai pihak yang berkaitan dengan program pelatihan yang akan dilaksanakan seperti dinas pendidikan, IGTKI dan Lembaga PAUD.

Jawaban Soal Metode Pengembangan Matematika Untuk AUD




1.    Pengembangan matematika pada anak usia dini merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, mendorong anak untuk mengembangkan berbagai potensi intelektual anak yang dimilikinya dapat dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan berbagai sikap dan prilaku positif dalam rangka meletakan dasar-dasar kepribadian sedini mungkin seperti sikap kritis, ulet, mandiri, ilmiah, rasional dan lain sebagainya
2.    Tahap Perkembangan anak dalam pengembangan matematika untuk anak usia dini
a.     Pengenalan kuantitas
Anak-anak menghitung sejumlah benda yang telah ditentukan. Dilakukan secara bertahap, 1-10 kemudian 11-20.
b.    Menghafal urutan nama bilangan
Menyebutkan nama bilangan dalam urutan yang benar.
c.     Menghitung maju
Menghitung dua kelompok benda yang digabungkan dengan cara:
-        Menghitung semua, dimulai dari benda pertama sampai benda terakhir
-        Menghitung melanjutkan
-        Menghitung benda dengan cara melanjutkan dari jumlah salah satu kelompok.
Hal ini dapat dilakukan bila anak sudah dapat membedakan kelompok yang lebih banyak dan lebih sedikit dengan baik.
d.    Menghitung mundur
Menyebutkan bilangan satu atau lebih kurangnya dari bilangan sebelumnya. Berhitung mundur dapat dilakukan dalam operasi pengurangan, namun efektif bila pengurangan angka menggunakan angka kecil saja. Apabila angka besar, berhitung mundur hanya akan menyulitkan anak-anak.

3.    Model Pengembangan Matematika dengan Pemanfaatan Media Untuk Pengenalan Matematika Anak Usia Dini Media yang dapat digunakan untuk pembelajaran pengenalan matematika anak usia dini:
1.    Media visual
Adalah media yang hanya dapat dilihat.Yang termasuk dalam media ini, misalnya gambar, kartu angka, flashcard, benda tiga dimensi (dadu angka, balok, menara ngka, pohon hitung), model realia/ benda nyata, dll.
2.    Media audio visual
Adalah alat-alat yang ”audible” artinya dapat didengar dan yang ”visible” artinya dapat dilihat. Misalnya pembelajaran dengan multimedia, televisi, CD Pembelajaran matematika, dll.

Pengertian Pelatihan dan Pengembangan



Wexley dan Yukl (1976 : 282) mengemukakan : “Pelatihan dan Pengembangan adalah kondisi yang tepat untuk berencana upaya mendisain memudahkan acquisiton dari keterampilan relevan, pengetahuan, dan sikap oleh anggota organisasi.
Selanjutnya Wexley dan Yukl menjelaskan pula : “pengembangan difokuskan untuk meningkatkan hubungan pembuatan keputusan dan keterampilan manusia dari tingkat tengah dan bagian atas manajemen, sementara pelatihan melibatkan tingkat karyawan yang lebih rendah dan perwakilan berdasarkan fakta dan pembahasan objek yang kecil”.
Pendapat Wexley dan Yukl tersebut lebih memperjelas penggunaan istilah pelatihan dan pengembangan. Mereka berpendapat bahwa pelatihan dan pengembangan merupakan istilah-istilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana, yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan, dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi.
Pengembangan lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan dalam pengambilan keputusan dan memperluas hubungan manusia (human relation) bagi manajemen tingkat atas dan manajemen tingkat menengah sedangkan pelatihan dimaksudkan untuk pegawai pada tingkat bawah (pelaksana).
Istilah pelatihan ditujukan pada pegawai pelaksana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis, sedangkan pengembangan ditujukan pada pegawai tingkat manajerial untuk meningkatkan kemampuan konseptual, kemampuan dalam pengambilan keputusan, dan memperluas human relation.
Mariot Tua Efendi H (2002) latihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai.
Selanjutnya mariot Tua menambahkan pelatihan dan pengembangan merupakan dua konsep yang sama, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Tetapi, dilihat dari tujuannya, umumnya kedua konsep tersebut dapat dibedakan. Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk malakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini, dan pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja.
Sjafri Mangkuprawira (2004) pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Sedangkan pengembangan memiliki ruang lingkup lebih luas. Dapat berupa upaya meningkatkan pengetahuan yang mungkin digunakan segera atau sering untuk kepentingan di masa depan. Pengembangan sering dikategorikan secara eksplisit dalam pengembangan manajemen, organisasi, dan pengembangan individu karyawan. Penekanan lebih pokok adalah pada pengembangan manajemen. Dengan kata lain, fokusnya tidak pada pekerjaan kini dan mendatang, tetapi pada pemenuhan kebutuhan organisasi jangka panjang.
Menurut Sondang P Siagian (2008), letak penting pengembangan sumber daya manusia adalah pada kemampuan pegawai baru yang digabunug dengan program pengenalan dan pelatihan tertentu belum sepenuhnya menjamin hilangnya kesenjangan antara kemampuan kerja dan tuntutan tugas.
Pengembangan manajemen merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kinerj amterial dengan menanamkan pengetahuan, merubah sikap atau meningkatkan keahlian (Dessler, 2000). Tujuan akhir pengembangan manajemen adalah meningkatkan kinerja organisasi itu sendiri di masa yang akan datang.

Penyusunan Rencana Pelatihan



Sebagai langkah awal, mengelola program pelatihan adalah penjajagan dan analisis kebutuhan pelatihan, baik kebutuhan pelatihan yang bersifat kelembagaan, kesatuan unit dalam lembaga atau kebutuhan pelatihan yang bersifat individual. Kebutuhan pelatihan ini dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu kebutuhan yang ada saat ini maupun kebutuhan pelatihan di masa yang akan datang, sebagai akibat adanya berbagai perubahan. Di sisi lain, langkah ini disertai pula dengan identifikasi sumber daya yang dimiliki sehingga memungkinkan permasalahan tersebut dapat dipecahkan.
Mengingat adanya berbagai keterbatasan, baik keterbatasan dana maupun keterbatasan lain, perlu pula ditempuh berbagai langkah untuk menetapkan skala prioritas, dengan menguji "bagian atau unit manakah atau siapa saja dan posisi apa saja" yang perlu diprioritaskan dengan jalan melakukan analisis jabatan atau analisis posisi melalui analisis tugas, uraian tugas, dan analisis spesifikasi tugas, kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap pengetahuan, ketrampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi "standar" yang diharapkan dalam uraian tugas yang ada. Berdasarkan hasil analisis ini, langkah berikutnya menetapkan "siapa" atau "calon peserta" yang potensial untuk mengikuti program pelatihan.
Dari rangkaian kegiatan tersebut, secara garis besar sudah dapat teridentifikasi "isi" atau "materi" pelatihan yang diharapkan untuk dapat memenuhi persyaratan berdasarkan dalam "uraian tugas" dan "tujuan lembaga". Kemudian langkah terperinci dan spesifik dapat disusun dalam tahapan-tahapan perencanaan pelatihan.
Dalam mendasain dan merencanakan program pelatihan, hendaknya dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan berbagai pihak terkait, terutama pihak manajemen untuk memperoleh komitmen lebih jauh guna "menciptakan situasi yang mendukung dalam implementasi dan pasca pelatihan. Keterlibatan dan komitmen semua pihak, terutama pihak manajemen, akan menjadi kunci keberhasilan program pelatihan. Pepatah mengatakan bahwa "perencanaan yang baik berarti setengah pekerjaan telah terselesaikan". Pada umumnya, perencanaan pelatihan lebih banyak membutuhkan waktu daripada pelaksanaannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan program pelatihan, antara lain: (1) latar belakang kegiatan, (2) tujuan pelatihan; (3) peserta pelatihan; (4) biaya/sumber dana; (5) waktu dan tempat pelatihan, (6) jadwal pelatihan (waktu, materi, dan pemateri); (7) susunan panitia pelaksana; (8) tata tertib; dan (9) narasumber. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penyelenggara pelatihan yang menyangkut komunikasi, logistik, fasilitator, peserta dan prasarana pendukung lainnya.
Terakhir adalah evaluasi pelatihan dan tindak lanjut. Banyak pelatihan yang dilakukan hanya menyelenggarakannya saja, setelah itu tidak ada tindak lanjutnya. Evaluasi pelatihan dan tindak lanjut sangat penting untuk mengetahui berbagai kekurangan, kelemahan, dan kelebihan, baik penyelenggaraan pelatihan maupun proses yang terjadi (Stufflebeam & Shinkfield, 1985). Dalam melakukan penilaian terdapat kegiatan menentukan nilai suatu program (judgement). Objek evaluasi adalah program yang hasilnya memiliki banyak dimensi, antara lain, kemampuan, kreativitas, sikap, minat, dan keterampilan. Melalui evaluasi dan tindak lanjut, pelatihan dapat diketahui manfaat dan dampaknya.


MAKALAH EFEKTIVITAS BELAJAR


A.    PENDAHULUAN
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan belajar mengajar banyak faktor yang memegang peran antara lain guru dan siswa sebagai pelakunya, proses belajar mengajarnya itu sendiri, fasilitas pendukung yang tersedia, lingkungan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar tersebut dan lain sebagainya.
Dalam suatu proses belajar mengajar seorang guru memegang peranan penting yaitu memberikan bantuan kepada murid untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan bantuan guru diharapkan murid akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang diberikan.
Gambaran umum tentang efektivitas mengajar ditandai oleh gurunya yang selalu aktif dan muridnya secara konsisten aktif belajar. Dalam lingkungan pembelajaran yang efektif, murid tidak bekerja sendiri melainkan selalu diawasi oleh gurunya dan mereka tidak banyak waktu yang terbuang begitu saja: murid jarang pasif. Jalannya aktivitas belajar begitu aktif, sibuk, dan menantang bagi murid akan tetapi tetap masih berada diantara tingkat perkembangan dan kemampuan muridnya. Yang pada akhirnya murid dapat menerima pesan atau instruksi dari gurunya dengan baik dan dapat melakukan latihan secara independen mempelajari sesuatu sesuai dengan tujuan pembelajarannya.
Berdasarkan hal tersebut, pada makalah ini penulis akan menguraikan  mengenai efektivitas pembelajaran dan faktor yang mempengaruhinya.

B.    PEMBAHASAN
1.     Pengertian Efektivitas
Hingga saat ini belum ditemukan secara rumusan final tentang istilah efektivitas, dikarenakan setiap orang memberi arti yang berbeda-beda, mereka memandang dari sudut yang berlainan tergantung dari kepentingan dan dari sudut mana efektivitas tersebut dilihat.
Gibson, Ivancevich, dan Donnelly mendefinisikan efektivitas adalah pencapaian sasaran dan upaya bersama (2006: 38). Sedangkan menurut Komariah (2010: 34) yang dimaksud efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran atau tujuan (kualitas, kuantitas dan waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan, efektivitas adalah sama dengan hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan.
Adapun dalam KBBI (2008: 352) efektivitas adalah berarti ada efeknya (Akibatnya, pengaruhnya, kesanya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil. Penilaian yang di buat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok organisasi, makin dekat pencapain prestasi yang diharapkan semakin lebih efektif hasil penilainya.
Sehingga efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil memanfaatkan sumber daya alam usaha mewujudkan tujuan operasional. Efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari angggota. Selanjutnya Lipham dan Hoeh meninjau efektivitas dari segi pencapaian tujuan seperti dikemukakan: effectiveness relates to the accomplishment of the cooperative purpose, which is social and non personal in character. Dikatakan bahwa efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan bersama bukan pencapaian pribadi. Artinya suatu oragnisasi dikatakan efektif bila tujuan bersama dalam organisasi dapat dicapai. Suatu organisasi belum dikatakan efektif meskipun tujuan individu yang ada di dalamnya dapat terpenuhi (Kusnadi, 2002: 18).
Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Masalah efektivitas biasanya berkaitan erat dengan tingkat perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun.
2.     Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: pertama, belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa dan mengajar yang berorientasi apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua, aspek ini akan berkaloborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung (Jihad, 2010: 11).
Senada apa yang dikatakan Jihad, Suherman (Jihad, 2010:11) mengatakan juga bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Maka dari hal itu, pembelajaran baik secara konseptual maupun operasinal, adalah konsep-konsep komunikasi dan perubahan sikap akan selalu melekat pada pembelajaran. Komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para partisipisan/ siswa menciptakan dan saling bebagi informasi satu sama lain guna mencapai pengertian timbal balik (Jihad, 2010:11). Dalam pengertian tersebut proses komunikasi sekurang-kurangnya harus melibatkan dua orang.
Proses komunikasi dalam pembelajaran melibatkan dua pihak yakni pendidik dan peserta didik. Pendidik memegang peranan utama sebagai komunikator dan peserta didik memegang peran utama sebagai komunikan. Dalam praktiknya kedua peran itu dilakukan oleh kedua belah pihak yang pada gilirannya bertukar peran menjadi pemberi dan penerima informasi. Itulah yang disebut dengan berbagai informasi dalam komunikasi pembelajaran (Jihad, 2010:11).
Hamalik (Jihad, 2010: 12) mengutarakan bahwa pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Implikasi dari pengertian pembelajaran tersebut ialah pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku peserta didik.
Implikasi lainya adalah peserta sebagai organisasi yang hidup, maksudnya peserta didik memiliki berbagai potensi potensi yang siap berkembang, misalnya: kebutuhan, minat, tujuan, intelegensi, emosi dan lain-lain. Tiap individu peserta didik mampu berkembang menurut pola dan caranya sendiri. Mereka dapat melakukan berbagai aktivitas dan mengadakan interaksi dengan lingkungannya, dimana aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri peserta didik. Guru berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu maju kearah yang diinginkan (Jihad, 2010:12).
Sedangkan menurut Usman (Jihad, 2010:12) pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari uraian diatas terlihat bahwa proses pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses kegiatan, yaitu terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Senada dengan apa yang diungkapakan oleh Syahidin (2005: 3) bahwa pembelajaran atau pendidikan bukan sekedar transfer informasi tentang ilmu pengetahuan dari guru kepada murid, melainkan suatu proses pembentukan karakter. Menurut beliau ada tiga misi utama pembelajaran atau pendidikan yaitu pewarisan pengetahuan (transfer of knowledge), Pewarisan Budaya (transfer of culture), dan pewarisan nilai (transfer of value). Sebab itu, pembelajaran atau pendidikan bisa dipahami sebagai suatu proses transformasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
3.     Efektivitas Pembelajaran
Suharsimi Arikunto (2009: 294) dalam bukunya Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan memaparkan, bahwa untuk melihat efektif tidaknya suatu pembelajaran harus melihat beberapa komponen yang sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Komponen-komponen yang perlu diperhatikan itu adalah, input (masukan), materi atau kurikulum, guru, metode atau pendekatan dalam mengajar, sarana (media), lingkungan manusia, dan lingkungan bukan manusia.
Selanjutnya, Widoyoko (2010: 15) memaparkan bahwa suatu program tidak dapat lepas dari segi pelaksanaannya, maka evaluasi terhadap suatu program akan menyangkut berbagai hal yang terkait, baik yang menyangkut kualitas masukan, kualitas proses maupun kualitas hasil pelaksanaan program Dari hal itu, maka untuk melihat keefektifan sebuah pembelajaran harus melihat dan mengevalusai setidaknya empat komponen pembelajaran (contect input- process-product). Selanjutnya peneliti akan memaparkan berdasarkan urutan sistem, yaitu:
a.      Konteks (contect) Pembelajaran
Dalam contect/perencanaan pembelajaran Jihad (2010: 38) menjelaskan bahwa perencanaan pembelajaran harus memperhatikan penetapan tujuan, merancang strategi pembelajaran, mempersiapkan sumber daya organisasi, dan rencana logistik dan melakukan evaluasi pembelajaran. Sa’ud (2005:15) menjelaskan bahwa perencanan pendidikan/pembelajaran pada dasarnya berpusat pada tiga komponen utama, yaitu:
1)     Dengan perencanaan itu ditunjukan (visi, misi, dan sasaran) apakah yang harus dicapai?
2)     Bagaimanakah perencanaan itu dimulai?
3)     Bagaimanakah cara mencapai tujuan (visi, misi, dan sasaran) yang harus dicapai itu?
Kembali Sa’ud (2005:33) mengungkapkan bahwa perencanaan dalam sebuah pembelajaran/organisasi dipandang penting dan diperlukan, ini dikarenakan:
1)     Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan.
2)     Dengan perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan juga mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedini mungkin.  Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi yang terbaik.
3)     Dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi, termasuk pembelajaran/pendidikan.
b.     Masukan (input) Pembelajaran
Input pembelajaran adalah segala masukan yang dibutuhkan untuk terjadinya proses pembelajaran guna mendapatkan output yang diharapkan. Input dapat didentifikasi mulai dari manusia (man), uang (money), material/ bahanbahan (materisals), metode (methods), dan mesin-mesin (machines) (Komariah, 2010: 2).
c.      Proses (process) Pembelajaran
Suatu proses pembelajaran dikatakan efektif, bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Bagi pengukuran suksesnya mengajar, syarat utamanya adalah hasilnya, tetapi harus pula diingat bahwa dalam menilai atau menerjemahkan hasil itu pun secara cermat dan tepat, yaitu dengan memperhatikan bagaimana prosesnya.
Winarno (Suryosubroto, 2009: 29) memaparkan bahwa, proses pembelajaran adalah proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di pendidikan di sekolah. jadi, pelaksanaan pengajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
Suryosubroto (2009: 32) dalam bukunya proses belajar mengajar di sekolah memaparkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu: membuka pelajaran, menyampaikan materi pelajaran, menggunakan metode mengajar, menggunakan alat peraga, pengelolaan kelas, dan menutup pelajaran.
d.     Hasil (product) Pembelajaran
Pendidikan adalah investasi (investment human capital) sehingga keberadaannya harus terkait dengan hasil atau keluaran yang bermanfaat/ menguntungkan secara finansial dan sosial. Apabila ditinjau dari sudut lulusan, hasil sekolah atau lembaga pembelajaran adalah lulusan yang berguna bagi kehidupan, yaitu lulusan yang berguna untuk dirinya, keluarganya, dan lingkungannya, artinya hasil pendidikan yang selama ini dijalani siswa untuk menjadi suatu yang berguna dan bermanfaat (benefit) (Komariah, 2010: 6).
Namun selain dengan sistem evalausi ada juga yang melihat efektif tidaknya suatu pembelajaran dengan melihat kreteria-kreteria tertentu yang telah ditentukan sebelumnya, sebagimana Raiser Robert (Jihad, 2010: 13) memaparkan bahwa pembelajaran akan efektif apabila melihat kondisi-kondisi dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)     Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar (belajar untuk memahami, belajar untuk berkarya, dan melakukan kegiatan nyata) secara maksimal.
2)     Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam prose kontruksi, dekontruksi dan rekontruksi pengetahuan, sikap, dan kemampuan.
3)     Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan. Ketersedian media dan sumber belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar secara konkrit, luas, dan mendalam. Ini adalah hal yang perlu diupayakan oleh guru yang professional dan peduli terhadap keberhasilan belajar siswanya.
4)     Penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam bingkai belajar sepanjang hayat (life long continuing education).

4.     Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran
Untuk mencapai hasil pembelajaran sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain: faktor yang terdapat dalam diri siswa/ pembelajar (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut akan penulis uraikan sebagai berikut.
Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/ intelegensi, bakat, minat dan motivasi dari pembelajaran.
a.      Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar seseorang. Kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara-cara tertentu. (Ngalim, 2011: 52) Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Ada kalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inetelegensi yang rendah. Namun demikian, siswa yang intelegensinya tinggi belum tentu berhasil dalam belajar, ini dikarenakan belajar adalah suatu proses yang kompleks, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhinya (Slameto, 2010: 56).
b.     Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto bahwa “Bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) tertentu. (Ngalim, 2011: 25). Pendapat yang hampir sama dikemukakan Syah yang mengatakan bakat sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.
Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus.
Dalam proses belajar termasuk belajar membaca Al-Qur`ân, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut. Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.

c.      Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel, 1996: 24). Selanjutnya Slameto mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang. Kemudian dengan redaksi yang sedikit berbeda Sardiman mengemukakan minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri (Slameto, 2010: 57).
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap pembelajaran atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.
d.     Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Nasution mengatakan motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. (Nasution, 1995: 73). Motivasi dalam belajar memiliki 3 fungsi, yaitu mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan dan menyeleksi perbuatan (Sardiman, 85).
Menurut Hamzah B.Uno motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan motivasi belajar dapat timbul karena faktor intinsik, yang berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita- cita. Adapun faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan keinginan belajar yang menarik (Uno, 2007: 3).
Dari beberapa pengertian tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks, karena motivasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan energi dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Sedangkan secara sederhana motivasi dapat didefinisikan sebagai dorongan, baik yang berasal dari dalam diri (internal) ataupun luar (eksternal) individu untuk mencapai tujuan tertetu.
Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto Faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah Keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat (Slameto, 2010: 6).
a.      Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia (Slameto, 2010: 60).
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b.     Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran, kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan media pendidikan. Berikut penulis akan uraikan faktor-faktor tersebut.
1)     Guru dan Cara Mengajar
Menurut Purwanto faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Djamarah menyatakan bahwa mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar (Djamarah: 39)
Dalam sebuah pembelajaran guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menhidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru harus efektif dan dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model, tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar dan disesuaikan dengan konsep yang diajarkan berdasarkan kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar.
2)     Model Pembelajaran
Model pembelajaran sangat penting dan berpengaruh terhadap pembelajaran. Dalam hal ini model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya terpaku pada satu model pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang disesuaikan dengan konsep yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Dimana guru harus bisa menilih dan menentukan model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran.
3)     Alat-alat pelajaran
Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses pembelajaran, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan sebagaianya. Menurut Purwanto sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak (Ngalim, 2004: 105).
4)     Kurikulum
Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Menurut Slameto bahwa kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun prestasi belajar siswa (Slameto, 2010: 65).
5)     Waktu Sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari, siang, sore bahkan malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. (Slameto, 2010: 68).

6)     Interaksi guru dan murid
Relasi antara guru dan siswa harus dijalin dengan baik. Siswa yang suka terhadap guru, maka kemungkinan siswa tersebut akan suka pula pada pelajarannya. Dan begitu pun sebaliknya, siswa yang benci terhadap guru, maka kemungkinan siswa tersebut akan membenci pelajarannya. (Slameto, 2010: 66)
7)     Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar (Slameto, 2010: 68). Kedisiplinan sekolah ini misalnya mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan pengawas atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan keberhasilan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.
8)     Media pendidikan
Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula (Roestiyah, 1989: 152). Media pendidikan ini misalnya seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media lainnya yang dapat mendukung tercapainya prestasi belajar dengan baik.
c.      Lingkungan Masyarakat
Lingkungan (environment ) juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap pembelajaran. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini Kartono berpendapat: “Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya”. (Kartono, 1996: 5). Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

5.     Prinsip-prinsip Belajar
Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari kegiatan yang dinamakan belajar – mengajar. Manusia harus belajar berbagai aspek untuk mempertahankan hidup, prestasi dan untuk berbagai kepentingan lainnya. Juga, baik disadari maupun tidak, akan diajarkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari – hari kepada orang yang ada di sekeliling kita.
Sering didengar kata belajar dan mengajar, tetapi apa arti belajar dan mengajar itu. Peserta didik bertugas belajar, dan guru bertugas mengajar. Pengertian belajar dan mengajar ini sering kali terasa tidak jelas. Secara umum belajar adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi dengan lingkungan (Atang Kusdinar dkk 1989 : 78 ).
Banyak teori dan prinsip – prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang elative berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya.
Berikut ini prinsip – prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A. B. (1961) adalah
a.      Prinsip Kesiapan
Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa, yang dimaksud kesiapan siswa ialah kondisi yang memungkinkan ia dapat belajar.
b.     Prinsip Motivasi
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan.
c.      Prinsip Persepsi
Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi. Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
d.     Prinsip Tujuan
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan di terima oleh para siswa pada saat proses terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak di capai seseorang.
e.      Prinsip Perbedaan Individual
Proses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalam kelas dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi – tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa.
f.      Prinsip Transfer dan Retensi
Belajar dianggap bermanfaat bila seseorng dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Proses tersebut dikenal sebagai proses transfer. Kemampuan seseorng untuk menggunakan lagi hasil belajar di sebut retensi.
g.     Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, bernalar, menilai dan berimajinasi.
h.     Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menemukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai, emosi, dorongan, minat dan sikap.


i.       Prinsip Belajar Evaluasi
Jenis cakupan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam mencapai tujuan.
j.       Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas raganya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.
Secara Umum, Prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan :
a.      Perhatian Dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ).
b.     Keaktifan Belajar
Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendri.
Mon Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirmya sendiri. maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah (John Dewy 1916. dalam Dak ks, 1937:3 1).
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
c.      Keterlibatan Langsung Dalam Belajar
Di muka telah dibkarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa yang, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerueut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung.
d.     Pengulangan Belajar
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan yang dikemukakan oleh teori Psikologi Dava. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat. mengkhayal, merasakan. berpikir. dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka dasya-daya tersebut akan berkembang.
e.      Sifat Merangsang Dan Menantang Dari Materi Yang Dipelaiari
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa dalam, situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut.

C.    SIMPULAN
            Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disusun beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.     Efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Masalah efektivitas biasanya berkaitan erat dengan tingkat perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun
2.     Dalam hal melihat efektif tidaknya suatu pembelajaran harus melihat beberapa komponen yang sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Komponen-komponen yang perlu diperhatikan itu adalah, input (masukan), materi atau kurikulum, guru, metode atau pendekatan dalam mengajar, sarana (media), lingkungan manusia, dan lingkungan bukan manusia
3.     Faktor- faktor yang mempengaruhi pembelajaran terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan factor lingkungan nonsosial. Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat. Faktor-faktor eksternal yang meliputi lingkungan social diantaranya faktor sekolah, masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor eksternal lingkungan non-sosial diantaranya lingkungan alamiah, instrumental, dan mata pelajaran.
4.     Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan. Diantara prinsip-prinsip belajar adalah Prinsip Kesiapan (Readinees),  Prinsip Motivasi (Motivation), Prinsip Persepsi, Prinsip Tujuan,   Prinsip Perbedaan Individual, Prinsip Transfer dan Retensi,  Prinsip Belajar Kognitif, Prinsip Belajar Afektif,  Belajar Evaluasi dan  Prinsip Belajar Psikomotor.




DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin Makmun dan Udin Syaefudin sa'ud. (2005). Perencanaan. Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. (2003) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Atang Kusdinar dkk., 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Karya.
Dimyati, 2006, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamzah B Uno, (2007) Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi.
M Ngalim Purwanto, (1987)  Psikologi Pendidikan, Bandung: Remadja Karya.
Ngalim Purwanto, (2011) Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Bumi Aksara
Paulina, Panen, 2003. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : UT.
Slameto, (2010) Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT Rineka. Cipta.
Syahidin. (2005). Aplikasi Metode Pendidikan Qurani Dalam Pembelajaran di Sekolah. Tasikmalaya; Ponpes Suryalaya
Widoyoko, Eko Putra. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar  

About

Popular Posts