Pendekatan
ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919). Pendekatan ini
cukup banyak mendapat perhatian dalam
psikologi di antara tahun 1920-an s/d 1960-an. Ketika Watson memulai
penelitiannya, dia menyarankan agar pendekatannya ini tidak sekedar satu
alternatif bagi pendekatan instinktif dalam memahami perilaku sosial, tetapi
juga merupakan alternatif lain yang memfokuskan pada pikiran, kesadaran, atau
pun imajinasi. Watson menolak informasi instinktif semacam itu, yang menurutnya
bersifat "mistik", "mentalistik", dan
"subyektif". Dalam psikologi obyektif maka fokusnya harus pada
sesuatu yang "dapat diamati" (observable),
yaitu pada "apa yang dikatakan (sayings)
dan apa yang dilakukan (doings)".
Dalam hal ini pandangan Watson berbeda dengan James dan Dewey, karena keduanya
percaya bahwa proses mental dan juga
perilaku yang teramati berperan dalam menyelaskan perilaku sosial.
Para
"behaviorist" memasukan perilaku ke dalam satu unit yang
dinamakan "tanggapan" (responses),
dan lingkungan ke dalam unit "rangsangan" (stimuli). Menurut penganut paham
perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa berasosiasi satu sama
lainnya, dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Contohnya, sebuah
rangsangan " seorang teman datang ", lalu memunculkan tanggapan
misalnya, "tersen-yum". Jadi seseorang tersenyum, karena ada teman
yang datang kepadanya. Para behavioris tadi percaya bahwa rangsangan dan
tanggapan dapat dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan mental yang ada
dalam diri seseorang. Jadi tidak terlalu mengejutkan jika para behaviorisme
tersebut dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan pendekatan "kotak
hitam (black-box)" . Rangsangan
masuk ke sebuah kotak (box) dan
menghasilkan tanggapan. Mekanisme di dalam kotak hitam tadi - srtuktur internal atau proses mental
yang mengolah rangsangan dan tanggapan - karena tidak dapat dilihat secara
langsung (not directly observable),
bukanlah bidang kajian para behavioris tradisional.
Kemudian,
B.F. Skinner (1974) membantu mengubah fokus behaviorisme melalui percobaan yang
dinamakan "operant behavior"
dan "reinforcement". Yang
dimaksud dengan "operant condition"
adalah setiap perilaku yang beroperasi dalam suatu lingkungan dengan cara
tertentu, lalu memunculkan akibat atau perubahan dalam lingkungan tersebut.
Misalnya, jika kita tersenyum kepada orang lain yang kita hadapi, lalu secara
umum, akan menghasilkan senyuman yang datangnya dari orang lain tersebut. Dalam
kasus ini, tersenyum kepada orang lain tersebut merupakan "operant behavior". Yang dimaksud
dengan "reinforcement"
adalah proses di mana akibat atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan memperkuat perilaku tertentu di masa
datang.
Misalnya,
jika kapan saja kita selalu tersenyum kepada orang asing (yang belum kita kenal
sebelumnya), dan mereka tersenyum kembali kepada kita, maka muncul kemungkinan
bahwa jika di kemudian hari kita bertemu orang asing maka kita akan tersenyum.
Perlu diketahui, reinforcement atau penguat, bisa bersifat positif dan negatif.
Contoh di atas merupakan penguat positif. Contoh penguat negatif, misalnya
beberapa kali pada saat kita bertemu dengan orang asing lalu kita tersenyum dan
orang asing tersebut diam saja atau bahkan menunjukan rasa tidak suka, maka
dikemudian hari jika kita bertemu orang asing kembali, kita cenderung tidak
tersenyum (diam saja).
No comments:
Post a Comment