Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Sunday, March 12, 2017

Makalah Historiografi

BAB I
                                                PENDAHULUAN


A.                Latar  belakang        
            Negara-negara Afrika telah bangkit dari status jajahan menjadi negara-negara merdeka yang tampil bersama sebagai kekuatan baru dalam percaturan politik dunia. Meskipun demikian, pergolakan terus saja berlangsung. Afrika khususnya menjadi medan perebutan pengaruh antara Blok barat dan blok timur, yang masing-masing berusaha untuk memperbaiki kedudukannya sambil membendung atau mengurangi pengaruh lawan.
 Suatu peralihan yang mudah menuju suatu masyarakat post-kolonial yang merdeka, mantap, dan mampu untuk berkembang secara swadaya tidaklah mungkin bagi negara-negara baru di Afrika. Mengingat adanya masalah-masalah struktur dan kebudayaan yang diwarisi dari masa lampau, baik prakolonial maupun kolonial, yang mengherankan ialah perdamaian relatif yang berlangsung sejak proses menuju terbentuknya negara modern mulai menanjak pada pertengahan 1950. Peperangan dan tembak-menembak memang terjadi sejak itu, tetapi hampir seluruhnya tidaklah berarti jika dibandingkan dengan peprangan kemerdekaan yang berkobar di Madagaskar, Aljazair, Kenya, dan lain-lain negara
Mempelajari historigrafi pada hakekatnya memahami “sejarahnya penulisan sejarah” sebab didalamnya terdapat perkembangan penulisan sejarah, pengaruh persamaan lingkungan kebudayaan pada setiap penulisan sejarah serta penggunaan teori dan metodologi sejarah dalam mengungkap dan menyajikan materi penulisan sejarah. Historigrafi merupakan representasi dan kesadaran sejarawan dalam zamannya dan lingkungan kebudayaan setempat dimana sejarawan itu hidup.
Sejarah dalam arti objektif adalah kejadian sejarah yang sebenarnya maksudnya hanya sekali terjadi dan bersifat unik. Historiografi bermula dari pertanyaan dan berkembang dari peningkatan kematangan pertanyaan historis yang diajukan. Tetapi, inipun belum mencakup semua aspek permasalahan. Dari penghayatan kultural inilah sesungguhnya merekonstruksi aspek-aspek tertentu dari kelampauan ternyata adalah gagasan yang relatif baru dalam sejarah historiografi.
Penulisan sejarah pada mulanya lebih merupakan ekspresi kultural daripada usaha untuk merekam hari lampau. Dalam konteks ini maka makna dan fungsi sejarah lebih berarti daripada peristiwa-peristiwa yang diungkapkan dengan hari lampau itu. Bukan kebenaran historis yang menjadi tujuan utama, tetapi pedoman dan peneguhan nilai yang perlu didapatkan. Karena itu, dalam historiografi tradisional terjalinlah dengan erat unsur-unsur sastra, sebagai karya imajinatif, dan mitologi, sebagai pandangan hidup yang dikisahkan, serta sejarah sebagai uraian peristiwa pada masa lalu.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:
1.        Bagaimana tradisi penulisan sejarah di Afrika pada masa kuno?
2.        Apa ciri-ciri khusus historiografi abad pertengahan ?
3.        Seperti apakah pemikiran, tokoh dan karya historiografi Abad Pertengahan?
4.        Bagaimana Perkembangan historiografi barat?

C.  Tujuan
Penulisan Makalah Historiografi Afrika memiliki beberapa tujuan, yakni:
1.        Menjelaskan tradisi penulisan sejarah di Afrika pada masa kuno.
2.        Mengetahu ciri-ciri khusus historiografi zaman abad pertengahan.
3.        Mengetahui pemikiran, tokoh dan karya historiografi Abad Pertengahan.
4.        Mengetahui Perkembangan historiografi barat





BAB II
PEMBAHASAN


A.    Tradisi Penulisan Sejarah Masa Afrika Kuno
a.    Tradisi Mengenai Asal Mula
Setiap komuniti keluarga, klien, desa, kota, atau negara besar atau kecil, mempunyai tradisi yang tetap mengenal asal mulanya. Komuniti itu mungkin terpecah-pecah, bermigrasi, dan mengasimilasi tradisi-tradisi yang baru, atau ditaklikkan oleh yang lainnya dan diserap oleh imigran-imigran yang baru. Pada setiap tingkat dari tranformasi, tradisi berada dalam pengkristalan dan kembali untuk mengakomodasi kondisi-kondisi yang berubah, dan suatu tradisi yang baru mengenal asal mula diformulasikan oleh komuniti yang baru. Tradisi-tradisi ini menjadi dasar pokok dari pandangan komuniti mengenai sejarah. Prosese yang sesungguhnya dari pembuatan tradisi dan akulturasi di dalam komuniti, dan dari penyampaian tradisi ke generasi-generasi yang berikutnya, mengembangkn suatu kesadaran sejarah yang menjadi tersebar luas di Afrika.
Tradisi-tradisi asal mula ini tidaklah mengusahakan suatu penjelasan secara sejarah di dalam pandangan modern Eropa mengenai teks-teks dan kronologi yang dapat dibuktikan. Mereka mengembangkan pengertian dan penghormatan terhadap pranata-pranata dan praktek-praktek dari komuniti. Mereka memberikan penjelasan mengenai dunia sebagaimana dilihat oleh komuniti asal mula dari tanah dan laut, manusia dan berbagai macam jenis makhluk yang lain, asal mula dari negara, dasar dari adanya hukum-hukum adat istiadat yang berbeda, hak komunitas atas tanah yang dimiliki, bagaimana dan mengapa dewa-dewa yang mereka puja berbeda dengan dewa-dewa yang dipuja oleh tetangganya, dan lain-lain.
Kronologi dan sebab-musabab yang tepat tidaklah begitu relevan. Sampai kepada batas-batas tertentu, sejarah dan mitos menjadi satu dan merupakan suatu bagian dari filsafat hidup. Dalam hal ini historiografi tradisional Afrika menyerupai historiografi Eropa sebelum revolusi ilmu pengetahuan memecah filsafat ke dalam berbagai bagian. Pembuatan dan penyampaian tradisi bukanlah pekerjaan ahli-ahli sejarah sebagaimana menurut pandngan modern, tetapi pekerjaan pendeta dan ahli-ahli agama, orang-orang tua, dan orang-orang bijaksana pada umumnya. Tradisi tidak hanya menjelaskan hubungan antara para nenek moyang dari komuniti-komuniti yang berbeda tetapi juga hubungan dengan komuniti yang dinyatakan dalam bentuk cerita, puisi suci, ritual agama, dan manifestasi-manifestasi cara hidup dalam masyarakat.
Pembuatan dan penyampaian tradisi adalah berlainan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal itu tergantung pada luas, sifat alamiah, kepercayaan, dan sumber-sumber penghasilan dari suatu komuniti tertentu. Dalam masyarakat-masyarakat yang terdiri atas berbagai segmen-segmen dimana peranan-peranan seringkali tidak dibeda-bedakan, adalah suatu bagian dari fungsi-fungsi kepala klien untuk memegang peranan politik dan agama yang khusus. Tetapi dalam negara-negara yang terorganisasi, khususnya negara-negara dengan monarkhi yang terpusat, misal: Benin, Ashanti, atau Dahomey, dimana implikasi-implikasi politik dan legal dari tradisi merupakan hal-hal yang penting sehari-hari, pembuatan dan penyampaian tradisi menjadi suatu spesialisasi yang terkontrol dan penuh aturan.

b.    Penyampaian dari mulut ke mulut
Cara yang paling umum dalam menyampaikan tradisi adalah melalui cerita-cerita, fabel-fabel, dan peribahasa-peribahasa yang diceritakan oleh orang-orang yang lebih tua kepada mereka yang lebih muda sebagai bagian dari pendidikan umum. Di dalam kesempatan bercerita itu, sesudah makan malam di dalam kelompok-kelompok keluarga atau selama pesta-pesta bulan purnama ketika orang-orang tidak tidur hingga larut malam. Tradisi-tradisi menceritakan asal mula adanya hubungan dari seluruh komuniti atau dari keluarga klien tertentu. Kejadian-kejadian yang lebih akhir, yang telah muncul di dalam sejarah dapat diingat, khususnya hal-hal yang terjadi dua atau tiga generasi yang terdahulu juga diceritakan.
Tradisi-tradisi disampaikan secara lebih formal bila ada pranata-pranata pendidikan yang terorganisasi, umpamanya yang berhubungan dengan ritual masa dewasa, inisiasi ke dalam tingkat-tingkat umur dan kelompok-kelompok rahasia, atau selama latihan atau pendidikan untuk menjadi pendeta atau ahli agama. Rite-rite inisiasi untuk seorang calon raja yang terpilih menduduki tahta kerajaan adalah amat menarik perhatian. Sebagai penerus dan wakil para nenek moyang, raja menjadi penjaga dari tradisi-tradisi komuniti. Salah satu dari fungsi-fungsi terpenting dari rite-rite mendahului pentahbisannya sebagai raja adalah menginisiasinya ke dalam rahasia-rahasia para nenek moyang dan kepercayaan tradisional rakyatnya. Raja yang baru seringkali mengumumkan gelarnya sendiri, hali ini dimaksud untuk mrnandai harapan-harapan dari masa pemerintahannya. Proses penyampaian dari mulut ke mulut tersebut meliputi:
1)   Genealogi-genealogi
Dalam genealogi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yakni: nenek moyang pertama, keturunan yang terakhir, dan rentetan orang-orang antara 1 dan 2. Struktur genealogi itu divergen dari nenek moyang pertama ke keturunan kemudian.
2)   Kejadian-kejadian simbolik dari masa lampau yang didramatisasikan ke hadapan umum
3)   Gelar-gelar
4)   Nyanyian-nyanyian untuk pemujaan
Proses penyampaian tradisi tidak terlepas dari pembentukan tradisi. Tradisi dibuat oleh mereka yang menyampaikan tradisi, misalnya orang-orang yang lebih tua di desa dan di klien. Orang-orang tersebut kadang ditunjuk dari anggota-anggota suatu keluarga yang dianggap mampu melakukan. Cara penyampaian tradisi:
1)   Cara secara umum melalui cerita, fable, dan peribahasa yang diceritakan secara turun-temurun.
2)   Dalam acara yang formal seperti ritual masa dewasa, latihan menjadi pendeta atau ritual menjadi calon raja.

c.    Unsur historiografi tradisional Afrika adalah:
1)   Kepercayaan yang asasi akan adanya kelanjutan hidup. Misalnya: mitos Horus yaitu raja-raja yang sudah mati, tetap terus mempengaruhi perbuatan dari luapan sungai Nil.
2)   Penghormatan pada nenek moyang. Yaitu setiap komuniti didirikan oleh seorang nenek moyang atau sekelompok nenek moyang. Nenek moyang telah menetapkan dasar dari hak dan kewajiban hidup yang berlaku untuk segala zaman.
d.      Ciri-ciri tradisi mengenai asal mula, yaitu:
1)   Tidak mengusahakan suatu pejelasan secara sejarah dalam pandangan masyarakat modern.
2)   Mengembangkan perhatian dan penghormatan terhadap pranata-pranata dan praktek dari komuniti.
3)   Memberikan penjelasan mengenai dunia dan bersifat filsafat, kesusasteraan dan pendidikan.
4)   Kronologi dan penyebab terjadinya sesuatu tidak relevan.
5)   Sejarah dan mitos menjadi satu dan menjadi bagian dari filsafat hidup.
6)   Pembuatan dan penyampaian tradisi melalui ahli-ahli agama, orang-orang tua, dan orang-orang bijaksana.

B. Ciri-Ciri Khusus Historiografi Eropa Abad Pertengahan
Eropa pada masa abad pertengahan berada dalam kondisi dimana rasio tidak begitu mendapatkan tempat. Agama (kristen) menjadi kekuatan yang begitu dominan saat itu. Keadaan kebudayaan semacam itu tentu saja juga dipengaruhi oleh “jiwa jaman” yang bisa diketahui dari pandangan dunia (hidup) dari masyarakat Abad Pertengahan yaitu:
1. Teosentrisme, yaitu pandangan hidup yang berpusat pada Tuhan, dalam arti bahwa kehidupan manusia itu berpusat pada Tuhan, dan Tuhanlah yang mengatur hidup manusia baik per individu maupun masyarakat. Dalam hal ini Tuhan juga berperan mengatur sejarah manusia.
2.  Providensi, yaitu pandangan hidup yang mengangap bahwa segala sesuatu di dunia dan seisinya ini berjalan menurut rencana Tuhan (God Plan). Sengsara merupakan peringatan terhadap manusia. Faktor Tuhan selalu dikaitkan dengan segala hal, demikian juga sejarah selalu dikembalikan kepada Tuhan.
3. Yenseitigheit, yaitu pandangan hidup yang mementingkan kehidupan di alasm baka atau akhirat. Atinya yang terpenting dalam hidup ini adalah untuk mempersiapkan diri demi kehidupan di dunia (alam) baka.
Demikianlah bisa dikatakan bahwa  jiwa jaman masyarakat Abad Pertengahan adalah bersifat spiritual. Dalam hal ini semua kehidupan masyarakat bersumber dan berpedoman pada ajaran agama (Kristen). Fenomena tersebut berlaku pula dalam bidang historiografi dan filsafat sejarah yang umumnya bertema orang-orang suci, sejarah penciptaan dan sebagainya. Penulisan sejarah berpusat pada gereja dan negara, dengan pendeta dan raja sebagai pelaku utama.

C.  Pemikiran, Tokoh, dan karya Historiografi Eropa Abad Pertengahan
Masa abad pertengahan berlangsung cukup lama (1000 tahun jika dihitung dari abad ke-5 sampai abad ke-15) dan pengaruhnya dirasakan di banyak tempat. Tetapi tentu bukan perkara mudah melacak semua historiografi berabad-abad yang luas itu. Di sini hanya akan dikemukakan beberapa nama, yaitu Cassiodorus, Procopius, Gregory, dan Bede.
1.   Cassiodorus (480-570)
Cassiodorus, pegawai tinggi dari istana kaisar suku Goth Timur yaitu Theodorik. Akan tetapi ia sendiri sebenarnya adalah orang Romawi katolik. Ia sesunguhnya keturunan orang Siria, akan tetapi sudah sejak lama nenek moyangnya bekerja sebagai pejabat tinggi pada kekaisaran Romawi. Ia juga pernah belajar pada sekolah “artes liberals (seni yang bebas, yaitu retorica, gramatika dan dialektika). Buku pertamanya adalah Chronika, yang merupakan buku asal-usul politik dari putra mahkota Kaisar Goth Timur sebelum tahun 519. Oleh karena mempunyai pandangan atau misi politik, maka tidak dilaporkan mengenai kelahiran Kristus dan kejatuhan dari kekaisaran Romawi Barat.
Setelah tidak menjadi pejabat, Cassiodorus masih menulis suatu karya lagi yang berasal dari surat-surat resmi yang sangat banyak ketika masih menjadi pejabat. Karyanya itu  diberi judul Variae, yang bisa dianggap sebagai terbitan sumber-sumber sejarah tertua. Ketika itu ia juga mengalami penyadaran agama (masuk agama Kristen), dan sesudah itu terutama sibuk dengan kebudayaan. Selama lebih dari seperempat abad, walaupun ia sendiri bukan seorang biara, ia mempelajari Injil, sejarah para murid Yesus dan para penulispenulis antik. Hasil dari studinya disusun dalam suatu karangan yang berjudul Institutiones. Dalam edisi bahasa Latin karyanya terkenal dengan namahistoria exclesiastica of Historia tripatita, yang tidak lain adalah sejarah gereja.
2.      Procopius (500-565)
Tulisan-tulisan Procopius umumnya dalam bahasa Yunani. Menulis The History of His Own Time yang menceritakan perang-perang Byzantium melawan Persia, Afrika, dan bangsa Goths. Ia menyertai seorang jenderal Byzantium dalam perang, sehingga sebagian tulisannya bisa dikatan sebagai saksi mata. Kelemahannya terletak dalam biasnya sebagai pengagum empirium dan penggunaan sumber yang tanpa seleksi
3.      Gregory (538-594)
Tulisannya yang terkenal yaitu History of The Franks yang menceritakan sejarah dunia sejak zaman kuno sampai abad ke-5. Sejarah bangsa Franka dimulainya dari 417 sampai 591, lima puluh tahun terakhir ditulisnya dari sudut pandang saksi mata. Dia menulis dalam bahas latin, bahasa yang dimengerti kebanyakan orang pada masanya. Gregory menulis keajaiban-keajaiban sebagai umsur yang membuat tulisannya saksi kekuasaan agama atas bangsa Franka. Tulisannya menandai peralihan menuju abad pertengahan.
4.      Bede (672-735)
Menulis sebuah buku Ecclesiastical History of English Poeple, isinya menceritakan tentang terbentuknya kebudayaan Anglo-Saxon. Ia menulisnya dalam bahasa latin. Bede menggunakan banyak sumber dan berkonsultasi dengan gerejawan. Ia sangat berhati-hati dengan hal-hal yang ajaib, sehingga tulisannya terkesan objektif. Bukunya dirancang secara sistematis. Biografi dalam bukunya menjadi bagian yang sangat penting, karena dia menulis tentang orang-orang yang berjasa dalam membawa misi kristen di Inggris.

D. Perkembangan Historiografi Barat
Dalam sebuah tatanan keilmuwan, semua aspek yang dikaji secara ilmiah akan memiliki suatu model perkembangan kea rah yang lebih up to date. Perkembangan ilmu sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan zaman. Karunia akal yang dimiliki oleh umat manusia telah memberikan sebuah konsep terbaik untuk mendinamiskan kehidupan dunia.
Historiografi sebagai salah satu aspek kajian dalam ilmu sejarah (humaniora) telah mengalami beberapa perkembangan struktur dan konsep. Secara geo-histori, Historiografi Barat mengalami periodisasi perkembangannya sendiri, yakni:
a)        Historiografi Yunani Kuno;
b)       Historiografi Romawi;
c)        Historiografi Abad Pertengahan;
d)       Historiografi Zaman Renaissance; serta; dan
e)        Historiografi Modern.
Kelima periode diatas adalah bagian dari perjalanan sejarah penulisan sejarah bangsa barat. Namun, penulis hanya akan menyoroti kajian mengenai dua poin teratas, yakni historiografi Yunani dan historiografi Romawi.
1 .Historiografi Yunani
Periode Yunani dalam aspek historiografi berawal dari tatanan pemerintahan yang ada pada saat itu. Para sejarawan Yunani pada umumnya berasal dari lingkungan orang berada atau yang secara material berasal dari kalangan masyarakat yang posisi ekonominya baik. Mereka nampaknya telah menjalani masa kehidupan sebagai pengarang, atau bahkan sebagai ilmuwan.
Akan tetapi kebanyakan dari mereka  adalah para politikus, pegawai negeri, militer, dokter (tabib) atau guru, dan  pada waktu yang sama atau sesudahnya juga masih tetap menjalankan pekerjaan penulisan sejarah.
Dalam ruang lingkup zaman Yunani, penulisan sejarah hanya sebatas pada cerita mitos dan legenda belaka. Unsur objektivitas dalam sejarah sebagai sebuah peristiwa yang benar-benar nyata terjadi belum mengalami internalisasi. Orientasi mythe lebih dominan ketimbang logika realitas.
Dalam mengkisahkan sejarah masa lampau yang jauh ke belakang, para sejarawan Yunani pada umumnya mendasarkan pada cerita rakyat  dan kisah-kisah yang disampaikan secara turun menurun atau atas karya para penulis terdahulu, yang sesungguhnya juga berasal dari  para penulis-penulis yang mendahuluinya. Namun demikian sejauh bisa diketahui, tradisi penulisan sejarah yang paling awal pada jaman Yunani kuno adalah apa yang disebut dengan istilah tradisi Homerus kemudian disusul dengan munculnya para Logograaf , dan yang terakhir zaman keemasan historiografi Yunani kuno.
2. Historiografi Romawi
Periode historiografi Romawi tidaklah jauh berbeda dengan periode Yunani. Para sejarawan memiliki orientasi terhadap kesusastraan. Lebih banyak yang menceritakan sejarahnya hanya sebatas pengalaman, perasaan, mitos, legenda, ketimbang peristiwa sejarah sesungguhnya yang lebih besar. Mungkin karena pada dua zaman ini para sejarawan adalah sebagai pegawai pemerintahan, guru, pedagang,dsb. Oleh karena itu, mereka menceritakan sejarah (historiografi lisan) hanya sebatas ruang lingkup retoris.
Ada kebisaaan para penulis sejarah zaman Romawi, bahwa publikasi sejarah harus didahului atau diawali dengan pembacaan naskah secara terbuka untuk umum. Demikian juga terjadi pada zaman Herodotus, dan masih tetap terjadi 8 abad kemudian pada sejarawan Ammianus Maecellinus.
Historiografi pada zaman Romawi adalah sejalan dengan kerajaan Romawi itu sendiri. Oleh karena itu, histoiografi Romawi lebih banyak menghasilkan karya-karya sejarah yang bersifat Rome-Oriented.
Berbeda dengan generasi pertama para sejarawan Yunani, yang tertarik pada hal yang bersifat cosmopolitan atau kekota-kotaan, sejarawan Romawi bisaanya hanya mengenal 1 kajian, yaitu Roma. Namun harus diingat, jika dibandingkan dengan Yunani yang secara politik terbagi menjadi wilayah-wilayah (polis) yang kecil, Romawi sejak perang Punisia telah berkembang meluas dan relatif mendunia.
Dalam ikhtisar dari sejarah Romawi yang berawal dari “absolute” yaitu dengan pendirian kota Roma, tetapi juga dengan perhatian yang besar untuk masa Romawi yang terbaru, bisa ditemukan bentuk-bentuk annalistic yang luas,  sedangkan  bentuk kronik relatif jarang ditemukan. Ikhtisar itu bisaanya berakhir pada jamannya sendiri (si penulis). Sejarah umum yang universal yang tidak hanya dalam kerangka sejarah Romawi hanya  bisa ditemukan pada karya Trogus. Untuk masa-masa yang terbaru Romawi, banyak ditemukan studi monografi, misalnya memoires (tulisan peringatan) dan historien (cerita yang lebih detail mengenai kejadian-kejadian masa kini) atau  kadang disebut dengan istilah annalen.

















                                                          



BAB III
PENUTUP

Tradisi sejarah Afrika kuno secara umum diceritakan melalui: cerita, fable, dan peribahasa yang diceritakan secara turun-temurun, dan Dalam acara yang formal seperti ritual masa dewasa, latihan menjadi pendeta atau ritual menjadi calon raja.
Perkembangan Historiografi Eropa abad pertengahan sangat dipengaruhi oleh agama (kristen) yang waktu itu mencengkram hampir seluruh aspek kehidupan. Penggunaan akal sehat sebagaimana pada masa Yunani dan Romawi ditentang karena dianggap hasil dari setan. Penulisan sejarah berpusat pada gereja dan negara dengan pelaku utama raja dan pendeta. Kondisi seperti ini berlangsung cukup lama di Eropa yaitu sekitar 1000 tahun.
Rentan waktu yang cukup lama tentunya memungkinkan banyak muncul karya-karya penulisan sejarah. Namun penulisan sejarah saat itu bisa dikatakan jauh dari metode sejarah yang ilmiah. Karya-karya penulisan sejarah sangat dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan agama dan politik. Penulisan sejarah disesuaikan dengan doktrin agama dan kepentingan negara.
Perkembangan historiografi Barat mengalami proses fluktuasi. Pasang surut peristiwa di Eropa memberikan efek domino bagi penulisan sejarahnya. Banyak terlahir karya sejarah dunia dari historiografi barat ini. Kita kenal Historiae dari Herodotus yang menceritakan Perang Parsi. Historie dari Polybius yang banyak menyorot soal negara.








 DAFTAR PUSTAKA


Basil Davidson. 1984. Kerajaan-kerajaan di Afrika. Jakarta: Tira Pustaka.

Danar Widiyanta. 2002. Perkembangan Historiografi: Tinjauan Di Berbagai Wilayah Dunia. Yogyakarta: UNY Press.

D.  K. Kolit. 1972. Sedjarah Afrika. Kupang: Penerbit Nusa Indah.

Kirti Dipoyudo. 1983. Afrika Dalam Pergolakan 2. Jakarta: Yayasan Proklamasi.

Kuntowijoyo.2001.Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta:Yayasan Bentang Budaya

Sartono Kartodirjo. Historiografi. Yogyakarta: UGM Press.

Supriyono, Agust. 2003.“DIKTAT, Historiografi Eropa Barat  Abad Tengah & Modern”, Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Diponegoro, Semarang.

Taufik Abdullah, dkk. 1985. Ilmu Sejarah Dan Historiografi: Arah Dan Perspektif. Jakarta: Gramedia.



No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts