Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Sunday, March 12, 2017

Hubungan Industrialisasi dan Perkembangan Wilayah


Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwadarminta) yang dimaksud dengan Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dsb) yang berkuasa atau yang berkekuatan.
Menurut Nugroho ( 2004: 50) perkembangan ditandai oleh penggunaan sumber daya. Parr (1999) dalam (Nugroho, 2004: 49) mengatakan istilah pertumbuhan wilayah dan perkembangan wilayah sesungguhnya tidak bermakna sama, sekalipun keduanya merujuk pada bertambahnya suatu ukuran wilayah tertentu. Perkembangan wilayah senantiasa disertai dengan perubahan struktural. Proses yang terjadi dalam perkembangan wilayah sangat kompleks, melibatkan aspek ekonomi, aspek sosial, lingkungan, politik (pemerintah) sehingga pada hakekatnya merupakan suatu “sistem” yang tidak bisa dipisahkan.
Berangkat dari pengertian diatas, maka perkembangan industri dapat dimaknai sebagai proses bertambahnya pemanfaatan sumberdaya (sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal) dalam bidang industri, yang ditandai dengan meningkatnya jumlah industri, bertambahnya lahan industri, bertambahnya sumberdaya manusia yang bergerak di sektor industri serta outcome yang dihasilkan dari industri).
Indikator utama tingkat perkembangan industri adalah sumbangan keluaran (output) industri manufaktur dalam Produk Domestik Bruto. Sejumlah ahli telah berupaya menetapkan tingkat-tingkat perkembangan ekonomi dan industri. Rostow menetapkan 5 tingkat pertumbuhan ekonomi, yaitu: (1) tingkat tradisional, (2) syarat untuk tinggal landas, (3) tinggal landas, (4) dorongan menuju kematangan, dan (5) tingkat konsumsi missal (Rostow dalam Robert H. Lauer, 1993: 411). Tingkat tradisional ditandai oleh keterbatasan potensi produktivitas, kegiatan pertanian menonjol, tetapi produktivitasnya rendah. Pada tingkat syarat yang diperlukan bagi industrialisasi perubahan struktur ekonomi tertentu mulai terjadi, seperti berdirinya bank-bank.
Pada tahap tinggal landas terjadi pertumbuhan ekonomi yang cepat melalui teknik industri modern di sejumlah sektor ekonomi yang masih terbatas. Pada tahap dorongan menuju kematangan terjadi penerapan teknologi modern terhadap keseluruhan sektor perekonomian. Pada tingkat konsumsi massal yang tinggi tersedia sejumlah arah yang dapat ditempuh apakah memusatkan perhatian untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya atau memperluas konsumsi atau berjuang untuk meningkatkan kekuasaan dan pengaruh di arena internasional (Robert H. Lauer, 1993: 411-413).
Berbeda dengan Rustow, Badan PBB untuk Pembangunan Industri (UNIDO) atau Bank Dunia menyatakan bahwa indikator dalam perkembangan pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana tahap industrialisasi suatu negara, terutama negara-negara berkembang. Tahap-tahap industrialisasi ini dirasa jauh lebih berhasil memperlihatkan proses perkembangan industri dibandingkan dengan tahap-tahap pertumbuhan Rustow. Dalam tahapan ini yang menjadi tolak ukur adalah tambahan nilai (VA) sektor industri baik terhadap PDB maupun terhadap sektor-sektor komoditi (pertanian, pertambangan, industri, bangunan, listrik, gas dan air minum) secara relatif (persentase). Tahap-tahap industrialisasi itu dapat digambarkan melalui tabel berikut: (Esmara dalam Suseno, 1990).
Tabel 2.1
Tahap-Tahap Industrialisasi

Tahap-Tahap
Sumbangan VA% terhadap
PDB
Sektor Komoditi
1.      Non industrialisasi
< 10
< 20
2.      Menuju proses industrialisasi
10 – 20
20 – 40
3.      Semi industrialisasi
20 – 30
40 – 60
4.      Industrialisasi
> 30
> 60


Berdasarkan standar tersebut, negara dengan hasil manufaktur sebesar 10 sampai 20% dari PDB dianggap dalam tahap mulai menginjak industrialisasi, untuk hasil manufaktur sebesar 20 sampai 30% dianggap negara semi industri, sedangkan untuk hasil manufaktur diatas 30% dikatakan sebagai negara industri (Thee Kian Wie, 1996: 5).

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts