Matematika merupakan disiplin ilmu logika menguasai bentuk, susunan,
besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah
yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang pokok, yakni aljabar, analisis,
geometri. Geometri mempunyai arti harfiah yaitu pengukuran bumi; geometri
merupakan perhitungan kalender, geometri akan dipelajari secara informal dan
intuisi.
2.3.1
Pengertian Geometri
Geometri adalah bagian dari matematika yang membahas mengenai titik,
garis, bidang, dan ruang. Ruang adalah himpunan titik-titik yang dapat
membentuk bangun-bangun geometri, garis adalah himpunan bagian dari ruang yang
merupakan himpunan titik-titik yang mempunyai sifat khusus. Bidang adalah
himpunan-himpunan titik-titik yang terletak pada permukaan datar. (Negoro,
2003:18).
Geometri adalah suatu sistem aksiomatik karena terdiri dari unsur-unsur
yang tidak didefinisikan, postulat (aksioma, atau asumsi) dan teori-teori atau
dalil-dalil yang dibuat berdasarkan kepada unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, unsur-unsur yang didefinisikan dan aksioma-aksioma itu; suatu
dalil itu dikatakan benar bila dapat dibuktikan secara matematika atau
deduktif. (Ruseffendi, 1991:2)
Geometri sebagai salah satu sistem matematika, di dalamnya memiliki
banyak konsep pangkal, mulai dari unsur primitif atau unsur tak terdefinisi,
antara lain: titik, garis, kurva, ataupun bidang. Juga terdapat relasi-relasi
pangkal yang tidak didefinisikan, misalnya: ‘melalui’, ‘terletak pada’,
‘memotong’, dan ‘antara’. (Adjie dan Maulana, 2006:310)
Dari definisi – definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelajaran
geometri di Taman Kanak-kanak dimungkinkan untuk diajarkan walaupun harus
dengan cara yang lebih kreatif dan realistik. Geometri dianggap mempunyai
banyak aplikasi dalam matematika dan kehidupan nyata, yang juga banyak
mengandung unsur problem solving-nya.
2.3.2
Tahap-Tahap Pembelajaran Geometri
Tahap awal anak belajar geometri adalah topologi. Mereka belum mengenal
jarak, kelurusan, dan lainnya. Karena itu mulai belajar geometri supaya mulai
dengan lurus-lurus, lengkungan, lengkungan-lengkungan tertutup, lengkungan-lengkungan
terbuka, daerah dalam lengkungan, lengkungan sederhana dan lainnya. Kemudian tahap
berikutnya anak mulai belajar mengenai bentuk-bentuk geometri, mulai bentuk dua
dimensi seperti kotak, lingkaran, segitiga sampai bentuk tiga dimensi seperti
kubus, balok, dan tabung.
Adapun Hiele dalam Ruseffendi (1991:161-163), berpendapat bahwa ada lima
tahapan anak belajar geometri, yaitu :
1)
Tahap Pengenalan
Pada tahap ini, siswa sudah mengenal bentuk-bentuk geometri seperti
segitiga, kubus, bola, lingkungan, dan lain-lain. Tetapi ia belum memahami
sifat-sifatnya.
2)
Tahap Analisis
Pada tahap ini, siswa sudah dapat memahami sifat-sifat konsep atau bentuk
geometri. Misalnya: siswa mengetahui dan mengenal bahwa sisi persegi panjang
yang berhadapan itu sama panjang, bahwa panjang kedua diagonalnya sama panjang
dan memotong satu sama lain sama panjang dan lain-lain.
3)
Tahap Pengurutan
Pada tahap ini, selain siswa sudah mengenal bentuk-bentuk geometri dan
memahami sifat-sifatnya, ia sudah dapat mengurutkan bentuk-bentuk geometri yang
satu dengan yang lain berhubungan.
4)
Tahap deduksi
Pada tahap ini, berfikir deduktifnya sudah
mulai tumbuh tetapi belum berkembang dengan baik. Matematika adalah ilmu
deduktif, karena pengambilan kesimpulan, pengambilan dalil harus dilakukan
secara deduktif. Pada tahap ini, siswa sudah dapat memahami pentingnya
pengambilan kesimpulan secara deduktif itu. Misalnya ia dapat melihat bahwa
kesimpulan yang diambil secara induktif itu mungkin bisa keliru.
5)
Tahap keakuratan
Pada tahap ini, siswa sudah dapat memahami bahwa
adanya ketepatan dari yang mendasar itu
penting.
Lebih lanjut Hiele dalam Ruseffendi
(1991:163-164), berpendapat mengenai tiga dalil pengajaran Matematika, yaitu :
a.
Kombinasi yang baik antara waktu, materi pelajaran dan
metode mengajar yang dipergunakan untuk tahap tertentu dapat meningkatkan
kemampuan berfikir siswa kepada tahap yang lebih tinggi.
b.
Dua orang yang tahap berfikirnya berbeda-beda dan
bertukaran pikiran satu sama lain tidak akan mengerti.
c.
Kegiatan belajar siswa harus memahami dengan pengertian
untuk memperluas pengalaman dan berfikir siswa, untuk meningkatkan berfikir ke
tahap yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment