Perkembangan anak berlangsung
secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai
pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif
pada tahap selanjutnya. Walaupun setiap anak adalah unik, karena perkembangan
anak berbeda satu sama lain yang dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal, namun demikian, perkembangan anak tetap mengikuti pola yang umum.
Agar anak mencapai tingkat
perkembangan yang optimal, dibutuhkan keterlibatan orang tua dan orang dewasa
untuk memberikan rangsangan yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang meliputi
pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, dan perlindungan yang diberikan secara
konsisten melalui pembiasaan. Perkembangan anak meliputi aspek fisik, kognitif,
emosi, sosial, bahasa, moral, kepribadian, dan kesadaran beragama.
Menurut Piaget (Yusuf, 2005:6) perkembangan kognitif pada usia ini berada
pada periode preoperational, yaitu
tahapan di mana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Yang
dimaksud dengan operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara
mental dan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasi atau symbolic function yaitu kemampuan
menggunakan sesuatu untuk merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan
menggunakan simbol (kata-kata, gesture/bahasa
gerak, dan tanda).
Melalui kemampuan di atas, anak mampu berimajinasi atau berkreasi tentang
berbagai hal. Dia dapat menggunakan kata-kata, peristiwa dan benda untuk
melambangkan yang lainnya. Anak usia 4 tahun mungkin dapat menggunakan kata
”kapal terbang”, sebagai tanda tentang kapal terbang, atau menggunakan benda
”kapal terbang” untuk melambangkan sebuah kapal terbang yang sebenarnya.
Meskipun berpikir melalui simbol ini dipandang lebih maju dari berpikir
periode sensorimotor, namun kemampuan berpikir ini masih mengalami
keterbatasan. Keterbatasan yang
menandai, atau yang menjadi karakteristik periode preoperasional ini adalah
sebagai berikut :
- Egosentrisme,
yang maksudnya bukan selfishness
(egois) atau arogan (sombong), namun merujuk kepada (1) diferensiasi diri,
lingkungan orang lain yang tidak sempurna, dan (2) kecenderungan untuk
mempersepsi, memahami dan menafsirkan sesuatu berdasarkan sudut pandang
sendiri. Salah satu implikasinya, anak tidak dapat memahami persepsi
konseptual orang lain.
2.
Kaku dalam
berpikir. Salah satu karakteristik berpikir preoperasional adalah kaku (frozen). Salah satu contohnya, berpikir
itu bersifat centration (memusat),
yaitu kecenderungan berpikir atas dasar satu dimensi, baik mengenai objek atau
peristiwa, dan tidak menolak dimensi-dimensi lainnya.
Semilogical
reasoning. Anak-anak mencoba untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa
alam yang misterius, yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
pemecahannya dalam menjelaskan yaitu dianalogikan dengan tingkah laku manusia.
No comments:
Post a Comment