Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Friday, March 3, 2017

Teori Altruisme (Perilaku Menolong)


Perilaku menolong dapat dijelaskan dibeberapa macam teori yang memandang dari mana timbulnya perilaku menolong itu.
a) Teori Psikoanalisis
Teori ini bersandar pada asumsi bahwa manusia pada dasarnya agresif dan selfish (egois) secara instingtif. Dengan demikian, beberapa tokoh psikoanalisis memandang altruisme sebagai pertahanan diri terhadap kecemasan dan konflik internal diri kita sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa altruisme lebih bersifat self-serving (melayani diri sendiri), bukan dimotivasi oleh kepedulian yang murni terhadap orang lain.
Meskipun diakui bahwa pengalaman sosialisasi yang positif dapat membuat kita tidak terlalu selfish (lebih selfless), para tokoh psikoanalisis tetap memandang pada dasarnya manusia bersifat selfish artinya manusia itu makhluk yang egois, perilaku menolong itu muncul hanya karena suatu defens mechanism untuk mempertahankan diri agar tetap eksis dan merasa aman.
b) Teori Belajar
Khususnya tokoh-tokoh aliran psikologi belajar yang menekankan reinforcement seperti B.F. Skinner beranggapan bahwa kita cenderung mengulangi atau memperkuat perilaku yang memiliki konsekuensi positif bagi diri kita. Mengenai altruisme, mereka berpendapat, bahwa di balik perilaku yang tampaknya altruisme sesungguhnya adalah egoisme atau kepentingan diri sendiri. Hampir sama dengan pandangan Psikoanalisa, Teori belajar juga mengganggap manusia adalah makhluk yang selfish (egois). Hanya saja, menurut teori belajar, sifat altrusitik ataupun selfish itu didapatkan dari lingkungan pembelajaran.
c) Teori norma sosial
Teori ini bersumber dari pola hubungan masyarakat yang dilihat dari beberapa aspek, diantaranya:
· Norma timbal balik, membalas pertolongan dengan pertolongan
· Norma tanggung jawab sosial, menolong orang lain tanpa mengharapkan balasan.
· Norma keseimbangan, bahwa manusia memiliki perilaku menolong karena untuk mempertahankan keseimbangan.
d) Altrusme dalam Islam
Islam memandang bahwa perilaku menolong adalah merupakan fitrah manusia yang dibawah sejak lahir, artinya manusia sudah mempunyai sifat-sifat itu dan merupakan sifat dasar dalam membangun relasi social nantinya. Dalam masyarakat Muslim pun, sangat mengajurkan perilaku ini, bahkan pada satu hadist disebutkan “tidak akan masuk syurga orang yang membiarkan tetangganya mati kelaparan”.
Perilaku menolong adalah salah satu perilaku prososial yang lahir karena adanya proses pembelajaran di lingkungan. Proses ini dimulai sejak anak mulai mengenal lingkungan. Menurut Cialdini (1982) anak adalah individu yang berusia antara 10-12 tahun, yang merupakan masa peralihan antara tahapan presosialization (tahap dimana anak tidak peduli pada orang lain, mereka hanya akan menolong apabila diminta atau ditawari sesuatu agar mau melakukannya, tapi menolong itu tidak membawa dampak positif bagi mereka), tahap awareness (tahap dimana anak belajar bahwa anggota masyarakat di lingkungan tempat tinggal mereka saling membantu, mengakibatkan mereka menjadi lebih sensitif terhadap norma sosial dan tingkah laku prososial), dan tahap internalization (15-16 tahun).
Pada tahap ini perilaku menolong bisa memberikan kepuasan secara intrinsik dan membuat orang merasa nyaman. Norma eksternal yang memotivasi menolong selama tahap kedua sudah diinternalisasi. Lingkungan yang tidak mendukung akan timbulnya perilaku altruism ini, kemungkinan besar hubungan antar anggota masyarakat lebih bersifat individual. Pada dasarnya, menurut pandangan Islam, perilaku menolong dan perilaku hidup prososial adalah merupakan fitrah manusia, artinya kecenderungan untuk melakukan perilaku menolong sudah ada dalam diri manusia, tinggal lingkungan memberikan support, apakah akan memunculkannya atau tidak.

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts