1. Constance
Kamii
Ia percaya satu-satunya teori yang
telah ada yang menerangkan perkembangan dari masa bayi sampai ke masa
adolesensi adalah teori dari Jean Piaget. Ia tertarik pengaplikasian teori
Piaget tentang mengajar anak-anak terutama pengajaran Matematika. Ia yakin
bahwa anak-anak seharusnya mengenal tentang “benar” atau “salah” mengenai
pekerjaannya tanpa tergantung pendapat orang dewasa. Kami menghendaki murid,
agar si murid sendiri tahu bahwa jawaban yang dipersiapkannya itu “benar” dan
berikan kekuatan kepadanya untuk mempertahankan jawabannya itu.
2. David
Elkind
Ia terfokus pada bahaya-bahaya memperkenalkan kegiatan terutama kegiatan
tugas-tugas akademik kepada anak terlalu dini. Ia percaya anak-anak membutuhkan
dukungan yang kuat untuk bermain dan melakukan kegiatan yang dipilihnya
sendiri. Elkind yakin anak-anak yang bermain dalam keadaan bebas dari stres,
maka mereka dibekali persiapan yang lebih baik dalam menanggulangi stres-stres
kehidupan orang dewasa kelak. Di dalam buku “Miseducation:Preschoolers at Risk”
ia memberi peringatan terhadap terlalu banyaknya tekanan akademik terhadap
anak-anak.
3. Lilian
Katz
Ia percaya bahwa dalam mengajar guru
haruslah berfikir tentang hasil (keluaran) dari pengalaman-pengalaman yang
mereka bekalkan/persiapkan untuk anak. Sekolah sebagai tempat memperoleh
pengetahuan, sikap, keterampilan dan watak. Pengetahuan adalah fakta-fakta dan
konsep-konsep yang dipelajari. Keterampilan adalah kemampuan untuk memperagakan
tugas-tugas yang diberikan. Sikap dipelajari melalui interaksi dengan orang
lain. Watak adalah kecenderungan untuk melanjutkan kegiatan dan minat. Menurut
Katz kemampuan itu sebagai learned stupidity (belajar kebodohan), yaitu
perasaan tidak memadai dan tidak mampu, sebagai akibat dari upaya anak mencoba
kegiatan yang tidak sesuai untuknya.
4. David
Weikart
Program Weikart dijelaskan dalam
buku : The Cognitively Oriented curriculum and Young Children in Action.
Prinsip dasarnya mempersiapkan anak dengan pengalaman-pengalaman, dengan bahasa
untuk memberi sandi kepada pengalaman-pengalaman tersebut. Metode mengajarnya
disimpulkan dalam prinsip-prinsip berikut :
-
Memelihara kenyamanan dan keamanan lingkungan
-
Mendukung perilaku dan bahasa anak
-
Membantu anak membuat pilihan dan keputusan
-
Membantu anak memecahkan masalah-masalahnya sendiri dan
-
Melakukannya sendiri
5. Ki Hajar
Dewantara dan Taman Siswa
Pada saat penjajahan Belanda di
Indonesia, guru-guru tidak dapat mengikuti kemajuan dan pembaharuan di dalam
dunia pendidikan. Ki Hajar Dewantara yang diasingkan oleh Belanda karena
kegiatannya politiknya, belajar untuk menjadi guru. Tahun 1914 di Den Haag ia
turut menyelenggarakan pengajaran Montessori. Di samping itu dia pun mengikuti
gerakan pendidikan yang dilakukan oleh Jan Ligthart.
Setelah ia ada di Indonesia, ia
menjadi guru di sekolah Adidarma yang dipimpin oleh kakaknya, R.M. Suryopranoto
selama satu tahun. Pada 3 Juli 1922, ia bersama kakaknya mendirikan Sekolah
Taman Siswa yang pertama di Yogyakarta. Sekolah Taman Siswa yang pertama-tama
dibuka dimulai dengan Kidergarten (Taman Indrya) dan Kursus Guru (Taman Guru).
Tujuan Taman Siswa adalah mendidik
manusia Indonesia yang memiliki kepribadian, yang tidak merasa asing menghadapi
perkembangan kebudayaan bangsa sendiri. Dasar pendidikan Taman Siswa adalah sistim
Among yaitu hubungan guru dan murid dapat disamakan dengan hubungan anak
asuh dengan pengasuhnya. Pelaksanaan pendidikannya dengan Tut Wuri
Handayani.
Ki Hajar Dewantara melaksanakan
pendidikannya berdasarkan teori Tri Kon yaitu : 1. konvergensi 2. konsentris 3. kontinuitas
Ada tiga pusat lingkungan pendidikan yang kita kenal sebagai Tri Pusat
Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dalam kongres Taman Siswa yang ke V tahun 1947 azas Taman Siswa yang juga
program perjuangannya yaitu :
- kemerdekaan 4.
kebangsaan
- kodrat alam 5.
kemanusiaan
- kebudayaan
Sesuai dengan perkembangan pendidikan Taman Siswa dan berdasarkan
kebutuhan, jenjang persekolahan didirikan antara lain :
- Taman Indrya (Kindergarten)
- Taman Anak (sekolah rendah 3 tahun)
- Taman Muda (3 tahun setelah Taman Anak)
- Taman Antara (sebagai persiapan Taman Dewasa)
- Taman Dewasa (3 tahun setelah Taman Muda)
- Taman Dewasa Raya (5 tahun setelah Taman Dewasa
Muda)
- Taman Madya (3 tahun setelah Taman Dewasa)
- Taman Guru Indrya (Sekolah guru Taman Kanak-Kanak)
- Taman Guru Umum
Setelah Indonesia merdeka pendidikan anak prasekolah
ditentukan oleh pemerintah, bahwa pemerintah belum dapat menanggung pendidikan
prasekolah, yang dapat dilakukan ialah membantu usaha masyarakat di lapangan
pendidikan prasekolah dengan jalan mendidik guru-guru yang akan bertugas.
Lembaga baru ini disebut Taman Kanak-Kanak, sebagai terjemahan dari
Kindergarten. Dasar utama pendidikan yang digunakannya ialah ajaran Froebel.
No comments:
Post a Comment