Malaysia adalah sebuah negara federasi yang terdiri dari
tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara dengan
luas 329.847 km persegi. Ibukotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya
menjadi pusat pemerintahan persekutuan. Jumlah penduduk negara ini mele bihi 27 juta jiwa. Negara ini dipisahkan ke
dalam dua kawasan — Malaysia Barat dan Malaysia Timur — oleh Kepulauan Natuna,
wilayah Indonesia di Laut Cina Selatan. Malaysia berbatasan dengan Thailand,
Indonesia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Negara ini terletak di dekat
khatulistiwa dan beriklim tropika. Kepala negara Malaysia adalah Yang
di-Pertuan Agong[8] dan pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri.
Model pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementer Westminster.
Ibu kota: Kuala Lumpur
Kode panggilan: +60
Mata uang: Ringgit
Lagu kebangsaan: Negaraku
Raja: Abdul Halim Muadzam Shah dari Kedah
Pemerintahan: Monarki Elektif, Monarki konstitusional,
Demokrasi, Sistem parlementer
Malaysia sebagai negara persekutuan tidak pernah ada sampai
tahun 1963. Sebelumnya, sekumpulan koloni didirikan oleh Britania Raya pada
akhir abad ke-18, dan paro barat Malaysia modern terdiri dari beberapa kerajaan
yang terpisah-pisah. Kumpulan wilayah jajahan itu dikenal sebagai Malaya
Britania hingga pembubarannya pada 1946, ketika kumpulan itu disusun kembali
sebagai Uni Malaya. Karena semakin meluasnya tentangan, kumpulan itu lagi-lagi
disusun kembali sebagai Federasi Malaya pada tahun 1948 dan kemudian meraih kemerdekaan
pada 31 Agustus 1957.
Pada 16 September 1963 sesuai dengan Resolusi Majelis Umum
PBB 1514 dalam proses dekolonialisasi, Singapura, Sarawak, Borneo Utara atau
yang sekarang lebih dikenal sebagai Sabah berubah menjadi negara bagian dari
federasi bentukan baru yang bernama Malaysia termasuk dengan Federasi Malaya.
dan pada 9 Agustus 1965 Singapura kemudian dikeluarkan dari Malaysia dan
menjadi negara merdeka yang bernama Republik Singapura. saat tahun-tahun awal
pembentukan federasi baru terdapat pula tentangan dari Filipina dan konflik
militer dengan Indonesia
Bangsa-bangsa di Asia Tenggara mengalami ledakan ekonomi dan
menjalani perkembangan yang cepat di penghujung abad ke-20. Pertumbuhan yang
cepat pada dasawarsa 1980-an dan 1990-an, rata-rata 8% dari tahun 1991 hingga
1997, telah mengubah Malaysia menjadi negara industri baru. Karena Malaysia
adalah salah satu dari tiga negara yang menguasai Selat Malaka, perdagangan
internasional berperan penting di dalam ekonominya. Pada suatu ketika, Malaysia
pernah menjadi penghasil timah, karet dan minyak kelapa sawit di dunia.
Industri manufaktur memiliki pengaruh besar bagi ekonomi negara ini. Malaysia
juga dipandang sebagai salah satu dari 18 negara berkeanekaragaman hayati
terbesar di dunia.
Suku Melayu menjadi bagian terbesar dari populasi Malaysia.
Terdapat pula komunitas Tionghoa-Malaysia dan India-Malaysia yang cukup besar. Bahasa
Melayu dan Islam masing-masing menjadi
bahasa dan agama resmi negara.
Malaysia adalah anggota perintis ASEAN dan turut serta di
berbagai organisasi internasional, seperti PBB. Sebagai bekas jajahan Inggris,
Malaysia juga menjadi anggota Negara-Negara Persemakmuran. Malaysia juga
menjadi anggota D-8
PEMERINTAHAN
Federasi Malaysia adalah sebuah monarki konstitusional.
Kepala negara persekutuan Malaysia adalah Yang di-Pertuan Agong, biasa disebut
Raja Malaysia. Yang di-Pertuan Agong dipilih dari dan oleh sembilan Sultan
Negeri-Negeri Malaya, untuk menjabat selama lima tahun secara bergiliran; empat
pemimpin negeri lainnya, yang bergelar Gubernur, tidak turut serta di dalam
pemilihan.
Sistem pemerintahan di Malaysia bermodelkan sistem
parlementer Westminster, warisan Penguasa Kolonial Britania. Tetapi di dalam
praktiknya, kekuasaan lebih terpusat di eksekutif daripada di legislatif, dan
judikatif diperlemah oleh tekanan berkelanjutan dari pemerintah selama zaman
Mahathir, kekuasaan judikatif itu dibagikan antara pemerintah persekutuan dan
pemerintah negara bagian. Sejak kemerdekaan pada 1957, Malaysia diperintah oleh
koalisi multipartai yang disebut Barisan Nasional (pernah disebut pula
Aliansi).
Kekuasaan legislatur dibagi antara legislatur persekutuan
dan legislatur negeri. Parlemen bikameral terdiri dari dewan rendah, Dewan
Rakyat (mirip "Dewan Perwakilan Rakyat" di Indonesia) dan dewan
tinggi, Senat atau Dewan Negara (mirip "Dewan Perwakilan Daerah" di
Indonesia). 222 anggota Dewan Rakyat dipilih dari daerah pemilihan
beranggota-tunggal yang diatur berdasarkan jumlah penduduk untuk masa jabatan
terlama 5 tahun. 70 Senator bertugas untuk masa jabatan 3 tahun; 26 di
antaranya dipilih oleh 13 majelis negara bagian (masing-masing mengirimkan dua
utusan), dua mewakili wilayah persekutuan Kuala Lumpur, masing-masing satu
mewakili wilayah persekutuan Labuan dan Putrajaya, dan 40 diangkat oleh raja
atas nasihat perdana menteri. Di samping Parlemen di tingkatan persekutuan,
masing-masing negara bagian memiliki dewan legislatif unikameral (Dewan
Undangan Negeri) yang para anggotanya dipilih dari daerah-daerah pemilihan
beranggota-tunggal. Pemilihan umum parlemen dilakukan paling sedikit lima tahun
sekali, dengan pemilihan umum terakhir pada Maret 2008. Pemilih terdaftar
berusia 21 tahun ke atas dapat memberikan suaranya kepada calon anggota Dewan
Rakyat dan calon anggota dewan legislatif negara bagian juga, di beberapa
negara bagian. Voting tidak diwajibkan.
Kekuasaan eksekutif dilaksanakan oleh kabinet yang dipimpin
oleh perdana menteri; konstitusi Malaysia menetapkan bahwa perdana menteri
haruslah anggota dewan rendah (Dewan Rakyat), yang direstui Yang di-Pertuan
Agong dan mendapat dukungan majoritas di dalam parlemen. Kabinet dipilih dari
para anggota Dewan Rakyat dan Dewan Negara dan bertanggung jawab kepada badan
itu.; sedangkan kabinet merupakan anggota parlemen yang dipilih dari Dewan
Rakyat atau Dewan Negara.
Pemerintah negara bagian dipimpin oleh Menteri Besar di
negeri-negeri Malaya atau Ketua Menteri di negara-negara yang tidak memelihara
monarki lokal, yakni seorang anggota majelis negara bagian dari partai
majoritas di dalam Dewan Undangan Negeri. Di tiap-tiap negara bagian yang
memelihara monarki lokal, Menteri Besar haruslah seorang Suku Melayu Muslim,
meskipun penguasa ini menjadi subjek kebijaksanaan para penguasa. Kekuasaan
politik di Malaysia amat penting untuk memperjuangkan suatu isu dan hak. Oleh
karena itu kekuasaan memainkan peranan yang amat penting dalam melakukan
perubahan.
GEOGRAFI
Malaysia adalah negara berpenduduk terbanyak ke-43 dan
negara dengan daratan terluas ke-66 di dunia, dengan jumlah penduduk kira-kira 27
juta dan luas wilayah melebihi 320.000 km2. Jumlah penduduk sedemikian
cukup sebanding dengan jumlah penduduk Arab Saudi dan Venezuela, dan luas
wilayah sedemikian sebanding dengan luas wilayah Norwegia dan Vietnam, atau New
Mexico, sebuah negara bagian di Amerika Serikat.
Malaysia terdiri atas dua kawasan utama yang terpisah oleh
Laut Cina Selatan. Keduanya memiliki bentuk muka bumi yang hampir sama, yaitu
dari pinggir laut yang landai hingga hutan lebat dan bukit tinggi. Puncak
tertinggi di Malaysia (dan juga di Kalimantan) yaitu Gunung Kinabalu setinggi
4.095,2 meter di Sabah. Iklim lokal adalah khatulistiwa dan dicirikan oleh
angin muson barat daya (April hingga Oktober) dan timur laut (Oktober hingga
Februari).
Tanjung Piai, terletak di selatan negara bagian Johor,
adalah tanjung paling selatan benua Asia. Selat Malaka, terletak di antara
Sumatera dan Semenanjung Malaysia, jalur pelayaran terpenting di dunia.
Kuala Lumpur adalah ibukota resmi dan kota terbesar di
Malaysia. Putrajaya di pihak lain, dipandang sebagai ibukota administratif
pemerintahan persekutuan Malaysia. Meskipun banyak cabang eksekutif dan
judikatif pemerintahan persekutuan telah pindah ke sana (untuk menghindari
kemacetan yang tumbuh di Kuala Lumpur), tetapi Kuala Lumpur masih dipandang
sebagai ibukota legislatif Malaysia karena di sanalah beradanya kompleks gedung
Parlemen Malaysia. Kuala Lumpur juga merupakan pusat perdagangan dan keuangan
Malaysia.
Kota utama lain termasuk Ipoh, George Town, Johor Bahru,
Kuching, Kota Kinabalu, Miri, Alor Star, Kota Melaka, dan Petaling Jaya.
Sumber daya alam
Malaysia diberkati dengan sumber daya alam semisal sektor
pertanian, kehutanan, dan pertambangan. Di sektor pertanian, Malaysia adalah
salah satu pengekspor terbesar karet alam dan minyak sawit, yang bersama-sama
dengan damar dan kayu gelondongan, kakao, lada, nenas, dan tembakau mendominasi
pertumbuhan sektor itu. Minyak sawit juga merupakan pembangkit utama
perdagangan internasional Malaysia.
Salah satu kebun teh di Malaysia.
Tentang sumber daya hutan, diketahui bahwa usaha
penggelondongan dimulai untuk membuat kontribusi berarti bagi ekonomi Malaysia
pada abad ke-19. Kini, ditaksir 59% daratan Malaysia masih berupa hutan.
Perluasan industri damar yang cepat, khususnya setelah era 1960-an, telah
menghasilkan masalah erosi di hutan-hutan negara ini. Tetapi, dengan adanya
komitmen pemerintah untuk melindungi lingkungan dan sistem ekologi, sumber daya
hutan dikelola pada landasan yang berkelanjutan, dampak ikutannya adalah
menurunnya laju penebangan pohon.
Sebagai tambahan, sejumlah wilayah yang substansial
diperlakukan sebagai hutan produksi (silvikultur) dan upaya penghutanan kembali
terhadap lahan hutan sudah dilakukan. Pemerintah Malaysia merencanakan
pengayaan tanah seluas 312,30 kilometer persegi dengan rotan di bawah kondisi
hutan alami dan di sela-sela tanaman karet alami sebagai komoditas panen
perantara. Untuk terus memperkaya sumber-sumber hutan, spesies damar yang
cepat-tumbuh seperti meranti tembaga, merawan dan sesenduk juga ditanam. Pada
saat yang sama, penuaian pohon-pohon berharga tinggi seperti jati dan pohon
lainnya untuk dijadikan pulp dan kertas juga dianjurkan. Karet, pernah menjadi
arus utama ekonomi Malaysia, kini digantikan oleh minyak sawit sebagai
komoditas ekspor utama pertanian Malaysia.
Timah dan minyak bumi adalah dua sumber daya mineral utama
yang menjadi penyokong ekonomi utama Malaysia. Malaysia pernah menjadi
penghasil timah terbesar di dunia hingga runtuhnya pasar timah di permulaan
tahun 1980-an. Pada abad ke-19 dan ke-20, timah memainkan peran dominan di
dalam ekonomi Malaysia. Pada 1972 minyak bumi dan gas alam mengambil alih timah
sebagai komoditas utama sektor pemurnian mineral. Sementara itu, kontribusi
timah semakin menurun. Penemuan minyak bumi dan gas alam di ladang minyak lepas
pantai Sabah, Sarawak, dan Terengganu memiliki sumbangan penting bagi ekonomi
Malaysia. Mineral lain menurut tingkat kepentingan dan keberartiannya adalah
tembaga, bauksit, besi, dan batu bara bersama-sama dengan mineral industri seperti
tanah liat, kaolin, silika, batu gamping, barit, fosfat, dan bebatuan dimensi
seperti granit juga blok dan lempengan marmer. Sejumlah emas dengan kadar
minimalis juga diproduksi.
Pada 2004, seorang menteri di Departemen Perdana Menteri,
Mustapa Mohamed, menyatakan bahwa cadangan minyak bumi Malaysia berada pada
kisaran 4.84 miliar barel, sedangkan cadangan gas alam bertambah menjadi 89
triliun kaki kubik (2,500 km³). Pada 1 Januari 2007, Petronas melaporkan
bahwa cadangan minyak dan gas di Malaysia berkisar pada ekuivalensi 20.18
miliar barel.
Pemerintah menaksir bahwa pada laju produksi terkini,
Malaysia akan mampu menghasilkan minyak sampai 18 tahun dan gas sampai 35 tahun
ke muka. Pada 2004, Malaysia menduduki peringkat ke-24 menurut cadangan minyak dunia
dan ke-13 menurut cadangan gas. 56% dari cadangan minyak ada di Semenanjung
sedangkan 19% di Malaysia Timur. Tiap-tiap negara bagian memelihara hak untuk
menguasai sumber-sumber daya alam di dalam wilayahnya. Tetapi, pemerintah
persekutuan menguasai minyak dan gas. Negara bagian yang memiliki minyak dan
gas diberi royalti.
PENDUDUK
Penduduk Malaysia terdiri dari berbagai kelompok suku,
dengan Suku Melayu sejumlah 50,4% menjadi ras terbesar dan bumiputra/suku asli
(aborigin) di Sabah dan Sarawak sejumlah 11% keseluruhan penduduk. Menurut
definisi konstitusi Malaysia, orang Melayu adalah Muslim, menggunakan Bahasa
Melayu, yang menjalankan adat dan budaya Melayu. Oleh karena itu, secara
teknis, seorang Muslim dari ras manapun yang menjalankan kebiasaan dan budaya
Melayu dapat dipandang sebagai Melayu dan memiliki hak yang sama ketika
berhadapan dengan hak-hak istimewa Melayu seperti yang dinyatakan di dalam
konstitusi. Melebihi separo bagian dari keseluruhan penduduk, bumiputra
non-melayu menjadi kelompok dominan di negara bagian Sarawak (30%-nya adalah
Iban), dan mendekati 60% penduduk Sabah (18%-nya adalah Kadazan-Dusun, dan
17%nya adalah Bajaus).[71] Bumiputra non-Melayu itu terbagi atas puluhan
kumpulan ras tetapi memiliki budaya umum yang sama. Hingga abad ke-20,
kebanyakan dari mereka mengamalkan kepercayaan tradisional tetapi kini telah
banyak yang sudah memeluk Kristen atau Islam. Masuknya ras lain sedikit banyak
mengurangi persentase penduduk pribumi di kedua negara bagian itu. Juga
terdapat kelompok aborigin dengan jumlah sedikit di Semenanjung, mereka biasa
disebut Orang Asli.
23,7% penduduk adalah Tionghoa-Malaysia, sedangkan
India-Malaysia sebanyak 7,1% penduduk.[71] Sebagian besar komunitas India
adalah Tamil (85%), tetapi berbagai kelompok lainnya juga ada, termasuk
Malayalam, Punjab, dan Gujarat. Sebagian lagi penduduk Malaysia berdarah
campuran Timur Tengah, Thailand, dan Indonesia. Keturunan Eropa dan Eurasia
termasuk Britania yang menetap di Malaysia sejak zaman kolonial, dan komunitas
Kristang yang kuat di Melaka. Sejumlah kecil orang Khmer dan Vietnam menetap di
Malaysia sebagai pengungsi Perang Vietnam.
Sebaran penduduk sangat tidak merata, dengan lebih dari 17
juta penduduk menetap di Malaysia Barat, sedangkan tidak lebih dari 7 juta menetap
di Malaysia Timur. Karena tumbuhnya industri padat tenaga kerja, Malaysia
memiliki 10% sampai 20% pekerja imigran dengan besarnya ketidakpastian jumlah
pekerja ilegal, terutama asal Indonesia. Terdapat sejuta pekerja imigran yang
legal dan mungkin orang asing ilegal lainnya. Negara bagian Sabah sendiri
memiliki hampir 25% dari 2,7 juta penduduknya terdaftar sebagai pekerja imigran
ilegal menurut sensus terakhir. Tetapi, gambaran 25% ini diduga kurang dari
setengah gambaran yang diperkirakan oleh lembaga-lembaga swadaya
masyarakat.[72]
Sebagai tambahan, menurut World Refugee Survey 2008, yang
diterbitkan oleh Komisi Pengungsi dan Imigran Amerika Serikat, Malaysia
menampung pengungsi dan pencari suaka mendekati angka 155.700. Dari jumlah ini,
hampir 70.500 pengungsi dan pencari suaka berasal dari Filipina, 69.700 dari
Myanmar, dan 21.800 dari Indonesia.[73] Komisi Pengungsi dan Imigran Amerika
Serikat menamai Malaysia sebagai salah satu dari sepuluh tempat terburuk bagi
pengungsi karena adanya praktik diskriminasi negara kepada pengungsi. Petugas
Malaysia dilaporkan memulangkan pendatang secara langsung kepada penyelundup
manusia pada 2007, dan Malaysia menugaskan RELA, milisi sukarelawan, untuk
menegakkan undang-undang imigrasi negara itu.
EKONOMI
Pada abad ke-17, mereka didirikan di beberapa negara bagian.
Kemudian, sejak Britania Raya mulai mengambil alih sebagai administrator Malaya
Britania, pohon karet dan kelapa sawit diperkenalkan untuk tujuan komersial. Di
dalam waktu lama, Malaya menjadi penghasil timah, karet, dan minyak sawit
terbesar di dunia.[89] Tiga komoditas ini, beserta bahan mentah lainnya,
mengatur tempo ekonomi Malaysia lebih baik sampai abad ke-20.
Sebagai ganti kebergantungan pada Suku Melayu sebagai sumber
tenaga kerja, Britania membawa Tionghoa dan orang India untuk bekerja di
pertambangan, perkebunan, dan mengisi kekosongan ahli profesional. Kendati
banyak dari mereka kembali ke negara asal mereka setelah kontrak dipenuhi,
beberapa di antaranya menetap di Malaysia.
Ketika Malaya bergerak ke arah kemerdekaan, pemerintah mulai
menerapkan perencanaan ekonomi lima tahunan, dimulai dengan Rencana Lima Tahun
Malaya Pertama pada 1955. Ketika Malaysia didirikan, istilah perencanaan
diganti dan dinomori, dimulai dengan Rencana Malaysia Pertama pada 1965.
Pada 1970-an, Malaysia mulai meniru ekonomi Empat Macan Asia
(Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, dan Singapura) dan berkomitmen kepada
transformasi dari ekonomi yang bergantung pada pertambangan dan pertanian ke
ekonomi berbasis manufaktur. Dengan investasi Jepang, industri-industri berat
mulai dibuka dan beberapa tahun kemudian, ekspor Malaysia menjadi mesin
pertumbuhan primer negara ini[butuh rujukan]. Malaysia secara konsisten
menerima lebih dari 7% pertumbuhan PDB disertai dengan inflasi yang rendah pada
1980-an dan 1990-an.[90] Pada dasarnya, pertumbuhan Malaysia bergantung pada
ekspor bahan elektronik seperti chip komputer dan sebagainya. Akibatnya,
Malaysia merasakan tekanan hebat semasa krisis ekonomi pada tahun 1998 dan
kemerosotan dalam sektor teknologi informasi pada tahun 2001. KDNK pada tahun
2001 hanya meningkat sebanyak 0,3% disebabkan pengurangan 11% dalam bilangan
ekspor tetapi paket perangsang fiskal yang besar telah mengurangi dampak
tersebut.
Pada periode yang sama, pemerintah berupaya mengurangi angka
kemiskinan dengan Kebijakan Ekonomi Baru Malaysia (NEP) yang kontroversial,
setelah Peristiwa 13 Mei, kerusuhan antar-etnis pada 1969.[51] Tujuan utamanya
adalah menghilangkan keterkaitan ras dengan fungsi ekonomi, dan rencana lima
tahun pertama mulai menerapkan NEP sebagai Rencana Malaysia Kedua. Kejayaan
atau kegagalan NEP menjadi bahan perdebatan, kendati secara resmi berakhir pada
1990 dan diganti dengan Kebijakan Pembangunan Nasional (NDP). Baru-baru ini banyak
debat muncul sekali lagi tentang hasil dan relevansi NEP. Sebagian pihak
berdalih bahwa NEP jelas-jelas berjaya menciptakan pengusaha dan tenaga
profesional Melayu kelas menengah-atas. Kendati beberapa perbaikan di dalam
kekuatan ekonomi Melayu secara umum, pemerintah Malaysia memelihara kebijakan
diskriminasi yang menguntungkan Suku Melayu di atas suku lain - termasuk
pengutamaan penerimaan kerja, pendidikan, beasiswa, perdagangan, akses
mendapatkan rumah murah dan tabungan yang dibantu.[91] Perlakuan khusus ini
memicu kecemburuan dan kebencian di antara non-Melayu dan Melayu.
Penguasaan Tionghoa terhadap sektor ekonomi negara yang
dimiliki pihak lokal telah banyak diserahkan demi menguntungkan
Bumiputra/Melayu di banyak industri strategis/penting seperti distribusi
turunan minyak bumi, transportasi, pertanian, dan lain-lain. Sebagian besar
profesional per kapita masih didominasi orang India-Malaysia.
Ledakan ekonomi yang cepat memicu macam-macam masalah
pemasokan. Sedikitnya tenaga kerja segera dipenuhi dengan mengalirnya jutaan
pekerja imigran, banyak di antaranya ilegal. PLC yang kaya akan modal tunai dan
konsorsium bank-bank segera menguntungkan pertambahan dan mencepatnya pemulaian
pembangunan projek-projek infrastruktur besar. Ini berakhir ketika krisis
finansial Asia 1997 melanda pada musim gugur 1997, menghantarkan kejutan besar
bagi ekonomi Malaysia.
Seperti negara lain yang dipengaruhi krisis, terjadi
penjualan singkat spekulatif mata uang Malaysia, ringgit. Penanaman modal asing
jatuh pada tingkatan yang berbahaya, karena modal menguap ke luar negara, nilai
ringgit jatuh dari MYR 2,50 per USD ke, MYR 4,80 per USD. Indeks komposit Bursa
Malaysia terjungkal dari hampir 1.300 poin ke kisaran 400 poin dalam hitungan
pekan. Setelah penangkapan kontroversial menteri keuangan Anwar Ibrahim, sebuah
Dewan Aksi Ekonomi Nasional dibentuk untuk mengantisipasi krisis moneter. Bank
Negara Malaysia menentukan pengendalian modal dan mematok nilai tukar ringgit
Malaysia pada 3,80 terhadap dolar Amerika Serikat. Bagaimanapun, Malaysia
menolak paket bantuan ekonomi dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank
Dunia, tindakan yang mengejutkan analis asing.
Pada Maret, 2005, United Nations Conference on Trade and
Development (UNCTAD) menerbitkan sebuah makalah tentang sumber-sumber dan
langkah pemulihan Malaysia, ditulis oleh Jomo K.S. dari departemen ekonomi
terapan, Universitas Malaya, Kuala Lumpur. Makalah itu menyimpulkan bahwa
kontrol yang ditentukan pemerintah Malaysia tidaklah memperparah tidak pula
membantu pemulihan. Faktor terbesar adalah menaiknya jumlah ekspor komponen
elektronik, yang disebabkan oleh menaiknya permintaan komponen di Amerika
Serikat, yang disebabkan oleh kekhawatiran dampak kedatangan tahun 2000 (Y2K)
pada komputer dan perangkat digital lain yang lebih tua.
Tetapi, pasca-memudarnya Y2K pada 2001 tidak memengaruhi
Malaysia seperti banyak negara lain. Ini menjadi bukti yang lebih jelas bahwa
ada sebab-sebab dan dampak-dampak lain yang mungkin lebih bersesuaian untuk
pemulihan. Satu kemungkinan adalah bahwa para spekulan mata uang mengalami
kebangkrutan keuangan setelah jatuh di dalam aksi serang mereka terhadap dolar
Hong Kong pada Agustus 1998 dan setelah rubel Rusia tumbang. (Lihat George
Soros)
Tanpa memperhatikan sebab dan akibat klaim, peremajaan
ekonomi juga bergulir dengan defisit anggaran dan belanja pemerintah
besar-besaran pada tahun-tahun setelah krisis. Kemudian, Malaysia menikmati
pemulihan ekonomi lebih cepat dibandingkan dengan jiran-jirannya. Bagaimanapun,
di banyak cara negara ini belum mengalami kepulihan pada tingkatan pra-krisis.
Sementara langkah pembangunan kini tidak secepat dulu,
tetapi terasa lebih stabil. Kendati kontrol dan penjagaan ekonomi bukan menjadi
alasan utama pemulihan, tidak ada keraguan bahwa sektor perbankan menjadi lebih
kenyal terhadap serangan luar negara. Akun saat ini berada di surplus
struktural, memberikan bantalan bagi pengambangan modal. Harga-harga aset kini,
fraksi dari ketinggian pra-krisis mereka.
Malaysia mempunyai sejumlah elemen makroekonomi yang stabil
(di mana tingkat inflasi dan tingkat pengangguran tetap di bawah 3%), simpanan
pertukaran uang asing yang sehat, dan utang luar negeri yang rendah. Ini
memungkinkan Malaysia untuk tidak mengalami krisis yang sama seperti Krisis
finansial Asia pada tahun 1997. Walau bagaimanapun, prospek jangka panjang
kelihatan kurang baik disebabkan kurangnya perubahan dalam sektor badan hukum
terutama sektor yang berurusan dengan utang korporat yang tinggi dan
kompetitif.
Nilai tukar yang dipatok dibuka kembali pada Juli 2005 untuk
nilai tukar mengambang yang terawasi setelah satu jam pemberlakuan yang sama
oleh Cina.[92] Pada pekan yang sama, ringgit menguat satu persen dibandingkan
mata uang utama lainnya dan diharapkan akan mengalami apresiasi lebih jauh.
Tetapi pada Desember 2005, harapan apresiasi lebih jauh menjadi bisu karena
aliran modal melampaui USD 10 miliar.[93]
Pada September 2005, Howard J. Davies, direktur London
School of Economics, di dalam sebuah pertemuan di Kuala Lumpur, memperingatkan
para pejabat Malaysia bahwa jika mereka ingin pasar modal fleksibel kembali,
mereka harus mencabut larangan penjualan singkat. Pada Maret 2006, Malaysia
mencabut larangan penjualan singkat.[94] Kini, Malaysia dipandang sebagai
negara industri baru.
No comments:
Post a Comment