Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Saturday, February 25, 2017

Cara Belajar


Terdapat dua cara belajar, yaitu belajar melalui pengamatan (observational learning) dan belajar melalui perbuatan (enactive learning).
1. Observational Learning
a. Fungsi Observational Learning
Sebagian besar perilaku manusia dan keterampilan kognitifnya dipelajari melalui pengamatan terhadap model. Fungsi observational learning adalah sebagai berikut. 1) Modelling dapat mengajari observer keterampilan dan aturan-aturan berperilaku. 2) Modelling dapat menghambat ataupun memperlancar perilaku yang sudah dimiliki orang. 3) Perilaku model dapat berfungsi sebagai stimulus dan isyarat bagi orang untuk melaksanakan perilaku yang sudah dimilikinya. 4) Modeling dapat merangsang timbulnya emosi. Orang dapat berpersepsi dan berperilaku secara berbeda dalam keadaan emosi tinggi. 5) Symbolic modelling dapat membentuk citra orang tentang realitas sosial karena menggambarkan hubungan manusia dengan aktivitas yang dilakukannya.
b. Proses Observational Learning
Belajar mencakup pemrosesan informasi. Kekuatan modelling terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi  proses tersebut. Observational learning memerlukan empat macam proses utama:
1)        Proses memperhatikan (attentional processes). Jika orang belajar melalui modelling, maka mereka harus memperhatikan dan mempersepsi perilaku model secara tepat. Tingkat keberhasilan belajar itu ditentukan oleh karakteristik model maupun karakteristik pengamat itu sendiri. Karakteristik model yang merupakan variabel penentu tingkat perhatian itu mencakup frekuensi kehadirannya, kejelasannya, daya tarik personalnya, dan nilai fungsional perilaku model itu. Karakteristik pengamat yang penting untuk proses perhatian adalah kapasitas sensorisnya, tingkat ketertarikannya, kebiasaan persepsinya, dan reinforcement masa lalunya.
2)        Proses retensi (retention processes). Agar efektif, modelling harus disimpan dalam ingatan. Retensi ini dapat dilakukan dengan cara menyimpan informasi secara imaginal atau mengkodekan peristiwa model ke dalam simbol-simbol verbal yang mudah dipergunakan. Materi yang bermakna bagi pengamat dan menambah pengalaman sebelumnya akan lebih mudah diingat. Cara lain untuk mengingat adalah dengan membayangkan perilaku model atau dengan mempraktekkannya. Keterampilan dan struktur kognitif pengamat dapat memperkuat retensi. Motivasi untuk belajar juga berperan dalam retensi, meskipun insentif lebih bersifat fasilitatif daripada keharusan.
3)    Proses produksi. Pada tahap tertentu, gambaran simbolik tentang perilaku model mungkin perlu diterjemahkan ke dalam tindakan yang efektif. Pengamat memerlukan gambaran kognitif yang akurat tentang perilaku model untuk dibandingkan dengan umpan balik sensoris dari perbuatannya. Modelling korektif merupakan cara yang efektif untuk memberikan umpan  balik bila pengamat melakukan kinerja yang tidak tepat. Variabel pengamat yang mempengaruhi reproduksi perilaku mencakup kapasitas fisiknya, apakah perbendaharaan responnya sudah mencakup komponen-komponen respon yang diperlukan, dan kemampuannya untuk melakukan penyesuaian korektif bila mencobakan perilaku baru.
4) Proses motivasi. Apakah orang mempraktekkan apa yang sudah dipelajarinya atau tidak, tergantung pada motivasinya. Pengamat akan cenderung mengadopsi perilaku model jika perilaku tersebut: (a) menghasilkan imbalan eksternal; (b) secara internal pengamat memberikan penilaian yang positif; dan (c) pengamat melihat bahwa perilaku tersebut bermanfaat bagi model itu sendiri. Antisipasi terhadap akibat yang positif dan negatif menentukan aspek-aspek yang mana dari perilaku model itu yang diamati atau diabaikan oleh pengamat.
c. Modelling untuk Proses Berpikir
Orang dapat belajar keterampilan berpikir dengan mengamati model. Akan tetapi, sering kali proses berpikir yang tersirat tidak terungkapkan secara memadai oleh tindakan model. Misalnya, seorang model dapat memecahkan suatu masalah secara kognitif, tetapi pengamat hanya melihat hasil tindakannya tanpa memahami proses berpikir yang menghasilkan tindakan tersebut. Satu pendekatan untuk mempelajari keterampilan kognitif adalah dengan meminta model menuturkan apa yang dipikirkannya pada saat sedang melaksanakan kegiatan untuk mengatasi masalahnya.
Keuntungan menggabungkan Modelling verbal dengan modelling non-verbal adalah kemampuan modelling non-verbal untuk memperoleh dan mempertahankan perhatian, dan keefektifan perilaku fisik untuk memberikan makna tambahan pada proses kognitif. Keterampilan kognitif pengamat akan semakin meningkat bila model mendemonstrasikan tindakan dan proses berpikirnya sekaligus, bukan hanya mendemonstrasikan tindakannya saja.
d. Peranan Reinforcement
Pandangan kognitif sosial adalah bahwa belajar melalui pengamatan tidak selalu memerlukan imbalan ikstrinsik. Belajar seperti ini terjadi melalui pemrosesan kognitif pada saat dan sebelum pengamat melakukan suatu respon. Dengan model operant conditioning dari Skinner, yang hampir sama dengan belajar melalui pengamatan ini, dipandang berhasil apabila respon yang sesuai dengan tindakan model diberi reinforcement, respon yang tidak sesuai dihukum atau tidak diberi imbalan, dan perilaku orang lain menjadi stimulus bagi respon yang cocok.
Akan tetapi, penjelasan Skinner tersebut mengandung beberapa kekurangan. Pengamat mungkin tidak akan melakukan perilaku model dalam setting yang sama dengan ketika perilaku itu dicontohkan. Baik pengamat maupun model mungkin tidak akan memperoleh reinforcement. Perilaku model mungkin terjadi lagi beberapa hari atau bahkan beberapa minggu kemudian. Maka model operant tidak dapat menjelaskan bagaimana struktur respon baru itu dipelajari melalui pengamatan.
Peranan utama insentif dalam observational learning adalah sebelum, bukan setelah modelling. Misalnya, perhatian pengamat dapat meningkat dengan antisipasi imbalan dari penggunaan perilaku model. Lebih jauh, imbalan yang diantisipasi itu dapat memotivasinya untuk mensimbolisasikan dan berlatih menggunakan kegiatan model. Insentif itu lebih bersifat fasilitatif daripada keharusan. 


2. Belajar Melalui Perbuatan (Enactive Learning)
Terdapat perbedaan antara pengetahuan dan keterampilan. Dalam banyak domain, orang perlu melampaui struktur pengetahuannya untuk mengembangkan tindakan yang terampil. Pengembangan keterampilan menuntut orang untuk memiliki konsepsi yang tepat mengenai keterampilan yang ditargetkannya, yang cocok dengan upayanya untuk melaksanakan keterampilannya tersebut. Pengalaman merupakan kendaraan untuk menerjemahkan pengetahuan menjadi keterampilan. Orang menerapkan informasi yang diperolehnya dari pengalaman itu untuk melakukan penyesuaian dalam aspek ruang dan waktu dari kinerjanya, hingga apa yang dikerjakannya itu mendekati kecocokan dengan konsepsi kognitifnya mengenai kinerja terampil itu.
a. Fungsi Konsekuensi Respon
Teori kognitif sosial memandang belajar melalui konsekuensi respon sebagai suatu proses kognitif. Melalui pengalaman, orang menyadari konsekuensi positif dan negatif dari tindakannya. Akan tetapi, proses belajar itu tidak berhenti di sini, karena orang melihat dampak responnya. Jadi, reinforcement tidak otomatis memperkuat suatu kecenderungan untuk merespon, tetapi penguatan itu terjadi dengan mengubah variabel kognitif dari informasi dan motivasinya.
Misalnya, dengan menelaah pola-pola konsekuensi respon, orang dapat melihat konsepsi dan aturan-aturan perilaku. Juga, jika konsekuensi respon itu dipandang bernilai tinggi, maka ini akan mendorong dan memperkuat perilaku. Dengan kata lain, berlawanan dengan pandangan mekanistik, konsekuensi menentukan perilaku terutama melalui intervensi berpikir. Istilah "reinforcement" dapat menyesatkan karena mengandung konotasi merespon secara otomatis dan memperkuat respon. Oleh karena itu, pengaturan perilaku (regulation of  behaviour) merupakan konsep yang lebih baik daripada reinforcement.
b. Efisiensi Enactive Learning
Orang berbeda-beda dalam kemampuannya untuk memperoleh pengetahuan dari konsekuensi respon. Mereka mungkin berbeda dalam pengetahuan dan pengalamannya sebelumnya, sehingga berbeda pula dalam kekayaan aturan yang dapat dipilihnya atau dikembangkannya untuk melaksanakan suatu perilaku jika aturan tersebut belum dimilikinya. Belajar akan lebih efisien bila konsekuensi muncul langsung sesudah tindakan, teratur, dan tanpa dibingungkan oleh kejaidian-kejadian lain.
Belajar akan lebih sulit bila tindakan yang sama tidak selalu menghasilkan konsekuensi yang sama. Belajar dari pengalaman perbuatan tidak menjamin bahwa cara bertindak alternatif terbaik akan dikembangkan. Belajar dari konsekuensi pengalaman berbuat akan mengembangkan keterampilan yang memadai tetapi tidak optimal. Orang cenderung menerima solusi yang memadai bukannya terus mencari solusi yang lebih baik. Belajar dari konsekuensi pengalaman berbuat saja mungkin tidak akan efisien.
Jika orang kekurangan kompetensi, kompetensi tersebut dapat diajarkan secara verbal dengan mengajarkan perilaku jenis mana yang fungsional. Di samping itu, orang dapat dibimbing secara fisik untuk melakukan suatu perilaku dan ambil bagian dalam prosedur modelling secara bertahap. Sebagaimana disebutkan di muka, teori kognitif sosial memandang modelling, yang mengarah pada belajar dengan mengamati melalui proses simbolik, sebagai cara utama mentransmisikan bentuk-bentuk perilaku baru.

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts