Terdapat dua cara belajar, yaitu
belajar melalui pengamatan (observational learning) dan belajar melalui
perbuatan (enactive learning).
1. Observational Learning
a. Fungsi Observational
Learning
Sebagian besar perilaku manusia
dan keterampilan kognitifnya dipelajari melalui pengamatan terhadap model.
Fungsi observational learning adalah sebagai berikut. 1) Modelling dapat
mengajari observer keterampilan dan aturan-aturan berperilaku. 2) Modelling
dapat menghambat ataupun memperlancar perilaku yang sudah dimiliki orang. 3) Perilaku
model dapat berfungsi sebagai stimulus dan isyarat bagi orang untuk
melaksanakan perilaku yang sudah dimilikinya. 4) Modeling dapat merangsang
timbulnya emosi. Orang dapat berpersepsi dan berperilaku secara berbeda dalam
keadaan emosi tinggi. 5) Symbolic modelling dapat membentuk citra orang
tentang realitas sosial karena menggambarkan hubungan manusia dengan aktivitas
yang dilakukannya.
b. Proses Observational
Learning
Belajar mencakup pemrosesan
informasi. Kekuatan modelling terletak pada kemampuannya untuk
mempengaruhi proses tersebut.
Observational learning memerlukan empat macam proses utama:
1)
Proses
memperhatikan (attentional processes). Jika orang belajar melalui
modelling, maka mereka harus memperhatikan dan mempersepsi perilaku model secara
tepat. Tingkat keberhasilan belajar itu ditentukan oleh karakteristik model
maupun karakteristik pengamat itu sendiri. Karakteristik model yang merupakan
variabel penentu tingkat perhatian itu mencakup frekuensi kehadirannya,
kejelasannya, daya tarik personalnya, dan nilai fungsional perilaku model itu.
Karakteristik pengamat yang penting untuk proses perhatian adalah kapasitas
sensorisnya, tingkat ketertarikannya, kebiasaan persepsinya, dan reinforcement
masa lalunya.
2)
Proses
retensi (retention processes). Agar efektif, modelling harus disimpan
dalam ingatan. Retensi ini dapat dilakukan dengan cara menyimpan informasi
secara imaginal atau mengkodekan peristiwa model ke dalam simbol-simbol verbal
yang mudah dipergunakan. Materi yang bermakna bagi pengamat dan menambah
pengalaman sebelumnya akan lebih mudah diingat. Cara lain untuk mengingat
adalah dengan membayangkan perilaku model atau dengan mempraktekkannya.
Keterampilan dan struktur kognitif pengamat dapat memperkuat retensi. Motivasi
untuk belajar juga berperan dalam retensi, meskipun insentif lebih bersifat
fasilitatif daripada keharusan.
3)
Proses produksi. Pada tahap tertentu,
gambaran simbolik tentang perilaku model mungkin perlu diterjemahkan ke dalam
tindakan yang efektif. Pengamat memerlukan gambaran kognitif yang akurat
tentang perilaku model untuk dibandingkan dengan umpan balik sensoris dari
perbuatannya. Modelling korektif merupakan cara yang efektif untuk memberikan
umpan balik bila pengamat melakukan
kinerja yang tidak tepat. Variabel pengamat yang mempengaruhi reproduksi
perilaku mencakup kapasitas fisiknya, apakah perbendaharaan responnya sudah
mencakup komponen-komponen respon yang diperlukan, dan kemampuannya untuk
melakukan penyesuaian korektif bila mencobakan perilaku baru.
4)
Proses motivasi. Apakah orang mempraktekkan apa yang sudah dipelajarinya atau
tidak, tergantung pada motivasinya. Pengamat akan cenderung mengadopsi perilaku
model jika perilaku tersebut: (a) menghasilkan imbalan eksternal; (b) secara
internal pengamat memberikan penilaian yang positif; dan (c) pengamat melihat
bahwa perilaku tersebut bermanfaat bagi model itu sendiri. Antisipasi terhadap
akibat yang positif dan negatif menentukan aspek-aspek yang mana dari perilaku
model itu yang diamati atau diabaikan oleh pengamat.
c. Modelling untuk Proses
Berpikir
Orang dapat belajar keterampilan
berpikir dengan mengamati model. Akan tetapi, sering kali proses berpikir yang
tersirat tidak terungkapkan secara memadai oleh tindakan model. Misalnya,
seorang model dapat memecahkan suatu masalah secara kognitif, tetapi pengamat
hanya melihat hasil tindakannya tanpa memahami proses berpikir yang
menghasilkan tindakan tersebut. Satu pendekatan untuk mempelajari keterampilan
kognitif adalah dengan meminta model menuturkan apa yang dipikirkannya pada
saat sedang melaksanakan kegiatan untuk mengatasi masalahnya.
Keuntungan menggabungkan
Modelling verbal dengan modelling non-verbal adalah kemampuan modelling
non-verbal untuk memperoleh dan mempertahankan perhatian, dan keefektifan perilaku
fisik untuk memberikan makna tambahan pada proses kognitif. Keterampilan
kognitif pengamat akan semakin meningkat bila model mendemonstrasikan tindakan
dan proses berpikirnya sekaligus, bukan hanya mendemonstrasikan tindakannya
saja.
d. Peranan Reinforcement
Pandangan kognitif sosial adalah
bahwa belajar melalui pengamatan tidak selalu memerlukan imbalan ikstrinsik.
Belajar seperti ini terjadi melalui pemrosesan kognitif pada saat dan sebelum
pengamat melakukan suatu respon. Dengan model operant conditioning dari
Skinner, yang hampir sama dengan belajar melalui pengamatan ini, dipandang
berhasil apabila respon yang sesuai dengan tindakan model diberi reinforcement,
respon yang tidak sesuai dihukum atau tidak diberi imbalan, dan perilaku orang
lain menjadi stimulus bagi respon yang cocok.
Akan tetapi, penjelasan Skinner
tersebut mengandung beberapa kekurangan. Pengamat mungkin tidak akan melakukan
perilaku model dalam setting yang sama dengan ketika perilaku itu dicontohkan.
Baik pengamat maupun model mungkin tidak akan memperoleh reinforcement.
Perilaku model mungkin terjadi lagi beberapa hari atau bahkan beberapa minggu
kemudian. Maka model operant tidak dapat menjelaskan bagaimana struktur respon
baru itu dipelajari melalui pengamatan.
Peranan utama insentif dalam observational
learning adalah sebelum, bukan setelah modelling. Misalnya, perhatian
pengamat dapat meningkat dengan antisipasi imbalan dari penggunaan perilaku
model. Lebih jauh, imbalan yang diantisipasi itu dapat memotivasinya untuk mensimbolisasikan
dan berlatih menggunakan kegiatan model. Insentif itu lebih bersifat
fasilitatif daripada keharusan.
2. Belajar Melalui Perbuatan (Enactive
Learning)
Terdapat perbedaan antara
pengetahuan dan keterampilan. Dalam banyak domain, orang perlu melampaui
struktur pengetahuannya untuk mengembangkan tindakan yang terampil.
Pengembangan keterampilan menuntut orang untuk memiliki konsepsi yang tepat
mengenai keterampilan yang ditargetkannya, yang cocok dengan upayanya untuk
melaksanakan keterampilannya tersebut. Pengalaman merupakan kendaraan untuk
menerjemahkan pengetahuan menjadi keterampilan. Orang menerapkan informasi yang
diperolehnya dari pengalaman itu untuk melakukan penyesuaian dalam aspek ruang
dan waktu dari kinerjanya, hingga apa yang dikerjakannya itu mendekati
kecocokan dengan konsepsi kognitifnya mengenai kinerja terampil itu.
a. Fungsi Konsekuensi Respon
Teori kognitif sosial memandang
belajar melalui konsekuensi respon sebagai suatu proses kognitif. Melalui
pengalaman, orang menyadari konsekuensi positif dan negatif dari tindakannya.
Akan tetapi, proses belajar itu tidak berhenti di sini, karena orang melihat
dampak responnya. Jadi, reinforcement tidak otomatis memperkuat suatu
kecenderungan untuk merespon, tetapi penguatan itu terjadi dengan mengubah
variabel kognitif dari informasi dan motivasinya.
Misalnya, dengan menelaah
pola-pola konsekuensi respon, orang dapat melihat konsepsi dan aturan-aturan
perilaku. Juga, jika konsekuensi respon itu dipandang bernilai tinggi, maka ini
akan mendorong dan memperkuat perilaku. Dengan kata lain, berlawanan dengan
pandangan mekanistik, konsekuensi menentukan perilaku terutama melalui
intervensi berpikir. Istilah "reinforcement" dapat menyesatkan karena
mengandung konotasi merespon secara otomatis dan memperkuat respon. Oleh karena
itu, pengaturan perilaku (regulation of behaviour) merupakan konsep yang lebih
baik daripada reinforcement.
b. Efisiensi Enactive Learning
Orang berbeda-beda dalam
kemampuannya untuk memperoleh pengetahuan dari konsekuensi respon. Mereka
mungkin berbeda dalam pengetahuan dan pengalamannya sebelumnya, sehingga
berbeda pula dalam kekayaan aturan yang dapat dipilihnya atau dikembangkannya
untuk melaksanakan suatu perilaku jika aturan tersebut belum dimilikinya. Belajar
akan lebih efisien bila konsekuensi muncul langsung sesudah tindakan, teratur,
dan tanpa dibingungkan oleh kejaidian-kejadian lain.
Belajar akan lebih sulit bila
tindakan yang sama tidak selalu menghasilkan konsekuensi yang sama. Belajar
dari pengalaman perbuatan tidak menjamin bahwa cara bertindak alternatif
terbaik akan dikembangkan. Belajar dari konsekuensi pengalaman berbuat akan
mengembangkan keterampilan yang memadai tetapi tidak optimal. Orang cenderung
menerima solusi yang memadai bukannya terus mencari solusi yang lebih baik.
Belajar dari konsekuensi pengalaman berbuat saja mungkin tidak akan efisien.
Jika orang kekurangan kompetensi, kompetensi tersebut dapat diajarkan
secara verbal dengan mengajarkan perilaku jenis mana yang fungsional. Di samping
itu, orang dapat dibimbing secara fisik untuk melakukan suatu perilaku dan
ambil bagian dalam prosedur modelling secara bertahap. Sebagaimana disebutkan
di muka, teori kognitif sosial memandang modelling, yang mengarah pada belajar
dengan mengamati melalui proses simbolik, sebagai cara utama mentransmisikan
bentuk-bentuk perilaku baru.
No comments:
Post a Comment