Menurut
arti katanya, probing adalah
penyelidikan, pemeriksaan sedangkan prompting
adalah mendorong atau menuntun. Penyelidikan atau pemeriksaan di sini bertujuan untuk
memperoleh sejumlah informasi yang telah ada pada diri siswa agar dapat
digunakan untuk memahami pengetahuan atau konsep baru.
Menurut Wijaya (dalam Sudarti, 2008:13) “Probing adalah suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara mengajukan
satu seri pertanyaan untuk membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada
pada dirinya agar dapat membangunnya sendiri menjadi pengetahuan baru”.
Sedangkan menurut Dahar (dalam Subagja, 2010:11), “Pengertian probing dalam pembelajaran di kelas didefinisikan sebagai suatu teknik membimbing dengan mengajukan satu seri pertanyaan pada seorang siswa”.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran probing menurut Supriyati (dalam Subagja, 2010:14)
1. Klasifikasi; kalau siswa menjawab pertanyaan
guru dengan kalimat kurang jelas atau kurang tepat kata-katanya, guru dapat memberikan
pertanyaan menggali yang meminta siswa tersebut menjelaskan atau mengatakan dengan
kata-kata lain sehingga jawaban siswa tersebut menjadi baik.
2. Meminta siswa memberikan alasan; guru menyuruh siswa mengemukakan alasan atau pendapat yang telah dikemukakan dalam menjawab pertanyaan.
3. Meminta kesepakatan pandangan; suatu saat guru dapat meminta kepada para siswa untuk memberikan pandangan atau jawaban yang dikemukakan oleh teman mereka. Para siswa lain dapat menerima atau menolak pandangan tersebut atau menambahkan sehingga diperoleh kesempatan jawaban yang disetujui bersama.
4. Meminta ketetapan jawaban; bila siswa kurang tepat,
guru bisa meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban itu, agar diperoleh jawaban
yang tepat dengan mengajukan pertanyaan pelacak. Tentu saja pertanyaan tersebut tidak boleh membuat siswa malu atau rendah diri. Andai kata akan menyebabkan siswa malu, lebih baik guru menggunakan teknik pemindahan giliran.
5. Meminta jawaban yang lebih relevan; jika jawaban siswa kurang relevan dengan pertanyaan guru, sebaiknya tidak secara spontan memotongnya. Melainkan guru dapat mengajukan pertanyaan yang
memungkinkan siswa menilai kembali jawabannya, atau mengemukakan kembali dengan
kata-kata lain sehingga jawaban tersebut relevan dan benar.
6. Meminta contoh; apabila siswa memberikan jawaban samar-samar atau terlalu luas, guru dapat meminta siswa itu untuk memberikan ilustrasi atau contoh kongkret tentang apa yang dimaksudnya.
7. Meminta jawaban yang lebih kompleks; kalau
guru menganggap jawaban siswa terlalu sederhana dan ingin ditingkatkan lebih mendalam,
maka guru dapat meminta siswa untuk memberi penjelasan lebih lanjut tentang pendapatnya
tadi.
Sedangkan pembelajaran prompting menurut Rahman (dalam Subagja, 2010:12) menyatakan, “prompting
question adalah bentuk pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban yang tepat”. Suwandi dan Tjetjep (dalam Subagja, 2010:12) mengatakan bahwa “Salah satu bentuk prompting adalah menanyakan pertanyaan lain yang lebih sederhana yang jawabannya dapat dipakai menuntun siswa untuk menentukan jawaban yang tepat”.
Kemudian langkah-langkah
guru dalam pembelajaran prompting menurut
Supriyati (dalam Subagja, 2010:14),
1.
Guru hendaknya memberikan tuntunan bila siswa menjawab
salah atau tidak bisa menjawab.
2.
Mengungkapkan kembali suatu pertanyaan dengan cara
lain yang lebih sederhana dan susunan kalimat yang mudah dipahami siswa, sebab kemungkinan
besar siswa belum dapat menangkap maksud pertanyaan guru.
3.
Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana, yang
jawabannya dapat dipakai untuk menuntun siswa dalam menemukan jawaban pertanyaan
semula.
4.
Mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya yang
berhubungan dengan pertanyaan itu.
5.
Agar siswa banyak berpartisipasi pada suatu kegiatan belajar-mengajar
sebaiknya guru menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak dan kalau perlu
secara merata.
Sehingga pembelajaran probing-prompting adalah gabungan antara
teknik pembelajaran probing dan teknik
pembelajaran prompting. Sihotang
(2010 : 31) menyimpulkan,
Probing-prompting
adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan
serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga menjadi
proses berfikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya
dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari selanjutnya siswa mengkonstruksi
konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan
baru tidak diberitahukan.
Menurut
arti katanya, probing adalah
penyelidikan, pemeriksaan sedangkan prompting
adalah mendorong atau menuntun. Penyelidikan atau pemeriksaan di sini bertujuan untuk
memperoleh sejumlah informasi yang telah ada pada diri siswa agar dapat
digunakan untuk memahami pengetahuan atau konsep baru.
Menurut Wijaya (dalam Sudarti, 2008:13) “Probing adalah suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara mengajukan
satu seri pertanyaan untuk membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada
pada dirinya agar dapat membangunnya sendiri menjadi pengetahuan baru”.
Sedangkan menurut Dahar (dalam Subagja, 2010:11), “Pengertian probing dalam pembelajaran di kelas didefinisikan sebagai suatu teknik membimbing dengan mengajukan satu seri pertanyaan pada seorang siswa”.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran probing menurut Supriyati (dalam Subagja, 2010:14)
1. Klasifikasi; kalau siswa menjawab pertanyaan
guru dengan kalimat kurang jelas atau kurang tepat kata-katanya, guru dapat memberikan
pertanyaan menggali yang meminta siswa tersebut menjelaskan atau mengatakan dengan
kata-kata lain sehingga jawaban siswa tersebut menjadi baik.
2. Meminta siswa memberikan alasan; guru menyuruh siswa mengemukakan alasan atau pendapat yang telah dikemukakan dalam menjawab pertanyaan.
3. Meminta kesepakatan pandangan; suatu saat guru dapat meminta kepada para siswa untuk memberikan pandangan atau jawaban yang dikemukakan oleh teman mereka. Para siswa lain dapat menerima atau menolak pandangan tersebut atau menambahkan sehingga diperoleh kesempatan jawaban yang disetujui bersama.
4. Meminta ketetapan jawaban; bila siswa kurang tepat,
guru bisa meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban itu, agar diperoleh jawaban
yang tepat dengan mengajukan pertanyaan pelacak. Tentu saja pertanyaan tersebut tidak boleh membuat siswa malu atau rendah diri. Andai kata akan menyebabkan siswa malu, lebih baik guru menggunakan teknik pemindahan giliran.
5. Meminta jawaban yang lebih relevan; jika jawaban siswa kurang relevan dengan pertanyaan guru, sebaiknya tidak secara spontan memotongnya. Melainkan guru dapat mengajukan pertanyaan yang
memungkinkan siswa menilai kembali jawabannya, atau mengemukakan kembali dengan
kata-kata lain sehingga jawaban tersebut relevan dan benar.
6. Meminta contoh; apabila siswa memberikan jawaban samar-samar atau terlalu luas, guru dapat meminta siswa itu untuk memberikan ilustrasi atau contoh kongkret tentang apa yang dimaksudnya.
7. Meminta jawaban yang lebih kompleks; kalau
guru menganggap jawaban siswa terlalu sederhana dan ingin ditingkatkan lebih mendalam,
maka guru dapat meminta siswa untuk memberi penjelasan lebih lanjut tentang pendapatnya
tadi.
Sedangkan pembelajaran prompting menurut Rahman (dalam Subagja, 2010:12) menyatakan, “prompting
question adalah bentuk pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban yang tepat”. Suwandi dan Tjetjep (dalam Subagja, 2010:12) mengatakan bahwa “Salah satu bentuk prompting adalah menanyakan pertanyaan lain yang lebih sederhana yang jawabannya dapat dipakai menuntun siswa untuk menentukan jawaban yang tepat”.
Kemudian langkah-langkah
guru dalam pembelajaran prompting menurut
Supriyati (dalam Subagja, 2010:14),
1.
Guru hendaknya memberikan tuntunan bila siswa menjawab
salah atau tidak bisa menjawab.
2.
Mengungkapkan kembali suatu pertanyaan dengan cara
lain yang lebih sederhana dan susunan kalimat yang mudah dipahami siswa, sebab kemungkinan
besar siswa belum dapat menangkap maksud pertanyaan guru.
3.
Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana, yang
jawabannya dapat dipakai untuk menuntun siswa dalam menemukan jawaban pertanyaan
semula.
4.
Mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya yang
berhubungan dengan pertanyaan itu.
5.
Agar siswa banyak berpartisipasi pada suatu kegiatan belajar-mengajar
sebaiknya guru menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak dan kalau perlu
secara merata.
Sehingga pembelajaran probing-prompting adalah gabungan antara
teknik pembelajaran probing dan teknik
pembelajaran prompting. Sihotang
(2010 : 31) menyimpulkan,
Probing-prompting
adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan
serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga menjadi
proses berfikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya
dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari selanjutnya siswa mengkonstruksi
konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan
baru tidak diberitahukan.
No comments:
Post a Comment