Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Thursday, February 23, 2017

Hakekat Kondisi Fisik


Setiap cabang olahraga tentunya sangat memerlukan atlet yang memiliki kondisi fisik  yang baik, terutama untuk olahraga prestasi. Karena pada dasarnya kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam pembinaan olahraga prestasi. Untuk meningkatkan kondisi fisik seseorang diperlukan latihan yang intensif sesuai dengan pengertian latihan itu sendiri. Harsono (1992 : 90) menjelaskan bahwa :“Latihan atau training adalah suatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang, dan yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah”.
Dalam hal ini sistematis berarti pada pelaksanaannya proses latihan ini dilaksanakan secara teratur, berencana, sesuai jadwal menurut pola dan system tertentu, berkesinambungan dari yang tingkat yang mudah hingga ke tingkat yang lebih sulit. Berulang-ulang berarti bahwa gerakan yang dipelajari harus berulang kali agar gerakan yang semula sulit dilakukan dan koordinasi gerak yang masih kaku menjadi terasa lebih mudah. Beban kian hari kian bertambah maksudnya semakin hari beban harus ditingkatkan apabila beban yang sebelumnya sudah dirasa lebih ringan atau mudah.
Latihan kondisi fisik sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kebugaran jasmani. Karena pada dasarnya latihan kondisi fisik ditunjukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari system tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi maksimal.
Selain itu, menurut Harsono (1988 : 153) jika kondisi fisik baik maka akan  ada :
1.      Peningkatan dalam kemampuan system sirkulasi dan kerja jantung.
2.      Peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen fisik.
3.      Ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.
4.      Pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan.
5.      Respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respon demikian dibutuhkan.

Selain berguna untuk meningkatkan kesegaran jasmani, latihan kondisi fisik merupakan program pokok dalam pembinaan atlet untuk berprestasi dalam suatu cabang olahraga. Karena, tujuan utama pelatihan olahraga prestasi adalah untuk meningkaakan keterampilan atau prestasi semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan itu ada empat aspek kondisi fisik yang perlu dilatih secara intensif, yaitu :
1.      Kekuatan
komponen fisik berikutnya adalah kekuatan. Setiawan (1992 : 118) menjelaskan bahwa “kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”. Kekuatan merupakan unsur paling penting dalam program latihan kondisi fisik. Karena kekuatan merupakan daya penggerak dan sekaligus pecegah cidera. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Harsono (1988 : 177) bahwa :”kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan”.
Latihan-latihan yang cocok untuk meningkatkan kekuatan adalah latihan-latihan tahanan (resistance exercise), dimana kita harus mengangkat, mendorong, atau menarik suatu beban. Hal tersebut sesuai dengan definisi kekuatan itu sendiri bahwa kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan
Ditinjau dari tipe kontraksi otot, menurut Setiawan (1992 : 119) “latihan tahanan terbagi dalam tiga kategori, yaitu (1) kontraksi isometrik, (2) kontraksi isotonik, dan (3) kontraksi isokinetik”.
Dalam olahraga dayung komponen kekuatan yang dibutuhkan adalah daya tahan kekuatan. Karena pada pelaksanaannya seorang atlet harus mampu melakukan gerakan mendayung yang maksimal serta pengerahan tenaga yang maksimal secara terus menerus sampai akhir jarak yang ditentukan dalam setiap pertandingannya.
2.    Kecepatan
Dalam banyak cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang esensial. Menurut Harsono (1988 : 216) “kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan  gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”.
Menurut Oxendine (1968) yang dikutip Harsono (1988 : 216) juga menjelaskan bahwa speed adalah ‘…the rapidity with which successive movements of the same kind made’. kecepatan  bukan hanya berarti menggerakan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula terbatas pada menggerakan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dalam kecepatan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Wilmore (1997) yang dikutip Harsono (1988 : 216) menjelaskan bahwa ‘kecepatan tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu strength,waktu reaksi (reaction time), dan fleksibilitas’. Dengan kata lain, jika seorang atlet akan dilatih untuk meningkatkan kecepatannya, maka atlet tersebut harus juga dilatih kekuatan, fleksibilitas, dan kecepatan reaksinya.
Dalam hal lain Sidik (2008 : 20) menjelaskan bahwa kecepatan dibagi dalam (1) kecepatan reaksi, (2)kecepatan maksimal yang siklis, dan(3) kecepatan maksimal yang asikllis.
Kecepatan maksimal yang siklis (speed) terdiri atas:
1.      Daya akselerasi
2.      Kecepatan maksimal
Kecepatan maksimal yang asiklis dikenal dengan istilah :
1.      Agility (kemampuan mengubah arah gerakan secepat-cepatnya)
2.      Quickness (kemampuan melaksanakan gerak yang dipola berdasarkan aksi reaksi secepat-cepatnya)
       Pada pelaksanaannya dalam olahraga dayung kecepatan yang dibutuhkan adalah kecepatan siklis, dimana seorang pendayung membutuhkan akselerasi dalam setiap kayuhannya untuk mencapai finish dengan waktu yang singkat. Dengan kata lain seorang pendayung tersebut harus bisa mengatur irama kayuhannya dalam setiap pertandingan.
3.    Kelentukan
Komponen fisik yang satu ini biasanya sering diabaikan oleh para pelatih, karena masih banyak yang menganggap kelentukan ini tidak terlalu dibutuhkan, padahal kelenturan otot dan kelentukan persendian berfungsi untuk memperluas ruang gerak persendian,  mengurangi atau menghindari cedera, dan juga membantu gerak koordinasi teknik menjadi lebih baik serta pengerahan tenaga menjadi lebih efisien.
Setiawan (1992: 114) menjelaskan bahwa “kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk dapat melakukan gerak dengan ruang gerak seluas-luasnya dalam persendiannya”. Faktor utama yang menentukan kelentukan seseorang ialah bentuk sendi, elastisitas otot, dan ligamen.
Fleksibilitas sangat penting dalam hampir semua cabang olahraga, terutama cabang-cabang olahraga yang banyak menuntut gerak sendi. Fleksibilitas juga penting untuk semua umur, terutama orang tua, karena semakin tua seseorang maka sendi, ligament dan tendonnya akan semakin kaku sehungga dapat mengurangi kelentukannya.
Sesuai dengan batasan kelentukan, maka kelentukan dapat dikembangkan melalui latihan-latihan peregangan otot dan latihan-latihan memperluas ruang gerak sendi. Ada beberapa metode latihan peregangan yang dapat dipakai untuk mengembangkan kelentukan, diantaranya adalah (1) peregangan statis, (2) peregangan dinamis, (3) peregangan PNF atau peregangan kontraksi-rileksasi, (4) peregangan pasif.
Dalam cabang olahraga dayung kelentukan dibutuhkan untuk memperhalus koordinasi setiap gerakan dalam satu kali kayuhan. Dalam hal ini kelentukan yang lebih dibutukan dalam olahraga dayung adalah kelentukan atau fleksibilitas pinggang, dimana pinggang tersebut membantu untuk menjangkau dan menarik  dalam setiap kayuhannya, sehingga menghasilkan kayuhan yang lebih maksimal.
4.    Daya Tahan
Harsono (2001: 8) menjelaskan bahwa “daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk berlatih dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelsaikan  latihan tersebut”. Sedangkan Setiawan menjelaskan bahwa “daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relatif lama”.
Dari dua pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya daya tahan adalah kemampuan untuk bekerja atau berlatih dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, dalam melatih daya tahan kita harus mengacu pada batasan daya tahan itu sendiri. Dalam artian latihan yang diberikan haruslah berlangsung pada waktu yang lama.
Latihan daya tahan adalah latihan di tingkat aerobik, artinya suplai oksigen masih cukup untuk meladeni intensitas latihan yang dilakukan. Oleh karena itu, pada waktu latihan daya tahan  tidak akan terjadi akumulasi asam laktat yang berlebihan (Harsono, 2001 : 8). Sedangkan  menurut Sajoto (1986), “daya tahan di bagi menjadi dua macam yaitu: (1) Daya tahan umum, (general endurance) adalah kemampuan seseorang dalam mempegunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara efektifitas dn efesien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas dalam waktu yang cukup lama. (2) Daya tahan otot (local endurance) adalah kemampuan seseorang dalam mempergunkan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu”.
Untuk tingkat lebih lanjut daya tahan dapat dikembangkan menjadi stamina. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Harsono (2001: 14) bahwa “ stamina adalah tingkatan daya tahan yang lebih tinggi derajatnya daripada endurace”. Selain itu Thomas (1970) yang dikutip Harsono (1988: 159) menjelaskan bahwa stamina adalah ….the ability to withstand fatigue, sedangkan fatigue adalah ….which tends to cause a fall-of in repeated performance af any activity. Jadi stamina adalah kemampuan untuk bertahan terhadap kelelahan , sedangkan kelelahan adalah sesuatu yang menyebabkan penurunan dalam prestasi setiap kegiatan kita.
Oleh karena itu, sebelum berlatih untuk stamina, seorang atlet harus terlebih dahulu memiliki suatu tingkatan endurance tertentu. Karena kerja stamina adalah kerja pada tingkat anaerobic yang intensitasnya tinggi, sehingga suplai oksigen tidak cukup untuk meladeni kebutuhan pekerjaan yang dilakukan oleh otot (Harsono, 2001: 14). Karena suplai oksigen yang tidak cukup ini, maka kerja anaerobic akan selalu mengakibatkan atlet berhutang oksigen (oxygen-debt), sehingga mengakibatkan akumulasi asam laktat yang tinggi dalam darah.
Untuk cabang olahraga dayung sendiri daya tahan memang sangat dibutuhkan sekali, baik itu daya tahan otot maupun daya tahan cardiovascular. Karena pada dasarnya olahraga dayung merupakan olahraga yang membutuhkan daya tahan pada pelaksanaannya.
Sesuai dengan batasan dari daya tahan tersebut maka latihan-latihan untuk meningkatkan daya tahan harus dilakukan dengan waktu yang relatif lama atau dengan jarak yang relatif jauh. Adapun menurut Rushal dan Pyke dalam Harsono (2001: 8) bahwa ‘ada tiga latihan atau basis froms yang dapat menjamin peningkatan daya tahan cardiovascular: a) latihan kontinyu, b) latihan fartlek, c) latihan interval’.
Dalam dunia pelatihan banyak metode atau bentuk-bentuk latihan yang sering di gunakan oleh para pelatih, misalkan untuk melatih daya tahan digunakan latihan dengan menggunakan bentuk latihan interval dan contoh lain dalam latihan beban weight traning banyak system yang digunakan untuk latuhan tersebut seperti : system set, system superset, split routines, metode multi-poundage, burn out, system piramida.
Latihan interval adalah suatu system latihan yang di selingi oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat (Harsono, 1988: 156). Selain itu Harsono (1988: 157) juga mengungkapkan bahwa :
“ada beberapa faktor yang harus di penuhi dalam menyusun interval training, yaitu:
a.       Lamanya latihan
b.      Beban (intensitas) latihan.
c.       Ulangan (repetition) melakukan latihan.
d.      Masa instirahat (recovery interval) setelah setiap repetisi latihan.

Dalam olahraga dayung pun banyak system yang digunakan untuk melatih para atletnya. Seperti dalam mesin ergo biasanya para pelatih banyak mengadopsi prinsip-prinsip latihan interval untuk melatih para atlet, yang dimasukan kedalam beberapa sitem latihan seperti sistem piramida dan bentuk latihan lainnya yaitu sistem piramida terbalik.

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts