Dari
perjalanan sejarah terlihat bahwa perekembangan musik nasional di Indonesia
pada masa kolonial Belanda (1908-1942) yaitu periode dalam sejarah pergerakan, bersamaan
dengan berdirinya Budi Utomo yang berjuang pada awal periode itu disebut
sebagai angkatan perintis kemerdekaan masa kolonialisme.Dalam perjalanan
sejarah di Indonesia bangsa Belanda pernah mengajarkan instrumen
musik asal Barat kepada abdi dalem Kesultanan Kraton Yogyakarta dan
Kasunanan Kraton Surakarta. Hal ini dilakukan,tujuannya agar dapat memainkan
lagu kebangsaan ‘Wilhelmus’ saat upacara kunjungan tamu resmi pejabat dari
negeri Belanda. Pada tanggal 26 mei 1923, terbentuklah tradisi musik diatonik
yang dikembangkan dengan baik oleh Walter Spies dan beberapa orang Eropa serta
seorang Letnan Angkatan Darat Hindia Belanda Dongelman.
Pada
tanggal 28 Oktober 1928, pemuda Indonesia mengucapkan ikrar sumpah pemuda,
yaitu Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa. Sebagai simbol ikrar teks sumpah
pemuda tersebut, berkumandanglah lagu ‘Indonesia Raya’ untuk pertama kalinya
yang diciptakan Wage Rudolf Supratman ( W.R. Supratman). Diakuinya bahasa
melayu sebagai bahasa nasional dan sekaligus diakuinya musik diatonis sebagai
musik nasional, disebabkan perlakuan istimewa terhadap lagu ‘Indonesia Raya’
sebagai akibat diakuinya bahasa melayu sebagai bahasa nasional.
Hal
ini memicu timbulnya konflik para cendekiawan Jawa pada masa itu yang
menginginkan lagu ‘Indonesia Raya’ menggunakan musik khas Jawa melalui
instrumen pukul gamelan. Upaya telah dilakukan dengan mencoba para empu gamelan
pada tahun 1930-an dengan memodernisir gamelan secara praktek maupun teori.
Perubahan-perubahan dalam notasi musik diantaranya pernah ditulis dalam buku
kecil Muhamad Yamin, bahwa usaha-usaha memainkan lagu ‘Indonesia Raya’ dengan
gamelan terbukti mengalami kegagalan, oleh karena secara teknis lagu itu
memakai sistem tangganada diatonis, sementara instrumen gamelan memakai sistem
tangga nada pentatonik.
Pada masa pendudukan
Jepang dan Orde Lama 1942-1965, yaitu diawali perjuangan revolusi Indonesia,
sebagai angkatan pendobrak hingga pasca kolonialisme. Perkembangan musik
menjadi isu politik yang beredar, karena perbedaan pendapat di kalangan para
pejuang seniman Indonesia. Perkembangan musik berfungsi sebagai salah satu
sarana pendidikan nasional mengalir setelah munculnya generasi penerus sesudah
W.R. Supratman dan Mochamad Syafei pendiri INS Kayu Tanam di
Sumatera Barat. Di Jawa di kenal generasi berikutnya yaitu Ismail Marzuki,
Kusbini, Bintang Sudibyo, R. Soenarjo, H. Mutahar, R.A.J. Soedjasmin dan
lain-lain..
No comments:
Post a Comment