a. Definisi
Kecerdasan Visual-Spasial.
Kecerdsan
visual-spasial atau kecerdasan gambar atau kecerdasan pandang-ruang
didefinisikan sebagai kemampuan mempersepsi dunia visual-spasial secara akurat
serta mentransformasikan persepsi visual-spasial tersebut dalam berbagai bentuk
(Amstrong, 2003). Kemampuan berpikir visual-spasial merupakan kemampuan berpikir
dalam bentuk visualisasi, gambar, dan bentuk tiga dimensi.
Definisi tersebut dapat diuraikan
ke dalam tiga kata kunci yaitu :
1. Mempersepsi
yakni menangkap dan memahami sesuatu melalui panca indera.
2. Visual-spasial
yakni sesuatu yang terkait dengan kemampuan mata khususnya warna dan ruang.
3. Mentransformasikan
yakni mengalih bentukan hal yang ditangkap mata ke dalam wujud lain, misalnya
melihat dan memcermati bunga matahari, merekam dan menginterpretasikan dalam
pikiran lalu menuangkan rekaman dan interprestasi tersebut ke dalam bentuk lukisan,
sket, kolase atau lukisan perca.
Jika
kita melihat pemandangan, merekam dan mengolahnya dalam pikiran, lalu kita
menuangkannya dalam sebuah kanvas dan cat minyak, berarti kita melakukan
aktivitas kecerdasan visual-spasial. Demikian juga jika kita menuangkan
imajinasi kita ke dalam bentuk denah, peta, desain arsitektur, lukisan, market
atau dekorasi maka kita tengah bergelut dengan kecerdasan visual-spasial.
b. Komponen
Kecerdasan Visual-Spasial
Komponen inti
dari kecerdasan visual-spasial adalah kepekaan pada garis, warna, bentuk, ruang,
keseimbangan, bayangan, harmoni, pola dan hubungan antar unsur tersebut. Komponen
lainnya adalah kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual dan
spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat. Komponen inti dari kecerdasan
visual-spsial benar-benar bertumpu pada ketajaman melihat dan ketelitian
pengamatan ( Amstrong, 1999 ).
Sekarang kita camkan dalam memori
kita, bahwa kecerdasan visual-spasial dibangun dari komponen-komponen yang
telah disebutkan. Dengan demikian kita akan semakin paham, bahwa kemampuan
melihat secara cermat dan teliti adalah kunci pertama dari kecerdasan ini.
Kemampuan ini benar-benar seperti
“memotret “ suatu objek, baik
langsung maupun tidak langsung. Kecermatan dan ketelitian dalam melihat
akan menghasilkan penguraian unsur garis, warna, bentuk utuh secara detil dan
terperinci. Komponen lain terkait dengan kemampuan kita membayangkan potret
tersebut dan menuangkannya dalam bentuk gambar, serta meletakan objek dari
sudut pandang kita (depan, atas, belakang, berapa jaraknya dan seberapa besar).
c. Sistem
Nuerologis Kecerdasan Visual-Spasial.
Sebagaimana
dikatakan Gardner (1993) bahwa semua kecerdasan dalam multiple intelligences memiliki lokasi khusus di otak manusia. Sistem
neurologis kecerdasan visual-spasial terletak di hemisfer kanan bagian belakang atau di lobus oksipitalis.
Lobus
oksipitalis kanan dan kiri menerima dan mengolah
informasi visual (Dharma perwira-Prins, 2004). Lobus oksipitalis paling ujung belakang merupakan pusat penglihatan
primer, meliputi ketajaman dan keluasan penglihatan. Selain itu, lobus oksipitalis juga berfungsi untuk :
1. Mengenali
bentuk.
2. Mengenali
posisi garis, derajat kemiringan garis.
3. Kemampuan
melihat warna.
4. Mengidentifikasi
posisi gerak suatu benda
5. Menulis
garis atau bentuk lain.
Korteks
oksipitalis mengandung sel-sel yang peka terhadap
warna, dan sel-sel lainnya, peka terhadap garis dengan kemiringan tertentu dan
juga peka terhadap bentuk. Didekat sel peka warna, terdapat sel yang selektif
terhadap gerakan terarah dan sel yang sensitif terhadap bentuk. Jadi, di dalam
area visual tidak terbentuk gambar yang dilihat oleh mata, tetapi gambar yang
terurai. Gambar yang terurai ini disatukan kembali dengan adanya hubungan
timbal balik antar daerah sel. Semua rangsang visual tentang bentuk, warna,
gerakan dan latar belakang diolah diotak di dekat telinga (temporalis) dan otak bagian depan (frontalis) (Markam & Markam, 2003).
Selain area oksipitalis,
daerah visual-spasial juga terdapat pada lobus parietalis kanan. Lobus
ini berfungsi dalam membayangkan keadaan ruangan ditinjau dari semua sudut.
Kemampuan ini baru dicapai pada usia 10 tahun. Bagian ini juga berfungsi
mengarahkan gerakan untuk menempatkan benda atau bagian benda dalam gambar atau
bangunan sesuai intruksi. Oleh karena itu, otak kanan parietalis sering dikenal sebagai otak visual-spasial nonbahasa
(Markam & Markam, 2003).
d. Indikator
Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan
visual-spasial muncul pada masa kanak-kanak. Tentu kita sering melihat anak
usia dua tahun mencoret-coret tembok, kertas atau apa pun. Pada saat itulah
anak-anak mulai memunculkan kecenderungan kecerdasan visual-spasial.
Kemampuan
berpikir topologis, yakni kemampuan berpikir yang bersifat mengurai bagian-bagian
dari suatu objek, pada awal masa kanak-kanak memungkinkan mereka menguasai
kerangka pikir euclidien pada usia
9-10 tahun. Dengan demikian, apabila mendapatkan cukup dorongan untuk melakukan
pengamatan terhadap objek dan mengeksplorasi unsur dari suatu objek, anak-anak
akan menguasai kemampuan pandang-ruang secara baik, bahwa setiap bentuk
memiliki komponen.
Kecerdasan
visual-spasial memiliki indikator sebagai berikut :
1. Individu
yang cerdas secara visual-spasial (lebih) mudah membaca peta, gambar, grafik
dan diagram. Mereka mudah dan menangkap informasi melalui bahan-bahan, peta
pikiran dan gambar-gambar yang menyatakan hubungan satu konsep dengan konsep
yang lain.
2. Individu
yang cerdas secara visual-spasial menonjol dalam seni lukis dan seni kriya.
Mereka cepat menangkap karakteristik objek dan memiliki kemampuan alami untuk
menuangkannya dalam bentuk gambar, bentuk tiga dimensi dan seni kerajinan.
3. Individu
yang cerdas secara visual-spasial mampu memberikan gambaran visual yang jelas
ketika sedang memikirkan sesuatu. Mereka sangat imajinatif, mampu membayangkan
sesuatu dengan detil bentuk, warna dan komposisinya.
4. Individu
yang cerdas secara visual-spasial mampu nenggambar sosok orang atau benda
menyerupai aslinya. Mereka sangat peka terhadap bentuk, unsur bentuk, ukuran,
komposisi, warna dan detil lainya. Mereka mampu merekam dengan akurat apa yang
dilihat dan dibayangkan.
5. Individu
yang cerdas secara visual-spasial senang melihat film, slide, gambar atau foto.
Mereka tertarik dengan objek pandang dan ruang dalam berbagai bentuk dan cepat
menyerap informasi maupun ciri yang melekat pada objek tersebut.
6. Individu
yang cerdas secara visual-spasial menikmati permainan yang membutuhkan
ketajamam visual-spasial, seperti maze.
Mereka menyukai penelusuran yang melibatkan kemampuan melihat, mendeteksi
bentuk dan alur, serta konstruksi sesuatu.
7. Individu
yang cerdas secara visual-spasial sering melamun. Membayangkan sesuatu dan
mengembangkan imajinasi mereka. Memori mereka terhadap peristiwa, citraan
gerak, detil objek relatif akurat. Mereka memiliki kemampuan untuk menghadirkan
kembali berbagai memori visual-spasial tersebut dalam bentuk lamunan dan
fantasi, serta mengolahnya dalam bentuk imajinasi.
8. Individu
yang cerdas secara visual-spasial senang membuat konstruksi tiga dimensi dari
unsur, seperti lego, bricks, bombiq, dan
balok. Mereka memiliki kemampuan mengurai unsur dari benda, dan meletakan
kembali unsur-unsur tersebut pada tempatnya. Mereka juga memiliki kepekaan
terhadap komponen konstruksi dan mampu menganalisis setiap bagian dari konstruksi
tersebut.
9. Individu
yang cerdas secara visual-spasial senang mencoret-coret di kertas atau di buku. Mereka memanfaatkan komponen garis,
bentuk-bentuk geometri atau bentuk yang lain untuk mengekspresikan emosi,
mengisi kejenuhan dan mencari ilham.
10. Individu
yang cerdas secara visual-spasial lebih memahami informasi visual daripada
dengan kata-kata. Mereka belajar dengan melihat dan mengamati benda, bentuk,
warna dan detil.
11. Individu
yang cerdas secara visual-spasial mampu merasakan dan menangkap pola-pola yang
lembut maupun rumit (Campbell, dkk 1996)
e. Indikator
Kecerdasan Visual-Spasial Anak Usia Dini.
Anak yang cerdas
visual-spasial sangat peka tatanan dan peka terhadap perubahan tatanan itu dan
akan memberi reaksi. Mereka suka mengerjakan maze, dan permainan lain yang memerlukan ketajaman melihat,
Anak-anak yang sering memanfaatkan waktu mereka untuk menggambar, merancang
sesuatu, membangun balok-balok, lego atau melamun (Amstrong, 2002).
Pada anak-anak
usia 2-6 tahun, kecerdasan visual-spasial terdeteksi melaluai indikator berikut
:
1. Anak
menonjol dalam kemampuan menggambar, mampu menunjukan detil unsur dari pada
anak-anak sebayanya. Garis-garis pada pakaian, ciri khusus pada kaos superman,
misalnya muncul dalam gambar yang mereka buat dan hal ini tidak muncul pada anak-anak sebayanya
(usia KB dan TK ).
2. Anak
memiliki kepekaan terhadap warna, cepat mengenali warna dan mampu memadukan
warna dengan lebih baik dari pada anak-anak sebayanya. Ketika mengamati gambar,
anak mampu melihat unsur yang kecil, warna yang ada pada gambar dan objek (usia
2-6 tahun).
3. Anak
suka menjelajah lokasi disekitarnya dan memperhatikan tata letak benda-benda
disekitarnya, serta cepat menghafal letak benda-benda. Mereka bersepeda hingga
keluar lokasi KB atau TK, mereka tidak takut bermain dengan anak-anak yang
lebih besar dan diajak menjelajah dusun bahkan desa lain (usia KB dan TK )
4. Anak
menyukai balok atau benda lain untuk membuat suatu bangun benda, seperti mobil,
rumah, perawat atau apapun yang diinginkan anak. Begitu melihat bangun geometri
(dua maupun tiga dimensi), anak tertarik untuk segera membuat konstruksi (usia
KB dan TK).
5. Anak
suka melihat-lihat dan memperhatikan buku yang berilustrasi atau buku-buku
penuh gambar. Majalah-majalah yang memuat berbagai gambar penuh warna dilihat
beberapa kali (usia 2-6 tahun).
6. Anak
suka mewarnai berbagai gambar yang ada di buku, menebalkan garisnya, dan
menirunya. Anak juga mencoret-coret benda, seperti dinding, almari, meja, kursi
dengan spidol, pastel atau pinsil warna- warni (usai 2-6 tahun).
7. Anak
menikmati bermain kolase dari berbagai unsur (usia TK), membuat benda dari playdough, malam (lilin) atau sejenisnya
(usia KB dan TK).
8. Anak
memperhatikan berbagai jenis grafik, peta dan diagram, serta menanyakan nama
dan maksud bentuk-bentuk informasi tersebut sementara anak sebayanya kurang
antusias. Pada saat bermain grafik, anak dengan kecerdasan visual-spasial
tampak lebih antusias dan sepat memahami informasi yang dimaksudkan pendidik
(usia KB dan TK).
9. Anak
menikmati foto-foto di album dan cepat mengenali orang-orang atau benda-benda
di foto, tertarik dengan kamera dan ingin menggunakannya, serta dapat
mengarahkan kamera pada objek yang dikehendakinya (usia KB dan TK).
10. Anak
banyak bercerita tentang mimpinya dan dapat menunjukan detail mimpi dari pada
sebayanya (usia KB dan TK).
11. Anak
tertarik pada profesi yang terkait dengan penggunaan kecerdasan visual-spasial
serta optimal seperti pelukis (anak-anak menyebutnya sebagai tukang gambar),
fotografer (tukang foto), arsitek (anak menyebutnya tukang gambar rumah), perancang
busana (anak menyebutnya tukang baju), pilot (penjelajah ruang angkasa), atau
karir lain yang berorientasi visual-spasial (usia KB dan TK).
12. Anak
dapat merasakan pola-pola sederhana dan mampu menilai pola mana yang lebih
bagus dari pola lainnya. Anak juga dapat menggunakan informasi komposisi warna
pada pola, sepeti kain. Pada saat memilih baju, anak menunjukan perhatian
terhadap warna dan model (usia TK).
Kecerdasan tersebut menunujukan bahwa kecerdasan
visual-spasial telah muncul pada usia 2-3 tahun. Kecerdasan ini meliputi
kepekaan terhadap warna, menikmati gambar, membuat coretan, menikmati
foto-foto. Pada anak usia KB, hampir semua indikator telah muncul, kecuali
kesadaran akan pola dan detil mimpi. Anak usia TK telah memiliki semua indikator
kecerdasan visual-spasial dalam berbagai kadar pencapaian.
No comments:
Post a Comment