Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Tuesday, March 24, 2020

Biografi Pahlawan Nasional "Bung Tomo"

Nama                                       :Sutomo
Tempat, Tanggal Lahir           :Surabaya, 3 Oktober 1820
Warga Negara                         :Indonesia
Profesi                                    :Jurnalis, Penyiar Berita, Orator, Pahlawan Kemerdekaan
Pasangan                                 :Sulistina
Anak                                       :Bambang Sulistomo
Orangtua                                 :Kartawan Tjiptowidjojo (Ayah), Subastita (Ibu)
Siapa yang tidak tahu Bung Tomo, sih?Jasa beliau selalu dikenang oleh Rakyat Indonesia saat memperingati Hari Pahlawan yang jatuh setiap tanggal 10 November. Nah, kalau kamu kagum tapi kurang mengetahui sosok beliau, bisa membacanya lewat biografi dan profil lengkap Bung Tomo berikut Bung Tomo berasal dari keluarga yang sederhana. Meskipun begitu, beliau termasuk salah satu orang yang beruntung karena dapat mengenyam pendidikan formal. Dulu, sekolah adalah hal yang mewah dan hanya orang-orang pribumi dari golongan ningrat saja yang bisa menikmatinya. Sejak masih muda, Bung Tomo memang dikenal sebagai sosok pekerja keras. Tak hanya itu, beliau juga menyukai dunia tulis menulis. Passion tersebut beliau wujudkan dengan memilih jurnalis dan pembawa berita sebagai profesinya. Profesi tersebut juga menghantarkan beliau menjadi sosok pahlawan pembakar semangat rakyatdalam peperangan 10 November 1945 di Surabaya. Inilah sedikit kisah mengenai beliau. Kalau kamu masih ingin tahu lebih dalam, sebaiknya kamu baca ulasan lengkap mengenai profil dan biodata Bung Tomo di bawah ini.
Masa Kecil & Pendidikan
Bung Tomo yang bernama asli Sutomo ini lahir dari pasangan Kartawan Tiptowidjojo dan Subastita pada tanggal 2 Oktober 1920. Beliau adalah anak laki-laki pertama dari enam bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sementara sang ibu adalah seorang distributor mesin jahit. Dikarenakan pekerjaan sang ayah, Sutomo kecil beruntung karena dapat melanjutkan sekolah seperti pribumi yang berasal dari golongan ningrat. Meskipun begitu, keadaan keluarganya waktu itu juga cukup sulit sehingga beliau berinisiatif untuk membantu orangtuanya dengan melakukan pekerjaan sampingan. Salah satunya adalah menjadi pemungut bola bagi para bangsawan yang sedang bermain tenis.
Sayangnya saat berusia 12 tahun, Bung Tomo terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO. Setelah putus sekolah, beliau kemudian bekerja. Tak lama setelah itu, beliau kemudian melanjutkan pendidikan di HBS melalui korespondensi, tapi pendidikannya ini juga tidak diselesaikannya. Pada usia 14 tahun, Bung Tomo bergabung dengan Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI). Kegiatan ini merupakan cikal bakal Pramuka di Indonesia yang kamu kenal sekarang. Lewat KBI, beliau belajar mengenai ilmu hidup yang tidak bisa didapat saat menempuh pendidikan di sekolah formal. Saat berorganisasi di KBI, Bung Tomo yang dikenal sebagai sosok bertanggung jawab ini dikenal sebagai salah satu kader berprestasi. Ketika berusia 17 tahun, beliau berhasil lulus ujian Pandu Garuda. Hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang membanggakan karena pada saat itu hanya ada tiga orang di Hindia Belanda yang berhasil mendapatkan gelar tersebut. Tak hanya belajar mengenai ilmu hidup, Bung Tomo juga mendapatkan pelajaran penting mengenai landasan perjuangan Indonesia yang menumbuhkan rasa nasionalisme pada dirinya. Inilah sepenggal kisah mengenai latar belakang pendidikan beliau yang bisa kamu baca lewat biografi dan profil Bung Tomo lengkap.
Pertempuran Surabaya
1. Latar Belakang
Meletusnya Pertempuran Surabaya dilatarbelakangi adanya insiden Yamato yang terjadi pada tanggal 18 September 1945. Pada saat itu, pasukan Belanda di bawah pimpinan Ploegman mengibarkan bendera Belanda yang berwarna merah, putih, biru di puncak Hotel Yamato. Penghinaan tersebut tentu saja membuat rakyat berang. Bagaimana tidak, pada tanggal 1 September 1945, pemerintah Indonesia baru saja mengeluarkan maklumat untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh penjuru tanah air. Rakyat pun kemudian berbondong-bondong mengepung hotel itu.
Melihat kericuhan yang terjadi, Panglima Soedirman bersama Sidik dan Haryanto melakukan perundingan dengan Ploegman. Sayangnya, perundingan tersebut berjalan alot bahkan perundingan tersebut menyebabkan Ploegman dan Sidik tewas. Keadaan semakin memanas sehingga membuat Jenderal Soedirman dan Hariyanto terdesak untuk segera meninggalkan hotel tersebut. Namun, keadaan di luar hotel sudah tidak bisa dikendalikan. Massa memaksa masuk agar bisa segera menurunkan bendera Belanda dari puncak hotel. Mereka berhasil mengambilnya lalu merobek bagian biru dan mengibarkan kembali menjadi bendera merah putih. Beberapa bulan setelah kejadian tersebut mereda, perwakilan tentara Inggris yang dipimpin oleh Brigjen Mallaby tiba di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Mereka datang kembali dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang. Namun ternyata, tentara sekutu ini dibonceng oleh Belanda untuk kembali merebut kembali Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober, pasukan sekutu menyebar pamflet agar rakyat menyerahkan senjata milik tentara Jepang kepada mereka. Hal ini kemudian membuat situasi semakin pelik sehingga terjadi peperangan di mana-mana. Pemerintah Indonesia pun sempat melakukan sebuah perundingan supaya dilakukan gencatan senjata dan pihak sekutu menyetujuinya. Namun nahas, terjadi sebuah kesalahpahaman antara sekelompok pemuda Indonesa dengan pasukan pasukan Mallaby. Baku tembak antara kedua pihak tak bisa dihindarkan dan menyebabkan Mallaby tewas.
2. Meletusnya Pertempuran 10 November 1945
Pada tanggal 10 November, pihak sekutu mengirim Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh sebagai pengganti Mallaby. Pihaknya mengultimatum Indonesia untuk menghentikan perlawanan terhadap sekutu dan menyerahkan semua senjata yang dimiliki. Rakyat Surabaya tak mengindahkan hal tersebut yang kemudian membuat sekutu membombardir kota ini. Alih-alih takut, rakyat Surabaya malah makin bersemangat untuk mengusir pasukan sekutu dari kota mereka. Semua penduduk ikut terjun langsung untuk melawan tentara sekutu. Kalangan santri dan tokoh agama yang berpengaruh besar pun turut membantu. Sosok Bung Tomo yang nasionalis dan revolusioner pun muncul untuk membakar api semangat rakyat. Dengan menggebu-gebu beliau menyampaikan pidatonya. Bahkan semboyan “merdeka atau mati” terlontar dengan lantang dan dijawab dengan sepenuh hati oleh rakyat. Di akhir pertempuran sengit tersebut, lebih dari 10.000 orang tewas dan 200.000 lainnya harus mengungsi karena Kota Surabaya rusak parah. Karena banyaknya pejuang yang tewas, pada tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. Tak hanya itu, pemerintah juga membangun sebuah tugu peringatan yang diberi nama Tugu Pahlawan sebagai penanda Kota Surabaya. 

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts