Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Tuesday, March 31, 2020

Makalah Disfungsi Otak Pada Anak


BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Perilaku bermasalah yang muncul sebagai akibat dari kesulitan belajar sangat bervariasi sesuai dengan spesifikasi kesulitan itu. Namun demikian, secara umum perilaku bermasalah yang muncul dari kesulitan belajar terutama akan terkait dengan masalah penyesuaian diri maupun akademik anak, hubungan sosial, dan stabilitas emosi. Bagi keluarga, kondisi anak seperti itu dapat menimbulkan kekhawatiran orang tua, apalagi jika orang tua tidak memahami masalah yang dialami anaknya. Bagi penyelenggara pendidikan, perilaku bermasalah karena kesulitan belajar menimbulkan dampak terhadap perlunya penempatan dan pelayanan khusus.
Anak-anak dengan kesulitan belajar karena retardasi mental lebih mudah dideteksi/dikenal, dan untuk anak-anak ini telah ada wadahnya yaitu Sekolah Pendidikan Luar Biasa C. Lagi pula gangguan fungsi sistem sarafnya lebih difus, mencakup hampir semua fungsi kortikal, sehingga tidak akan disinggung dalam makalah ini. Problema emosional primer yang merupakan penyebab lain dari kesulitan belajar merupakan bidang psikologi/psikiatri. Yang akan dibahas dalam tulisan ini ialah anak-anak dengan kesulitan belajar tertentu/spesifik, yang disebabkan karena gangguan pada beberapa fungsi sistem saraf pusat atau lebih terkenal dengan nama Minimal Brain Dysfunction (M .B .D), atau Disfungsi Otak Minor (D.0.M.). Anak-anak dengan D.O.M. sering tidak terdiagnosis, sehingga tidak mendapat penanganan yang semestinya. Ini mengakibatkan timbulnya problema sosial dan emosional sekunder. Bila hal ini terjadi, maka akan merupakan problema hidup (life disability),dimana penanganan akan lebih kompleks.



1.2    Rumusan Masalah                                            
a.      Apa pengertian Disfungsi Minimal Otak ?
b.     Bagaimana mendeteksi DMO yang tak terlihat?
c.      Mengapa Anak DMO menjadi kesulitan dalam belajar?
d.     Bagaimana cara mengenal anak DMO yang mengalami kesulitan belajar?

1.3    Tujuan Permasalahan
a.           Untuk mengetahui pengertian Disfungsi Minimal Otak.
b.          Untuk mengetahui cara mendeteksi DMO yang tak terlihat.
c.           Untuk mengetahui anak DMO yang menjadi kesulitan dalam belajar.
d.          Untuk mengetahui cara mengenal anak DMO yang mengalami kesulitan belajar.






BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Disfungsi Minimal Otak
Disfungsi Minimal Otak (DMO) sering menyebabkan seorang anak mengalami kesulitan belajar disekolah, padahal mereak mempunyai IQ yang normal atau lebih tinggi. Mereka juga sering mendapatkan hukuman karena perilakunya. Bahkan, tidak jarang anak dengan DMO kemudian dikirim ke Sekolah Luar Biasa, khusu untuk anak dengan ketrbelakangan mental. Merka juga sering mendapatkan perlakukan yang tidak semestinya, oleh karena itu, deteksi dini DMO pada usia dini sangat penting demi tercapainya perkembangan anak yang optimal.
Manifestasi klinis DMO dapat bermacam-macam, tetapai tidak semuanya terdapat pada seorang anak yang menderita DMO, namun berikut ini yang sering dijumpai
a.      Ganguan Membaca, kemampuan anak dalam membaca lambat, pada saat membaca dieja kata demi kata dan serba ragu-ragu, dana membaca kurang berirama.
b.     Gangguan Berhitung, kurang dari 60 % anak-anak yang mengalai disleksia juga mengalami ganguan berhitung. hal ini disebabkan anak mengalami kesulitan dalam membedakan + dari tanda x, membedakan-, : , dan =, serta membedakan <  dan >.
c.      Pengertian arah yang kabur, Anak sulit membedakan kanan dan kiri, atas dan bawah, puncak dan dasar.
d.     Sulit menyebutkan waktu, Anak dengan DMO sering sulit menyebutkan waktu, apakah saat ini pagi, siang, sore, atau malam. mereka juga mengalamu kesulitan membaca jam dengan tepat. Jarum jam pendek dan jarum jam panjang sering dibaca terbalik.
e.      Keterampilan motorik lambat berkembang, misalnya anak berusia 5 tahun masih belum bisa mengikat tali sepatunya sendiri, belum bisa mengancingkan baju sendiri.
f.      Kemampuan Mengenal ruang terbatas, Kemampuan mengenal ruangan ini bisa sangat buruk, atau sebaliknya bisa sangat baik, hal buruk misalnya, ia tidak dapat menggambar lingkaran, tidak dapat mewarnai gambar dengan baik, tidak dapat mengguntung kertas sedangkan kemampuanya baik akan pandai dalam geometri, main catur, dan video game.
g.     Kemampuan memberi nama kepada barang atau orang terganggu, Bila kita memperlihatkan suatu benda yang sudah dikenal anak, kadang-kadang ia tak dapat menyebutkan namanya.
h.     Kidal, Setiap melakukan kegiatan, bagian tangan yang dominan adalah tangan kiri, berarti kedua tangan anak itu sama terampil.
i.       Ganguan bicara, Masa perkembangan anak bisa berbicara agak terlambat, atau anak tetap berbicara seperti anak kecil.
j.       Ganguan gerakan motorik, Anak mulai bisa berjalan terlambat, kadang-kadang terdapat ganguan koordinasi motorik, misalnya kurang keseimbangan pada sat berjalan, sulit berdiri di atas satu kaki, sulit melakukan loncat tali.
k.     IQ normal atau lebih tinggi dari rata-rata, Bila dilakukan tes IQ maka anak-anak DMO terkadang menunjukan traf IQ normal atau di atas normal.

2.2 Deteksi DMO yang tersembunyi/Tidak Terlihat
      Manifestasik diatas tidak senantiasa terlihat jelas, namun tetap perlu diketahui ciri-ciri DMO yang tersembunyi, antara lain :
a.      Daya konsentrasi yang buruk, Anak tidak dapat memusatkan perhatianya pada suatu masalah untuk waktu yang cukup lama, ia tidak tekun dalam menyelesaikan tugas, sering berjalan mondar-mandir di dalam kelas sekalipun sedang ada pelajaran.
b.     Kesulitan menyalin tulisan di papan tulis, bila menyalin tulisan dari papn tulis sering terdapat kata terlewat, salah eja dan tempo yang terlambat, kalau mencatat jarang sampai selesai.
c.      Susah diatur, Terlambat berangkat sekolah, terlambat mengikuti pelajaran jika pelajaran pindah ke ruangan lain karena mengalami kesulitan menemukan ruang kelasnya di jauhi teman-temanya, Anak sering di olok-olok atau di ejek karena kelakuanya yang aneh
d.     Pengendalian diri kurang, anak mudah bereaksi atau implusif, cepat marah, gampang tersinggung, tidak tahan godaan atau gurauan dari teman.

2.3 Anak DMO Mengakibatkan Kesulitan Belajar
Anak berkesulitan belajar tidak termasuk ke dalam kelompok anak luar biasa. Mereka termasuk ke dalam kelompok tersendiri yang disebut learning disabilities atau berkesulitan belajar atau ketakcakapan belajar. Siapakah anak berkesulitan belajar itu? Tidak kurang dari 40 istilah telah diusulkan untuk menggambarkan atau merujuk kepada apa yang disebut dengan anak berkesulitan belajar. Banyak istilah yang sering digunakan di dalam berbagai literatur untuk merujuk anak yang mengalami kesulitan belajar khusus antara lain sebutan tersebut yaitu attention deficit disorder, clumsy child syndrome, perceptual handicap, brain injury, minimal brain dysfunction, dyslexia, dyslogic syndrome, learning disorder, educational handicap, mild handicap, neurological impairment, hyperactivity,dan hyperkinesis.(T. Sutjihati. S, 2007: 194)
Kesulitan belajar lebih didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun ekspresif di dalam proses belajar. Kendatipun gangguan ini bisa terjadi di dalam berbagai tingkatan kecerdasan, namun ‘kesulitan belajar’ lebih terkait dengan tingkat kecerdasan normal atau bahkan di atas normal. Anak-anak yang berkesulitan belajar memiliki ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan fisik yang bisa menghambat alur belajar yang normal, menyebabkan keterlambatan dalam kemampuan perseptual-motorik tertentu atau kemampuan berbahasa. Umumnya masalah ini tampak ketika anak mulai mempelajari mata-mata pelajaran dasar seperti menulis, membaca, berhitung, dan mengeja. Jadi, kesulitan belajar merupakan istilah generic yang merujuk kepada keragaman kelompok yang mengalami gangguan di mana gangguan tersebut diwujudkan dalam kesulitan-kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan proses belajar  (T. Sutjihati. S, 2007: 195-196).
Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
a.         Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh: siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
b.      Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
c.         Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
d.        Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e.         Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :
1.    Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2.    Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
3.    Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4.    Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.

2.4 CaraMengenal Anak didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Beberapa gejala sebagai pentujuk adanya kesulitan belajar anak didik dapat dilihat sebagai berikut.
1.    Menunjukan prestasi belajar yang rendah
2.    Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3.    Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
4.    Anak didik menunjukan sikap yang kurang wajar.
5.    Anak didik menunjukan tingkah laku yang tidak biasanya.
6.    Anak didik yang tergolong memiliki IQ, tetapi kenyataanya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
7.   Anak didik yang selalu menunjukan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian mata pelajaran, tetapi dilain waktu prestasi belajarnya menurun.
Dari semua gejala kesulitan belajar dengan cara lain yaitu melakukan penyelidikan dengan cara:
a.    Obervasi
Observasi merupakan suatu cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek.
b.    Interview
Interview merupakan suatu cara mendapatkan data dengan wawancara lansung terhadap orang yang diselidiki atau terhadap orang lain (guru, orang tua, atau teman akrab) yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidiki.
c.    Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara untuk mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen, yang berhubungan dengan orang yang diselidiki.
Di antara dokumen anak didik yang perlu dicari adalah berhubungan dengan, riwayat hidup anak didik, kumpulan ulangan, catatan kesehatan anak didik, prestasi anak didik, buku rapor, buku pribadi anak didik, buku catatan semua mata pelajaran.  
d.   Tes Diagnostik
Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami anak didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya.



BAB III
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Disfungsi Minimal Otak (DMO) sering menyebabkan seorang anak mengalami kesulitan belajar disekolah, padahal mereka mempunyai IQ yang normal atau lebih tinggi. Mereka juga sering mendapatkan hukuman karena perilakunya. Bahkan, tidak jarang anak dengan DMO kemudian dikirim ke Sekolah Luar Biasa, khusus untuk anak dengan keterbelakangan mental.
Gangguan belajar pada anak merupakan suatu gangguan yang sangat kompleks baik penyebab maupun penanganannya. Untuk ini diperlukan satu tim terpadu, yang terdiri dari tenaga medis (dokter anak, psikiater anak, dokter rehabilitasi medik), psikolog, terapis wicara, terapis okupasi, fisioterapis dan tenaga pendidik/remedial yang dapat mengatasi permasalahan gangguan belajar ini secara komprehensif dan terpadu.

B.  Saran
     Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan makalah ini, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.









DAFTAR PUSTAKA


Baihaqi,dan Sugiarmin. 2006. Memahami dan Membantu Anak ADHD. Bandung: Refika Aditama


Somantri, T. Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Rers.



No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts