BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perilaku bermasalah yang muncul
sebagai akibat dari kesulitan belajar sangat bervariasi sesuai dengan
spesifikasi kesulitan itu. Namun demikian, secara umum perilaku bermasalah yang
muncul dari kesulitan belajar terutama akan terkait dengan masalah penyesuaian
diri maupun akademik anak, hubungan sosial, dan stabilitas emosi. Bagi
keluarga, kondisi anak seperti itu dapat menimbulkan kekhawatiran orang tua,
apalagi jika orang tua tidak memahami masalah yang dialami anaknya. Bagi
penyelenggara pendidikan, perilaku bermasalah karena kesulitan belajar
menimbulkan dampak terhadap perlunya penempatan dan pelayanan khusus.
Anak-anak dengan kesulitan
belajar karena retardasi mental lebih mudah dideteksi/dikenal, dan untuk
anak-anak ini telah ada wadahnya yaitu Sekolah Pendidikan Luar Biasa C. Lagi
pula gangguan fungsi sistem sarafnya lebih difus, mencakup hampir semua fungsi
kortikal, sehingga tidak akan disinggung dalam makalah ini. Problema emosional
primer yang merupakan penyebab lain dari kesulitan belajar merupakan bidang
psikologi/psikiatri. Yang akan dibahas dalam tulisan ini ialah anak-anak dengan
kesulitan belajar tertentu/spesifik, yang disebabkan karena gangguan pada
beberapa fungsi sistem saraf pusat atau lebih terkenal dengan nama Minimal
Brain Dysfunction (M .B .D), atau Disfungsi Otak Minor (D.0.M.). Anak-anak
dengan D.O.M. sering tidak terdiagnosis, sehingga tidak mendapat penanganan
yang semestinya. Ini mengakibatkan timbulnya problema sosial dan emosional
sekunder. Bila hal ini terjadi, maka akan merupakan problema hidup (life
disability),dimana penanganan akan lebih kompleks.
1.2
Rumusan
Masalah
a.
Apa pengertian Disfungsi
Minimal Otak ?
b.
Bagaimana mendeteksi DMO
yang tak terlihat?
c.
Mengapa Anak DMO menjadi
kesulitan dalam belajar?
d.
Bagaimana cara mengenal
anak DMO yang mengalami kesulitan belajar?
1.3
Tujuan Permasalahan
a.
Untuk mengetahui pengertian
Disfungsi Minimal Otak.
b.
Untuk mengetahui cara
mendeteksi DMO yang tak terlihat.
c.
Untuk mengetahui anak DMO
yang menjadi kesulitan dalam belajar.
d.
Untuk mengetahui cara
mengenal anak DMO yang mengalami kesulitan belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Disfungsi Minimal Otak
Disfungsi Minimal Otak (DMO)
sering menyebabkan seorang anak mengalami kesulitan belajar disekolah, padahal
mereak mempunyai IQ yang normal atau lebih tinggi. Mereka juga sering
mendapatkan hukuman karena perilakunya. Bahkan, tidak jarang anak dengan DMO
kemudian dikirim ke Sekolah Luar Biasa, khusu untuk anak dengan ketrbelakangan
mental. Merka juga sering mendapatkan perlakukan yang tidak semestinya, oleh
karena itu, deteksi dini DMO pada usia dini sangat penting demi tercapainya
perkembangan anak yang optimal.
Manifestasi klinis DMO dapat
bermacam-macam, tetapai tidak semuanya terdapat pada seorang anak yang
menderita DMO, namun berikut ini yang sering dijumpai
a.
Ganguan Membaca, kemampuan
anak dalam membaca lambat, pada saat membaca dieja kata demi kata dan serba
ragu-ragu, dana membaca kurang berirama.
b.
Gangguan Berhitung, kurang
dari 60 % anak-anak yang mengalai disleksia juga mengalami ganguan berhitung.
hal ini disebabkan anak mengalami kesulitan dalam membedakan + dari tanda x,
membedakan-, : , dan =, serta membedakan < dan >.
c.
Pengertian arah yang kabur,
Anak sulit membedakan kanan dan kiri, atas dan bawah, puncak dan dasar.
d.
Sulit menyebutkan waktu,
Anak dengan DMO sering sulit menyebutkan waktu, apakah saat ini pagi, siang,
sore, atau malam. mereka juga mengalamu kesulitan membaca jam dengan tepat.
Jarum jam pendek dan jarum jam panjang sering dibaca terbalik.
e.
Keterampilan motorik lambat
berkembang, misalnya anak berusia 5 tahun masih belum bisa mengikat tali sepatunya
sendiri, belum bisa mengancingkan baju sendiri.
f.
Kemampuan Mengenal ruang
terbatas, Kemampuan mengenal ruangan ini bisa sangat buruk, atau sebaliknya
bisa sangat baik, hal buruk misalnya, ia tidak dapat menggambar lingkaran,
tidak dapat mewarnai gambar dengan baik, tidak dapat mengguntung kertas
sedangkan kemampuanya baik akan pandai dalam geometri, main catur, dan video
game.
g.
Kemampuan memberi nama
kepada barang atau orang terganggu, Bila kita memperlihatkan suatu benda yang
sudah dikenal anak, kadang-kadang ia tak dapat menyebutkan namanya.
h.
Kidal, Setiap melakukan
kegiatan, bagian tangan yang dominan adalah tangan kiri, berarti kedua tangan
anak itu sama terampil.
i.
Ganguan bicara, Masa
perkembangan anak bisa berbicara agak terlambat, atau anak tetap berbicara
seperti anak kecil.
j.
Ganguan gerakan motorik,
Anak mulai bisa berjalan terlambat, kadang-kadang terdapat ganguan koordinasi
motorik, misalnya kurang keseimbangan pada sat berjalan, sulit berdiri di atas
satu kaki, sulit melakukan loncat tali.
k.
IQ normal atau lebih tinggi
dari rata-rata, Bila dilakukan tes IQ maka anak-anak DMO terkadang menunjukan
traf IQ normal atau di atas normal.
2.2
Deteksi DMO yang tersembunyi/Tidak Terlihat
Manifestasik diatas tidak senantiasa terlihat jelas, namun tetap perlu
diketahui ciri-ciri DMO yang tersembunyi, antara lain :
a.
Daya konsentrasi yang
buruk, Anak tidak dapat memusatkan perhatianya pada suatu masalah untuk waktu
yang cukup lama, ia tidak tekun dalam menyelesaikan tugas, sering berjalan
mondar-mandir di dalam kelas sekalipun sedang ada pelajaran.
b.
Kesulitan menyalin tulisan
di papan tulis, bila menyalin tulisan dari papn tulis sering terdapat kata
terlewat, salah eja dan tempo yang terlambat, kalau mencatat jarang sampai
selesai.
c.
Susah diatur, Terlambat
berangkat sekolah, terlambat mengikuti pelajaran jika pelajaran pindah ke
ruangan lain karena mengalami kesulitan menemukan ruang kelasnya di jauhi
teman-temanya, Anak sering di olok-olok atau di ejek karena kelakuanya yang
aneh
d.
Pengendalian diri kurang,
anak mudah bereaksi atau implusif, cepat marah, gampang tersinggung, tidak
tahan godaan atau gurauan dari teman.
2.3
Anak DMO Mengakibatkan Kesulitan Belajar
Anak berkesulitan belajar tidak
termasuk ke dalam kelompok anak luar biasa. Mereka termasuk ke dalam kelompok
tersendiri yang disebut learning disabilities atau berkesulitan belajar atau
ketakcakapan belajar. Siapakah anak berkesulitan belajar itu? Tidak kurang dari
40 istilah telah diusulkan untuk menggambarkan atau merujuk kepada apa yang
disebut dengan anak berkesulitan belajar. Banyak istilah yang sering digunakan
di dalam berbagai literatur untuk merujuk anak yang mengalami kesulitan belajar
khusus antara lain sebutan tersebut yaitu attention deficit disorder, clumsy
child syndrome, perceptual handicap, brain injury, minimal brain dysfunction,
dyslexia, dyslogic syndrome, learning disorder, educational handicap, mild
handicap, neurological impairment, hyperactivity,dan hyperkinesis.(T.
Sutjihati. S, 2007: 194)
Kesulitan belajar lebih
didefinisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual, memori, maupun ekspresif
di dalam proses belajar. Kendatipun gangguan ini bisa terjadi di dalam berbagai
tingkatan kecerdasan, namun ‘kesulitan belajar’ lebih terkait dengan tingkat
kecerdasan normal atau bahkan di atas normal. Anak-anak yang berkesulitan
belajar memiliki ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan fisik yang
bisa menghambat alur belajar yang normal, menyebabkan keterlambatan dalam
kemampuan perseptual-motorik tertentu atau kemampuan berbahasa. Umumnya masalah
ini tampak ketika anak mulai mempelajari mata-mata pelajaran dasar seperti
menulis, membaca, berhitung, dan mengeja. Jadi, kesulitan belajar merupakan
istilah generic yang merujuk kepada keragaman kelompok yang mengalami gangguan
di mana gangguan tersebut diwujudkan dalam kesulitan-kesulitan yang signifikan
yang dapat menimbulkan gangguan proses belajar (T. Sutjihati. S, 2007:
195-196).
Kesulitan belajar siswa mencakup
pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning
disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning
diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian
tersebut.
a.
Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya,
yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi
belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang
bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi
yang dimilikinya. Contoh: siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras
seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar
menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
b.
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut
tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau
gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh
yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena
tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai
permainan volley dengan baik.
c.
Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong
rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat
kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya
biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
d.
Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,
sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa
lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e.
Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana
siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di
bawah potensi intelektualnya.
Siswa yang mengalami kesulitan
belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai
gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik,
kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi
gejala kesulitan belajar, antara lain :
1. Menunjukkan
hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang
dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa
yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
3. Lambat dalam
melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4. Menunjukkan
sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura,
dusta dan sebagainya.
2.4
CaraMengenal Anak didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Beberapa gejala sebagai pentujuk
adanya kesulitan belajar anak didik dapat dilihat sebagai berikut.
1. Menunjukan
prestasi belajar yang rendah
2. Hasil belajar
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Anak didik
lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
4. Anak didik
menunjukan sikap yang kurang wajar.
5. Anak didik
menunjukan tingkah laku yang tidak biasanya.
6. Anak didik yang
tergolong memiliki IQ, tetapi kenyataanya mereka mendapatkan prestasi belajar
yang rendah.
7. Anak didik yang
selalu menunjukan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian mata pelajaran,
tetapi dilain waktu prestasi belajarnya menurun.
Dari semua gejala kesulitan
belajar dengan cara lain yaitu melakukan penyelidikan dengan cara:
a. Obervasi
Observasi merupakan suatu cara
memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek.
b. Interview
Interview merupakan suatu cara
mendapatkan data dengan wawancara lansung terhadap orang yang diselidiki atau
terhadap orang lain (guru, orang tua, atau teman akrab) yang dapat memberikan
informasi tentang orang yang diselidiki.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara
untuk mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip,
dokumen-dokumen, yang berhubungan dengan orang yang diselidiki.
Di antara dokumen anak didik yang
perlu dicari adalah berhubungan dengan, riwayat hidup anak didik, kumpulan
ulangan, catatan kesehatan anak didik, prestasi anak didik, buku rapor, buku
pribadi anak didik, buku catatan semua mata pelajaran.
d. Tes Diagnostik
Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui
kesulitan belajar yang dialami anak didik berdasarkan hasil tes formatif
sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Disfungsi Minimal Otak (DMO)
sering menyebabkan seorang anak mengalami kesulitan belajar disekolah, padahal
mereka mempunyai IQ yang normal atau lebih tinggi. Mereka juga sering
mendapatkan hukuman karena perilakunya. Bahkan, tidak jarang anak dengan DMO
kemudian dikirim ke Sekolah Luar Biasa, khusus untuk anak dengan keterbelakangan
mental.
Gangguan belajar pada anak
merupakan suatu gangguan yang sangat kompleks baik penyebab maupun
penanganannya. Untuk ini diperlukan satu tim terpadu, yang terdiri dari tenaga
medis (dokter anak, psikiater anak, dokter rehabilitasi medik), psikolog,
terapis wicara, terapis okupasi, fisioterapis dan tenaga pendidik/remedial yang
dapat mengatasi permasalahan gangguan belajar ini secara komprehensif dan
terpadu.
B.
Saran
Mungkin
inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini meskipun penulisan ini jauh
dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak
kesalahan dari penulisan makalah ini, karna kami manusia yang adalah tempat
salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga
butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih
baik daripada masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi,dan Sugiarmin. 2006. Memahami
dan Membantu Anak ADHD. Bandung: Refika Aditama
Somantri, T. Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Rers.
No comments:
Post a Comment