BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Belajar adalah
suatu proses belajar yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang yang
hidup. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara manusia dengan
lingkunganya.oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.
Salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku pada diri orang tersebut yang mungkin terjadi oleh perubahan pada
pengetahuan,keterampilan atau sikap. Apabila proses belajar itu di
selenggarakan secara formal di sekolah-sekolah. Tidak lain ini dimaksudkan
untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa. Baik dalam aspek pengetahuan,
keterampilan maupun sikap.selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan yang antara lain yaitu: terdiri atas murid, guru, dan staf sekolah
lainnya. serta bahan materi lainya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin mendorong pembaharuan dalam proses pembelajaran.
Keberhasilan
sebuah pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh tingginya pendidikan seorang
pendidik. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu
faktor penunjang berhasilnya pembelajaran. Keterbatasan sarana dan prasarana
pembelajaran dapat diatasi dengan memanfaatkan yang ada di lingkungan sekitar.
Permainan tradisional daerah juga memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan
dalam pembelajaran. Pembelajaran di sekolah diharapkan tidak hanya bersifat
teoritik tetapi juga dapat mengenalkan media pembelajaran dengan menggunakan
permainan tradisonal, karena dalam permainan tradisional mempunyai nilai nilai
pengetahuan yang seharusnya dilestarikan oleh guru, sekalipun pada kenyataannya
permainan tradisional sedikit demi sedikit ditinggalkan, permainan tradisional
merupakan ciri suatu bangsa, dan hasil suatu peradaban.
Bangsa mana
yang tidak bangga pada permainan budaya. Karenanya, menggali, melestarikan dan
mengembangkan permainan tradisional adalah suatu hal yang tidak dapat
dihindari. Selain telah menjadi ciri suatu bangsa, permaian tradisional adalah
salah satu bagian terbesar dalam suatu kerangka yang lebih luas yaitu
kebudayaan. Permainan tempo dulu sebenarnya sangat baik untuk melatih fisik dan
mental anak. Secara tidak langsung anak-anak akan dirangsang kreatifitas,
ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan keluasan wawasannya melalui
permainan tradisional. Namun sayangnya seiring kemajuan jaman, permainan yang
bermanfaat bagi anak ini mulai ditinggalkan bahkan dilupakan. Anak-anak terlena
oleh televisi dan video game yang ternyata banyak memberi dampak negatif bagi
anak-anak, baik dari segi kesehatan, psikologis maupun penurunan konsentrasi
dan semangat belajar.
Permainan
Tradisional yang semakin hari semakin hilang di telan perkembangan jaman,
sesungguhnya menyimpan sebuah keunikan, kesenian dan manfaat yang lebih besar
seperti kerja sama tim, olahraga, terkadang juga membantu meningkatkan daya
otak. Berbeda dengan permainan anak jaman sekarang yang hanya duduk diam
memainkan permainan dalam layar monitor dan sebagainya.
Menguatnya
arus globalisasi di Indonesia yang membawa pola kehidupan dan hiburan baru, mau
tidak mau, memberikan dampak tertentu terhadap kehidupan sosial budaya
masyarakat. Termasuk di dalamnya berbagai macam permainan tradisional anak.
Sementara itu, kenyataan dilapangan dewasa ini memperlihatkan adanya tanda
tanda yang kurang menggembirakan yakni semakin kurangnya permaianan tradisional
anak yang ditampilkan, sehingga akan berakibat pada kepunahan.
Banyaknya
kegunaan permaianan bagi proses pembelajaran perlu adanya pelestarian terhadap
keutuhan permaianan tersebut. Mengenal permainan tradisional bermain congklak,
egrang, balap karung, bola bekel dan lain-lain di masa muda, akan mengantarkan
mereka pada permainan yang bermamfaat dalam kegiatan belajar untuk meraih
prestasi di masa yang akan datang. Tanpa mengenalnya di masa muda, sulit bagi
anak-anak untuk menerima hal yang sama yang dahulu mereka mainkan bahkan yang
pernah dimainkan pula oleh ayah, ibu, dan kakek-neneknya. Operasional
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisional dapat
dilakukan dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar. misalnya dalam
permainan gasingan yang terbuat dari kayu, layangan, yoyok, parasut
dan-lain-lain. Bagi anak permainan dapat dijadikan kegiatan yang serius, tetapi
mengasyikan. Melalui permainan, berbagai pekerjaannya dapat terwujud dan
permainan dapat dipilih oleh anak karena menyenangkan bukan untuk memperoleh
hadiah atas pujian.permainan tradisional juga dapat membantu fisik bisa
lebih sehat karena disana kita bisa beraktifitas (mengeluarkan keringat) dengan
demikian dapat di tarik kesmpulan yaitu media adalah bagian yang tak
terpisahkan dari proses belajar mengajardemi tercapainya media pendidikan
pada umumnya dan tjuan pembelajarab pada khususnya.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apakah yang dimaksud
dengan permainan tradisional?
2.
Apa saja jenis-jenis
permainan tradisional ?
3.
Bagaimana implementasi
permainan tradisional sebagai wahana dalam pendidikan karakter?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui mengenai permainan
tradisional.
2.
Untuk mengetahui jenis
permainan tradisional.
3.
Untuk mengetahui
implementasi permainan tradisional sebagai wahana dalam pendidikan karakter.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Permainan Tradisional
Permainan tradisonal merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun
dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada
prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian
bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena
tujuannya sebagai media permainan. Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan
aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan
menuju dunia orang dewasa. Permaianan digunakan sebagai istilah luas yang
mencakup jangkauan kegiatan dan prilaku yang luas serta mungkin bertindak
sebagai ragam tujuan yang sesuai dengan usia anak. Menurut Pellegrini dalam
Naville Bennet bahwa permainan didefinisikan menurut tiga matra sebagai
berikut: (1) Permainan sebagai kecendrungan, (2) Permainan sebagai konteks, dan
(3) Permainan sebagai prilaku yang dapat diamati.
Menurut
Mulyadi bermain secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang
dilakukan secara spontan yang terdapat lima pengertian bermain; (1) sesuatu
yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak (2) tidak memiliki
tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik (3) bersifat spontan
dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak serta
melibatkan peran aktif keikutsertaan anak, dan (4) memiliki hubungan sistematik
yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan
masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial.
Permainan
tradisonal merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan
mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada prinsipnya
permainan anak tetap merupakan permainan anak.Dengan demikian bentuk atau
wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai
media permainan.Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek
psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia
orang dewasa.
Permainan
tradisional merupakan warisan antar generasi yang mempunyai makna simbolis di
balik gerakan, ucapan, maupun alat-alat yang digunakan.Pesan-pesan tersebut
bermanfaat bagi perkembangan kognitif, emosi dan sosial anak sebagai persiapan
atau sarana belajar menuju kehidupan di masa dewasa.Pesatnya perkembangan
permainan elektronik membuat posisi permainan tradisional semakin tergerus dan
nyaris tak dikenal. Memperhatikan hal tersebut perlu usaha-usaha dari berbagai
pihak untuk mengkaji dan melestarikan keberadaannya melalui pembelajaran ulang
pada generasi sekarang melalui proses modifikasi yang disesuaikan dengan
kondisi sekarang (Fajarwati, 2008: 2).
Permainan
digunakan sebagai istilah luas yang mencakup jangkauan kegiatan dan prilaku
yang luas serta mungkin bertindak sebagai ragam tujuan yang sesuai dengan usia
anak. Menurut Pellegrini (1991: 241) dalam Naville Bennet (1998: 5-6) bahwa
permainan didefinisikan menurut tiga matra sebagai berikut; (1) permainan
sebagai kecendrungan, (2) permainan sebagai konteks, dan (3) permainan sebagai
prilaku yang dapat diamati.
Permainan
tidak lepas dari pada adanya kegiatan bermain anak, sehingga istilah bermain
dapat digunakan secara bebas, yang paling tepat adalah setiap kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan, bermain dilakukan secara suka rela
oleh anak tanpa ada pemaksaan atau tekanan dari luar. Menurut Hurlock (2006:
320), secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu aktif dan
pasif.
Menurut
Mulyadi (2004: 30) bermain secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan
anak-anak yang dilakukan secara spontan yang terdapat lima pengertian bermain:
1)
Sesuatu yang menyenangkan
dan memiliki nilai intrinsik pada anak.
2)
Tidak memiliki tujuan
ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik.
3)
Bersifat spontan dan
sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak serta
melibatkan peran aktif keikutsertaan anak.
4)
Memiliki hubungan
sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas,
pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial.
Oleh karena
itu, bahwa permainan tradisional disini adalah permainan anak-anak dari bahan sederhana
sesuai aspek budaya dalam kehidupan masyarakat (Sukirman D, 2008:19).Permainan
tradisional juga dikenal sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan
rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai
alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial.
Dalam hal
ini, permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang
tidak dia ketahui sampai pada yang dia ketahui dan dari yang tidak dapat
diperbuatnya, sampai mampu melakukannya.Dengan demikian bermain suatu kebutuhan
bagi anak.Dengan merancang pelajaran tertentu untuk dilakukan sambil bermain
yang sesui dengan taraf kemampuannya. Jadi bermain bagi anak mempunyai
nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari
termasuk dalam permainan tradisional.
Menurut
Bennet (1998:46) dengan ini diharapkan bahwa permainan dalam penddikan untuk
anak usia dini ataupun anak sekolah terdapat pandangan yang jelas tentang
kualitas belajar, hal ini diindikasikan sebagai berikut:
1.
Gagasan dan minat anak
merupakan sesuatu yang utama dalam permainan
2.
Permainan menyediakan
kondisi yang ideal untuk mempelajari dan meningkatkan
mutu
pembelajaran
3.
Rasa memiliki merupakan hal
yang pokok bagi pembelajaran yang diperoleh melalui permainan
4.
Pemebelajaran menjadi lebih
relevan bila terjadi atas inisiatif sendiri.
5.
Anak akan mempelajarai cara
belajar dengan permainan serta cara mengingat pelajaran dengan baik
6.
Pembelajaran dengan
permainan terjadi dengan gampang, tanpa ketakutan
7.
dan permainan mumudahkan
para guru untuk mengamti pembelajaran yang sesungguhnya dan siswa akan
mengalami berkurangnya frustasi belajar. Permainan bagi anak merupakan bagian
yang sedemikian diterimanya dalam kehidupannya sekarang sehingga hanya sedikit
orang yang ragu-ragu mempertimbangkan arti pentingnya dalam perkembangan anak.
Oleh karena
itu, bahwa permainan tradisional disini adalah permainan anak-anak dari bahan
sederhana sesuai aspek budaya dalam kehidupan masyarakat. Permainan tradisional
juga dikenal sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang
tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk
memelihara hubungan dan kenyamanan sosial. Dengan demikian bermain suatu
kebutuhan bagi anak. Jadi bermain bagi anak mempunyai nilai dan ciri yang
penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari termasuk dalam
permainan tradisional. Menurut Bennet dengan ini diharapkan bahwa permainan
dalam penddikan untuk anak usia dini ataupun anak sekolah terdapat pandangan
yang jelas tentang kualitas belajar, hal ini diindikasikan sebagai berikut: (1)
gagasan dan minat anak merupakan sesuatu yang utama dalam permainan, (2)
permainan menyediakan kondisi yang ideal untuk mempelajari dan meningkatkan
mutu pembelajaran, (3) rasa memiliki merupakan hal yang pokok bagi pembelajaran
yang diperoleh melalui permainan, (4) anak akan mempelajarai cara belajar
dengan permainan serta cara mengingat pelajaran dengan baik, (5) pembelajaran
dengan permainan terjadi dengan gampang, tanpa ketakutan, (6) permainan
mumudahkan para guru untuk mengamti pembelajaran yang sesungguhnya dan siswa
akan mengalami berkurangnya frustasi belajar.
Permainan
tradisional menurut Danandjaja (1987) adalah salah satu bentuk yang berupa
permainan anak-anak, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif
tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun serta banyak
mempunyai variasi. Sifat atau cirri dari permainan tradisional anak sudah tua
usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya dan darimana asalnya.
Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan adang-kadang mengalami perubahan
nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dariakar katanya,
permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu
peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang
dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan.
Menurut Atik
Soepandi, Skar dkk. (1985-1986), permainan adalah perbuatan untuk menghibur
hati baik yang mempergunakan alat ataupun tidak mempergunakan alat. Sedangkan
yang dimaksud tradisional adalah segala sesuatu yang dituturkan atau diwariskan
secara turun temurun dari orang tua atau nenek moyang. Jadi permainan
tradisional adalah segala perbuatan baik mempergunakan alat atau tidak, yang
diwariska secara turun temurun dari nenek moyang, sebagai sarana hiburan atau
untuk menyenangkan hati.
Permainan
tradisional ini bisa dikategorikan dalam tiga golongan, yaitu : permainan untuk
bermain (rekreatif), permainan untuk bertanding (kompetitif) dan permainan yang
bersifat edukatif. Permainan tradisional yang bersifat rekreatif pada umumnya
dilakukan untuk mengisi waktu luang. Permainan tradisional yang bersifat
kompetitif, memiliki ciri-ciri : terorganisir, bersifat kompetitif, diainkan
oleh paling sedikit 2 orang, mempunyai criteria yang menentukan siapa yang
menang dan yang kalah, serta mempunyai peraturan yang diterima bersama oleh
pesertanya. Sedangkan perainan tradisional yang bersifat edukatif, terdapat
unsur-unsur pendidikan di dalamnya. Melalui permainan seperti ini anak-anak
diperkenalkan dengan berbagai macam ketrampilan dan kecakapan yang nantinya
akan mereka perlukan dalam menghadapi kehidupan sebagai anggota masyarakat.
Berbagai jenis dan bentuk permainan pasti terkandung unsur pendidikannya.
Inilah salah satu bentuk pendidikan yang bersifat non-formal di dalam
masyarakat. Permainan jenis ini menjadi alat sosialisasi untuk anak-anak agar
mereka dapat menyesuaikan diri sebagai anggota kelompok sosialnya.
2.1.1 Permainan Tradisional dan Perkembangannya
Permainan
tradisional anak adalah salah satu bentuk folklore yang berupa yang
beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk
tradisional dan diwarisi turun temurun, serta banyak mempunyai variasi.
Oleh karena termasuk folklore, maka sifat atau ciri dari permainan
tradisional anak sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa
penciptanya dan dari mana asalnya. Permainan tradisional biasanya
disebarkan dari mulut ke mulut dan kadangkadang mengalami perubahan nama
atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dari akar katanya,
permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu
peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi
terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat
kegembiraan (James Danandjaja dalam Misbach, 2007).
Menurut
Sukirman (2004), permainan tradisional anak merupakan unsur
kebudayaan, karena mampu memberi pengaruh terhadap perkembangan kejiwaan,
sifat, dan kehidupan sosial anak. Permainan tradisional anak ini juga
dianggap sebagai salah satu unsur kebudayaan yang memberi ciri khas
pada suatu kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, permainan tradisional
merupakan aset budaya, yaitu modal bagi suatu masyarakat untuk mempertahankan
eksistensi dan identitasnya di tengah masyarakat lain. Permainan
tradisonal bisa bertahan atau dipertahankan karena pada umumnya
mengandung unsur-unsur budaya dan nilai-nilai moral yang tinggi, seperti:
kejujuran, kecakapan, solidaritas, kesatuan dan persatuan, keterampilan dan
keberanian. Sehingga, dapat pula dikatakan bahwa permainan tradisional dapat
dijadikan alat pembinaan nilai budaya pembangunan kebudayaan nasional
Indonesia. (Depdikbud, 1996).
Keberadaan
permainan tradisional, semakin hari semakin tergeser dengan adanya permainan
modern, seperti video game dan virtual game lainnya. Kehadiran teknologi pada
permainan, di satu pihak mungkin dapat menstimulasi perkembangan kognitif anak,
namun di sisi lain, permainan ini dapat mengkerdilkan potensi anak untuk
berkembang pada aspek lain, dan mungkin tidak disadari hal tersebut justru
menggiring anak untuk mengasingkan diri dari 7 lingkungannya, bahkan cenderung
bertindak kekerasan. Kasus mengejutkan terjadi pada tahun 1999 di dua orang
anak Eric Haris (18) dan Dylan Klebod (17), dua pelajar Columbine High School
di Littleton, Colorado, USA, yang menewaskan 11 rekan dan seorang gurunya.
Keterangan yang diperoleh dari kawan-kawan Eric dan Dylan, kedua anak tersebut
bisa berjam-jam main video game yang tergolong kekerasan
seperti “Doom”, “Quake”, dan “Redneck Rampage”.
Kekhawatiran
serupa juga terjadi di Cina, sehinggapemerintah Cina secara selektif telah
melarang sekitar 50 game bertema kekerasan. Akan tetapi
perkembangan teknologi di industri permainan anak tidak melulu bisa dijadikan
alasan penyebab tergesernya permainan tradisional, karena kadang
masyarakat sendiri yang kurang peduli dengan adanya permainan tradisional.
Terlebih, penguasaan teknologi di era globalisasi ini menjadi tuntutan bagi semua
orang, tak terkecuali anak-anak. Menurut Misbach (2006), permainan tradisional
yang ada di Nusantara ini dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak,
seperti :
1.
Aspek motorik: Melatih daya
tahan, daya lentur, sensorimotorik, motorik kasar, motorik halus.
2.
Aspek kognitif:
Mengembangkan maginasi, kreativitas, problem solving, strategi,
antisipatif, pemahaman kontekstual.
3.
Aspek emosi: Katarsis
emosional, mengasah empati, pengendalian diri
4.
Aspek bahasa: Pemahaman
konsep-konsep nilai
5.
Aspek sosial: Menjalin
relasi, kerjasama, melatih kematangan sosial dengan teman sebaya dan meletakkan
pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi berlatih peran dengan orang yang
lebih dewasa/masyarakat.
6.
Aspek spiritual: Menyadari
keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat Agung (transcendental).
7.
Aspek ekologis: Memahami
pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana.
8.
Aspek nilai-nilai/moral :
Menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu kepada
generasi selanjutnya.
Jika digali
lebih dalam, ternyata makna di balik nilai-nilai permainan tradisional
mengandung pesan-pesan moral dengan muatan kearifan lokal (local wisdom) yang
luhur dan sangat sayang jika generasi sekarang tidak mengenal dan menghayati
nilai-nilai yang diangkat dari keanekaragaman suku-suku bangsa di Indonesia.
Kurniati (2006) mengidentifikasi 30 permainan tradisional yang saat ini masih
dapat ditemukan di lapangan. Beberapa contoh permainan tradisional yang
dilakukan oleh anak-anak adalah Anjang-anjangan, Sonlah, Congkak, Orayorayan,
Tetemute, dan Sepdur”. Permainan tradisional tersebut akan memberikan dampak
yang lebih baik bagi pengembangan potensi anak. Hasil penelitiannya menyebutkan
bahwa permainan tradisional mampu mengembangkan keterampilan sosial anak. Yaitu
keterampilan dalam bekerjasama, menyesuaikan diri, berinteraksi, mengontrol
diri, empati, menaati aturan serta menghargai orang lain. Interaksi yang
terjadi pada saat anak melakukan permainan tradisonal memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosial, melatih
kemampuan bahasa, dan kemampuan emosi.
2.1.2 Permainan
Tradisional Yang Edukatif
Dapat
dikatakan bahwa permainan tradisional yang dimiliki masyarakat indonesia secara
kearifan lokal masing-masing daerah di indonesia yang beraneka-ragam permainan
tradisional didalamnya, setiap permainan tentunya memiliki niali edukasi
didalmnya. Kita sadari atau tidak nilai edukasi yang tersimpan didalamnya,
adalah nilai yang timbul dalam masyrakat itu sendiri. Nilai edukasi itu sendiri
terbentuk , karena masyarakat indonesia cenderung menjunjung tinggi nilai
kebersamaan dan memupuk semangat kerjasama membentuk karakter masyarakat
indonesia yang ramah dan terkenal tinggoi akan kemauan dan kerja kerasnya untuk
menggapai harapan dan cita-cita bangsa indonesia, melalui permainan/olahraga
tradisionalnya. Dari penelitian yang dilakukan para ilmuan, diperoleh bahwa
bermain mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak dalam hidupnya.
Tujuan Permaian Edukatif sebenaanya untuk mengembangkan konsep diri (self
concept), untuk mengembangkan kreativitas, untuk mengembangkan
kopmunikasi, untuk mengembangkan aspek fisik dan motorik, mengemabngkan aspek
sosial, mengembangkan aspek emosi atau kepribadian, mengembangkan aspek
kognitif, mengasah ketajaman pengindraan, mengembangkan keterampilan olahraga
dan menari.
Permainan edukatif itu dapat
berfungsi sebagai berikut:
1.
Memberikan ilmu pengetahuan
kepada anak melalui proses pembelajaran sambil belajar
2.
Merangsang pengembangan
daya pikir, daya cipta, dan bahasa, agar dapat menumbuhkan sikap, mental serta
akhlak yang baik.
3.
Menciptakan lingkungan
bermain yang menarik, memberikan rasa aman dan menyenagnkan.
4.
Meningkatkan kualitas
pembelajran anak-anak
2.1.3 Peran Permainan
Tradisional
Didalam
masyarakat peran penting dalam permainan tradisional, perlu kita kembangkan
demi ketahanan budaya bangsa, karena kita menyadari bahwa kebudayaan merupakan
nilai-nilai luhur bagi bangsa indonesia, untuk diketahui dan dihayati tata cara
kehidupannya sejak dahulu. Bangsa indonesia merupakan bangsa yang besar dalam
keaneka ragaman kebudayaan didalamnya, termasuk permainan tradisional
didalamnya, keanekaragaman permainan tradisional adalah karena banyaknya daerah
di indonesia memiliki kearifan lokal kebudayaan masing-masing, sehingga
membentuk masyarakatn melakukan aktivitas kebugaran jasmani yang berbeda satu
daerah dengan yang lainnya. Permainan tradisonal memang sudah
seharusnya mendapatkan perhatian khusus dan mendapatkan prioritas yang utama
untuk dilindungi, dibina, dikembangkan, diberdayakan dan selanjutnya
diwariskan. Hal seperti itu diperlukan agar permaina tradisional dapat memiliki
ketahanan dalam menghadapi unsur budaya lain di luar kebudayaannya.
2.2 Jenis-jenis
Permainan Tradisional
Banyak sekali
macam-macam permainan tradisional di Indonesia, hampir di seluruh daerah-daerah
telah mengenalnya bahkan pernah mengalami masa-masa bermain permainan
tradisional ketika kecil. Permainan tradisional perlu dikembangkan lagi karena
mengandung banyak unsur manfaat dan persiapan bagi anak dalam menjalani
kehidupan bermasyarakat.
Permainan
tradisional merupakan salah satu unsur kebudayaan bangsa yang banyak tersebar
di berbagai penjuru nusantara. Namun dewasa ini keberadaannya sudah
berangsur-angsur mengalami kepunahan, terutama bagi mereka yang tinggal di
perkotaan, bahkan di beberapa diantaranya sudah tidak dapat dikenali lagi oleh
masyarakat. Sebenarnya ada beberapa jenis permainan tradisional yang masih
dapat bertahan, itu pun disebabkan karena para pelaku permainan tradisional
tersebut berada jauh dari jangkauan permainan modern yang banyak menggunakan
alat-alat canggih. Permainan tradisional sebagai salah satu bentuk dari
kegiatan bermain diyakini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan fisik dan
mental anak (Kurniati, 2010:1).
Jawa
Barat juga memiliki berbagai macam permainan tradisional. Permainan tradisional
Jawa Barat merupakan suatu aktivitas permainan (kaulinan budak) yang tumbuh dan berkembang di daerah Jawa Barat
yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat Sunda
serta diajarkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dari permainan ini anak-anak dilatih untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya, memperoleh pengalaman yang berguna dan bermakna, mampu membina
hubungan dengan sesama teman, meningkatkan perbendaharaan kata serta mampu
menyalurkan perasaan-perasaan yang tertekan dengan tetap melestarikan dan
mencintai budaya bangsa.
Permainan
tradisional yang tersebar di Jawa Barat secara umum memberikan kegembiraan
kepada anak-anak yang melakukannya. Pada umumnya permainan ini memiliki sifat
yang universal, namun setiap daerah atau tempat memiliki cara yang berlainan
dalam melakukan permainan ini. Menurut Atmadibrata (Kurniati, 2010:2)
masyarakat Jawa Barat disinyalir dari sejak jaman klasik memiliki kecenderungan
untuk memiliki keterampilan prestatif yang bersifat “entertainment” dalam wujud
permainan rakyat yang dapat dijumpai di mana-mana. Bila permainan yang ada di
Jawa Barat ini dikaji ternyata memiliki nilai edukatif, mengandung unsur
pendidikan jasmani, kecermatan, kelincahan, daya pikir, apresiasi artistik
(unsur seni), kesegaran psikologis dan sebagainya. Macam-macam permainan
tradisional di Jawa Barat diantaranya ucing
sumput, rerebonan, sorodot gaplok, sapiring dua piring, huhuian, congkak,
oray-orayan, perepet jengkol dan sonlah
Beberapa contoh permainan tradisional akan
dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut:
1.
Tuk-tuk-tuk
Tuk-tuk-tuk
Umpan usep cacing kalung
Disantok lele bunting
Nyet em….nyet em….nyet nyet nyet eem
2.
Oray-orayan
Oray-orayan
Luar leor ka sawah
Entong kasawah
Parena keur sedeng beukah
Oray-orayan
Luar leor ka kebon
Entong ka kebon
Di kebon loba nu ngangon
Mending ka leuwi
Di leuwi loba nu mandi
Saha anu mandi?
Anu mandina pandeuri
3.
Entog kabeuheulan
Dua panangan acungkeun
Dina tak tak sampaikeun
Tuurna dibengkokeun
Saeutik dibukakeun
Mun pareng maju jalan
Kawas ‘entog kabeuheulan
Eu…eu….eu….eu….
4.
Lempangna Oray
Kumaha luempangna oray
Oray teh leumpangna kieu tak kieu, kieu
kieu
Kumaha leumpangna bangkong
Bangkong teh leumpangna kieu…tah
kieu….kieu,,,,kieu
Kumaha hibeurna manuk
Manuk teh hibeurna kieu….tah
kieu….kieu…kieu
2.3 Permainan Tradisional
Sebagai Wahana Dalam Pendidikan Karakter Yang Menyenangkan
Begitu
pentingnya permainan tradisional dalam memberi pendidikan karakter dan memberikan
nilai moral yang positif bagi pertumbuhan anak. Melalui permainan tradisional
juga dapat menjadi sarana belajar untuk mengembangkan nilai EQ pada anak.
Tetapi, tentu saja harus dalam pengawasan dan memberi batasan waktu yang jelas
agar tidak semua waktu digunakan untuk bermain. Implementasi dari permaninan
tradisional sebagai wahana pendidikan karakter yang menyenangkan dapat
diaplikasikan baik di lingkungan keluarga (informal), sekolah (formal) maupun
di masyarakat (nonformal). Pendidikan karakter dapat dimulai dari lingkungan
yang terkecil yakni, Keluarga. Keluarga merupakan bagian dari sebuah
masyarakat. Unsur-unsur yang ada dalam sebuah keluarga baik budaya, agama,
ekonomi bahkan jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran
anak khususnya ayah dan ibu.
Pengaruh
keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam berbagai macam sisi.
Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan pembentukan
kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan
tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya. Dalam hubungannya dengan
pendidikan karakter, keluarga memiliki andil yang cukup besar, karena mulai
dari sinilah penanaman nilai-nilai moral dapat dikembangkan sehingga
permasalahan kenakalan remaja dapat dihindari. Secara garis besar, pendidikan
karakter bertujuan untuk membimbing anak ke arah kedewasaan supaya anak
dapat memperoleh keseimbangan antara perasaan dan akal budaya serta dapat
mewujudkan keseimbangan dalam perbuatannya kelak. Oleh karena itu, langkah
pasti yang dapat dtempuh oleh orang tua yakni, mampu memberikan stimulus yang
positif serta menyenangkan kepada anaknya, salah satunya melalui permainan
tradisional.
Pengembangan
permainan tradisional sebagai wahana pendidikan karakter yang menyenangkan
tidak begitu sulit. Perlu kesabaran serta keseriusan dari pihak orang tua.
Orang tua juga dapat menyusun rancangan kegiatan yang menarik kepada anaknya.
Seperti setiap akhir pekan atau pertemuan keluarga, orang tua bisa mengajak si
anak untuk berekreasi serta mengajak buah hatinya untuk memainkan
permainan tradisional. Disinilah peran orang tua yang paling penting yakni,
dapat menjelaskan makna yang terkandung dalam permainan tersebut.
Penanaman pendidikan karakter semacam ini sangat efektif, akan tetapi
tetap diimbangi oleh kemauan anak tersebut, sehingga tidak terjadi kesalah
pahaman atau benturan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Permainan
tradisional tidak hanya sekedar permainan yang mengandung kesenangan semata.
Namun permainan tradisional dapat melatih kemampuan motorik anak, sikap anak,
dan juga ketrampilan anak. Serta dapat membentuk karakter anak yang luhur.
Dalam menerima sikap perubahan sosial di dalam masyrakat kita memang harus
bersifat terbuka dan dinamis terhadapa perkembangan zaman, perkembangan dunia
IT. Ada sebuah garis-garis yang harus memisahkan kebudayaan asli dengan
masuknya kebudayaan luar dalam era global saat ini. Perubahan sosial akan
terjadi apabila masyarakat menerima masuknya perubahan itu sendiri, maka dari
itu kita perlu yang namanya kesadaran sejak dini untuk menjaga dan melstarikan
kebudayaan lokal masyarakat kita sendiri, kalau bukan kita yang menjaga
kebudayaan tersebut, siapa lagi dan tidak akan menutup kemungkinan memudarnya
permainan tradisional, sebagai salah satu contoh penulisan diatas, dapat
terjadi bila kita sendiri tidak memelihara kebudayaan kita sendiri.
3.2 Saran
Kita sebagai
generasi muda sudah saatnya kita melestarikan permainan tradisional. Kita
seharusnya perkenalkan dulu pada anak kita tentang permainan tradisional
walaupun di zaman globalisasi saat ini. Karena pada usia dini, perkembangan
anak sangat dibutuh demi perkembangan fisik dan motorik anak. Selain itu
permainan tradisional sangat menguntungkan daripada permainan di zaman sekarang
seperti game online. Game online sangat tidak baik bagi perkembangan anak
karena akan membawa dampak negatif bagi seorang anak. Tidak dipungkiri saat ini
banyak orang tua yang malah membelikan anaknya barang-barang canggih. Maka dari
itu peran orang tua untuk mendampingi
anaknya sangatlah penting demi masa depan seorang anak.
DAFTAR PUSTAKA
Bennet.,
dkk. (1998).
Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan: Penerapan Teori Developmentally
Appropriate Practices (DAP). Jakarta: Indonesia Heritage Foundation
Hurlock,
E. B. (1991). Perkembangan Anak Jilid 1 (Alih Bahasa: Meitasari
Tjandrasa dan Muslichach Zarkasih). Jakarta : Erlangga
http://longsani.blogspot.com/2014/07/makalah-permainan-tradisional.html
http://abdulkudus.staff.unisba.ac.id/files/2012/01/PKM-GT-2011-IPB-Irma-Inovasi-Media-Pembelajaran.pdf
http://www.academia.edu/6245754/PERMAINAN_TRADISIONAL_SEBAGAI_WAHANA_
PENDIDIKAN_KARAKTER_YANG_MENYENANGKAN
Kurniawati.
(2010). Main Yuk! 30 Permainan
Tradisional Jawa Barat. Bandung: PG PAUD UPI.
Sukirman.
(2008). Permainan Cerdas
untuk Anak Usia 2-6 tahun. Jakarta: Erlangga
No comments:
Post a Comment