Masa kanak-kanak adalah masa yang
sangat peka untuk menerima berbagai rangsangan dari lingkungan. Keberhasilan
anak dalam mencapai perkembangan yang optimal pada masa ini akan menunjang
perkembangan jasmani dan rohani yang ikut serta menentukan keberhasilan anak
didik dalam mengikuti pendidikannnya di kemudian hari. Tanpa dirangsang atau
digunakan, otak manusia tidak akan berkembang karena pertumbuhan otak memiliki
keterbatasan waktu, dengan demikian rangsangan otak pada usia dini ini menjadi
sangat penting. Penundaan yang terjadi akan membuat otak itu tetap tertutup
sehingga tidak dapat menerima program-program baru (Solehudin, 2000:3).
Mengingat pentingnya pendidikan
pada masa kanak-kanak, maka nyatalah dibutuhkannya pengelolaan yang profesional
terhadap program pendidikan khususnya pendidikan pra sekolah. Salah satu pola
penerapan yang saat ini dirasakan cukup dominan dalam pelaksanaan pendidikannya
adalah penerapan bermain, bercerita dan bernyanyi. Mengapa bermain, bercerita
dan bernyanyi menempati posisi penting dalam pembelajaran? Satu hal yang tidak
boleh dilupakan adalah bahwa masa kanak-kanak merupakan masa bermain.
Bahkan kata taman dalam taman kanak-kanak pun menunjukan pada suatu konsep yang
menyenangkan, indah, penuh kegembiraan dan sebagainya. Dengan kata lain, bermain
(termasuk bercerita dan bernyanyi) dapat memberikan kontribusi positif terhadap
proses belajar dan perkembangan anak.
1.
Bermain
Mengingat betapa krusialnya
pendidikan bagi anak usia dini serta betapa penting dan fundamentalnya
rangsangan-rangsangan yang dibutuhkan anak untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki maka bermain menjadi kegiatan yang sangat penting dan merupakan central
dari segala kegiatan karena aktivitas bermain merupakan keutuhan bagi anak dan appropriate
dengan perkembangan yang dimiliki oleh anak. Namun bagaimana implementasi
bermain dalam pembelajaran di pendidikan anak usia dini masih harus senantiasa
diperbaiki dan ditingkatkan artinya di lapangan memungkinkan sekali terjadi miss
implementasi dengan konsep bermain yang sebenarnya dikehendaki dalam pendidikan
anak usia dini.
Rangsangan yang
diberikan kepada anak usia dini tentunya harus sesuai dengan perkembangan
mereka, dimana tahap perkembangan ini dapat ditijau dari berbagai aspek seperti
kognitif, bahasa, emosi, sosial, fisik, dsb. Proses penyampaiannya pun harus
sesuai dengan dunia anak, seperti bermain merupakan belajarnya bagi anak-anak.
Bermain merupakan proses mempersiapkan diri untuk memasuki dunia selanjutnya.
Bermain merupakan cara bagi anak untuk memperoleh pengetahuan tentang segala
sesuatu. Bermain akan menumbuhkan anak untuk melakukan eksplorasi, melatih pertumbuhan
fisik serta imajinasi, serta memberikan peluang yang luas untuk berinteraksi dengan
orang dewasa dan teman lainnya, mengembangkan kemampuan berbahasa dan menambah
kata-kata, serta membuat belajar yang dilakukan sebagai belajar yang saat Bermain
merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik sebelum
bersekolah.
Bermain merupakan cara
alamiah anak untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada
prinsipnya bermain mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses
daripada hasil akhir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya
disesuaikan dengan perkembangan umur dan kemampuan anak didik, yaitu
berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih
besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Dengan
demikian anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran di
tingkat berikutnya.
Oleh karena itu dalam
memberikan kegiatan belajar pada anak didik harus diperhatikan kematangan
atau tahap perkembangan anak didik, alat bermain atau alat bantu, metode yang
digunakan, waktu dan tempat serta teman bermain (Depdikbud 1995: 8)
BERNYANYI
Aktivitas bernyanyi
pada berbagai jenjang pendidikan terutama pendidikan pra sekolah atau
taman-taman pendidikan telah memegang peranan yang sangat penting. Bernyanyi
dapat mengembangkan bakat seni dan apresiasi anak terhadap musik. Pada kenyataannya
di lapangan aktivitas bernyanyi dapat merupakan suatu metoda pembelajaran
terhadap materi yang akan disampaikan, bahkan dengan bernyanyi anak akan lebih
mudah ingat terhadap suatu materi. Tentunya lagu-lagu yang dinyanyikan oleh anak
adalah lagu-lagu yang sesuai dengan perkembangan anak serta tetap berada dalam koridor
nilai-nilai keagamanan. Satu hal yang perlu digaris bawahi dalam hal ini adalah
bahwa aktivitas bernyanyi yang dilakukan oleh anak bukan bermaksud menjadikan
anak tersebut sebagai penyanyi tetapi agar anak dapat belajar dengan penuh
kegembiraan dan menyenangkan sehingga dapat membantu proses perkembangannya
terutama yang berkenaan dengan apresiasi dan bakat serta pengembangan
kepercayaan diri anak.
Berikut ini beberapa lagu
yang dapat diberikan kepada anak;
1. Tambur Berbunyi
Tambur berbunyi baris di
lapangan
Bersiap kaki rapat, pegang
pundak teman
Tangan ke atas ke bahu
direntang
Meniru burung terbang di
udara
Satu, dua, satu, dua,
terbang di udara 2x
2. Mari Mengaji
Ayolah hai kawan mengaji
bersama
Siapkanlah iqromu segera
A, ba, ta, tsa, ja, ha,
kho, da, dza, ro,
za, sa, sya, sho, do, tho,
dho, ‘a, gho,
fa, qo, ka, la, ma, na, wa,
Ha, ya.
Teruskan-teruskanlah
hingga kau bisa baca
kemudian mengaji bersama.
Ingatlah
hai kawan tanda-tanda bacanya
janganlah
sampai lupa makhrojnya.
BERCERITA
Dulu, ketika anak-anak
akan tidur orang tua kerap kali menghantarkan tidur mereka dengan cara bercerita
atau mendengarkan dongeng. Dongeng yang diceritakannya pun bermacam-macam, ada
cerita sedih, lucu, menegangkan dan menyeramkan. Diakui atau tidak kegiatan ini
mampu mendekatkan hubungan antara orang tua dan anak serta mampu menanamkan
nilai-nilai aqidah dan akhlak. Bercerita pun mampu memberikan pendidikan moral
bagi anak-anak dalam mengatasi masalah-masalah krusial yang sering terjadi, misalnya
; konflik dengan orang tua, teman, dengan saudara dan sebagainya.
Menurut Lawrence
Kutner dalam Intisari, Kumpulan Artikel Psikologi Anak 2 (1999:2) bahwa dongeng
penting bagi anak agar dapat memasuki perjalanan hidupnya tanpa resiko. Anak
bisa mengatasi masalahnya dengan mengidentifikasikan diri dengan tokoh cerita. Dalam
Al-Qur’an pun kita banyak menemukan cerita/kisah tentang nabi-nabi terdahulu,
kejadian-kejadian yang telah dan akan datang dan lain-lain. Rasulullah SAW pun tak
segan-segan bercerita, baik kepada sahabatnya maupun kepada cucu-cucunya, sebab
dengan bercerita otaknya akan lebih terangsang dan tergugah perasaaannnya. Yang
paling utama adalah bahwa dibalik kisah/cerita itu terdapat berjuta-juta
hikmah/ibroh yang dapat diambil sehingga membuat anak-anak merasa
belajar sesuatu, tetapi tak merasa digurui serta melakukannnya dengan senang
hati tanpa ada paksaan.
Bercerita adalah
proses kreatif, sehingga diperlukan kreativitas dan keterampilan dari orang-
orang yang akan bercerita sehingga dia mampu menghayati cerita yang akan disampaikannya.
Berikut ini kiat-kiat agar dapat menjadi pendongeng/pencerita yang baik:
1. Sebelum bercerita
yakinkan dulu bahwa anda menyayangi anak-anak. Lakukan dengan senang hati, buat
mereka tertarik untuk mendengarkan cerita kita.
2. Pilih cerita yang anda
sukai. Cerita ini dapat kita peroleh dari buku-buku atau kita buat sendiri.
3. Hapalkan garis besar
ceritanya atau buat ringkasan cerita di atas secarik kertas. Hayati pesan
utamanya serta jangan lupa lakukan improvisasi.
4. Susun urutan cerita dan
alat peraga/alat bantu yang akan digunakan.
5. Cobalah mengahayati dan
meresapi cerita dengan sungguh-sungguh dengan melibatkan perasaan kita. (sedih,
tertawa, kesal, ngambek, dan lain-lain)
6. Konsentrasi dan tenang
dalam menyampaikan cerita.
7. Buatlah pendahuluan yang
menarik (misalkan, pada zaman dahulu kala ….)
8. Jangan lupa untuk
memperhatikan jumlah anak, intonasi suara, pakaian, mimik muka, tempat, dan
lain-lain)
9. Kembangkan “Sense of
Humor” sehingga cerita menjadi lebih menarik.
10. Dan yang tidak kalah
penting adalah bahwa kita harus berani mencoba, jangan putus asa ketika cerita
kita tidak didengarkan oleh anak-anak tetapi teruslah berusaha untuk memperbaiki
dan melatih diri, sebab TIDAK ADA GURU YANG TIDAK BISA
BERCERITA, TETAPI ADA
JUGA GURU YANG TIDAK PERNAH MENCOBA UNTUK
BISA
BERCERITA.
Dengan demikian bermain, bernyanyi
dan bercerita dapat menjadi media pembelajaran bagi dunia pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan anak. Tentunya aktivitas-aktivitas tersebut tidak
hanya digunakan untuk bersenang-senang saja tanpa tujuan yang jelas tetapi
merupakan alat untuk mengimplementasikan tema yang akan dipelajari menjadi
sesuatu yang dapat memberikan kemudahan bagi anak. Yang penting untuk digaris
bawahi adalah bahwa hendaknya bermain, bernyanyi dan bercerita memuat isi dan
kualitas yang dapat mendidik anak.
No comments:
Post a Comment