Seiichi
Nakajima (1988) mendefinisikan Total
Productive Maintenance (TPM) sebagai suatu pendekatan yang inovatif dalam maintenance dengan cara mengoptimalkan
keefektifan peralatan, mengurangi atau menghilangkan breakdown dan melakukan autonomous operator maintenance.
Pada
awal masa perkembangannya TPM terfokus pada peralatan (pendukung proses
produksi suatu perusahaan), sehingga dalam buku Seiichi Nakajima (1989:6)
terdapat lima elemen definisi penerapan TPM, yaitu :
1. TPM, berusaha
memaksimasi efektifitas peralatan keseluruhan (Overall Equipment Effectiveness, OEE).
2. TPM menerapkan sistem
dari Preventive Maintenance (PM) dalam rentang waktu umur suatu peralatan.
3. TPM melibatkan
seluruh departemen perusahaan (perancangan, pengoperasian dan perawatan).
4. TPM melibatkan
seluruh personil, mulai dari manajemen puncak hingga pekerja di shoop floor.
5. TPM sebagai landasan
mempromosikan PM melalui manajemen motivasi, dalam bentuk kegiatan kelompok
kecil mandiri.
Menurut Seiichi Nakajima (1988:11), kata
total dalam Total Productive
Maintenance (TPM) mengandung tiga
arti, yaitu :
1. Total Afectiveness., menunjukan bahwa TPM bertujuan untuk efisiensi
ekonomi dan pencapaian keuntungan.
2. Total Maintenance System, meliputi maintenance prevention, maintability improvement, dan preventive maintenance.
3. Total Participation of all employees, meliputi perawatan mandiri oleh operator
dalam kegiatan kelompok kecil.
Preventive Maintenance (PM) adalah perawatan suatu peralatan yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya breakdown.
PM dilakukan secara kontinyu dan periodik serta dengan perlakuan khusus
sesuai dengan spesifikasi yang ada pada peralatan tersebut.
Predictive Maintenance merupakan bagian dari PM, yang meramalkan suatu
kerusakan yang mungkin akan terjadi pada peralatan melalui pemeriksaan yang
kontinyu dan periodik.
Maintenance Prevention adalah suatu rancangan metoda perawatan yang
mempunyai fungsi untuk menghindari perawatan atau membebaskan peralatan dan
perawatan (maintenance-free design).
Maintability improvement adalah memperbaiki atau memodifikasi suatu
peralatan agar lebih terhindar dari
breakdown dan mudah untuk dirawat.
Design to Life Cycle Cost (DTLCC) adalah suatu perancangan yang
mempertimbangkan biaya siklus suatu peralatan. Biaya siklus umur (life cycle cost) adalah biaya yang
terjadi selama masa pemakaian peralatan.
Autonomous maintenance adalah kegiatan perawatan kecil yang dilakukan
oleh pemakai peralatan. Dikatakan kecil karena perawatan yang dilakukan hanya
berupa aktivitas yang ringan dan mudah dilakukan tanpa memerlukan peralatan
yang kompleks dan kemampuan spesifik.
Menurut Roy
Davis (1995:1), TPM terdapat tiga komponen utama, yaitu :
a. Pendekatan Total
Filosofi yang
mencakup seluruh aspek fasilitas yang dipakai dalam keseluruhan daerah operasi
perusahaan serta orang yang mengoperasikan, mempersiapkan dan merawat
fasilitas-fasilitas tersebut.
b. Tindakan Produktif
Pendekatan
pro-aktif terhadap kondisi dan pengoperasian fasilitas-fasilitas yang ada,
menuju ke peningkatan produktifitas dan performansi bisnis.
c. Pemeliharaan
Suatu metoda
praktis untuk perawatan dan peningkatan efektifitas fasilitas integritas
produksi keseluruhan.
Hubungan antara TPM, Productive Maintenance dan Preventive
Maintenance digambarkan dibawah ini :
TPM : Productive
Maintenance + Small Group Activities
MP : Maintenance
Prevention
MI : Maintability
Improvement
PM : Preventive
Maintenance
|
Ciri-ciri TPM
|
Ciri-ciri Productive Maintenance
|
Ciri-ciri Preventive Maintenance
|
Efisiensi Ekonomi (PM yang menguntungkan)
|
|
|
|
Total system (MP-PM-MI)
|
|
|
|
Autonomous Maintenance by Operator (Kegiatan
kelompok kecil)
|
|
|
|
Gambar 2.1 Hubungan antara TPM, Productive Maintenance dan Preventive
Maintenance. (introduction to TPM, Seiichi Nakajima (1988:12))
Sasaran atau target dari semua
kegiatan improvment dalam suatu
perusahaan adalah untuk meningkatkan produktivitas dengan cara mengurangi input dan menaikan output. Output disini bukan hanya berarti kenaikan produknya saja
tetapi juga berarti makin baiknya kualitas dengan ongkos yang wajar, delivery (pengiriman) yang tepat waktu
dan lain sebagainya. Demikian pula TPM sebagai sistem perawatan yang terpadu
mempunyai sasaran yang sama yaitu meningkatkan produktivitas. Hubungan antara
input dan output dapat digambarkan dalam bentuk matriks (gambar 2.2):
Dari gambar 2.2 tersebut dapat
dilihat bahwa input meliputi manusia (tenaga kerja), mesin (fasilitas) dan
material, dimana semua itu dapat diterjemahkan sebagai uang. Sedangkan output
terdri atas produksi (P), kualitas (Q), biaya (C), pengiriman (D), keamanan,
kesehatan dan lingkungan (S), dan moral (M). Faktor masukan ditentukan oleh
bagaimana sistem mengalokasikan tenaga kerja, merekayasa dan merawat fasilitas
serta bagaimana penyimpanan (inventory) dikendalikan.
Faktor keluaran dikendalikan melalui metode-metode pengelolaan seperti production control untuk produksi, quality control untuk kualitas dan
seterusnya.
Input
Output
|
Money
|
Management
Method
|
||
Man
|
Machine
|
Material
|
||
Production
(P)
|
|
|
|
Production
Control
|
Quality (Q)
|
|
|
|
Quality Control
|
Cost (C)
|
|
|
|
Cost Control
|
Delivery
(D)
|
|
|
|
Delivery Control
|
Safety (S)
|
|
|
|
Safety
& Pollution
|
Morale (M)
|
|
|
|
Human
Relations
|
|
Man
Power Allocation
|
Plant
Engineering & Maintenance
|
Inventory
Control
|
Output/Input
Productivity
|
Gambar 2.2
Matrik PQCDSM
(introduction to TPM, Seiichi Nakajima (1988:13))
Pada matriks tersebut terlihat
bahwa posisi maintenance mempunyai
kaitan langsung dengan semua faktor-faktor keluaran sehingga meskipun fokus
kegiatan TPM ditujukan pada pengelolaan masukan (dalam hal ini mesin) tetapi
hasilnya akan mempengaruhi keluaran, dan akhirnya tujuannya akan tetap sama
yaitu meningkatkan produktivitas. Dengan mengusahakan pendayagunaan kemampuan
maksimal fasilitas/peralatan, diharapkan dapat memaksimumkan keluaran. Hal ini
bisa tercapai yaitu dengan mempertahankan kondisi operasi selalu berada dalam
kondisi yang baik.
Dalam program Implementasi Focuses Improvement ada
beberapa langkah yang bisa dilakukan, langkah-langkah tersebut antar lain adalah
:
1.
Pilih model mesin/lini/proses.
Kriteria pemilihan model
mesin/lini/proses ditetapkan pada setiap departemen/seksi. Pemilihan lini,
proses dan mesin ini dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
· Menjadi bottleneck
· Memiliki banyak
losses
· Mempunyai banyak
kemungkinan untuk direplikasi
· Dapat di sinkronisasi
dengan kegiatan Perawatan Mandiri.
2.
Tetapkan tim improvement
3.
Pahami lossees yang ada
4.
Tetapkan tema dan sasaran improvement
5.
Tetapkan rencana improvement
6.
Laksanakan dan evaluasi analisis dan jalankan
keluaran masing-masing improvment dengan seksama.
7.
Implementasi improvement.
8.
Konfirmasi dampak improvement.
9.
Tindakan pencegahan berulangnya masalah.
10. Replikasi secara
horizontal.
Selain dari program focused improvement diatas, ada juga
program focused improvemnt team.
Jenis–jenis program ini yaitu :
·
Focused Improvement Project
Team
Dalam program ini, team harus
memberi contoh (panutan) dalam mencapai sasaran program TPM yang sudah
ditetapkan yaitu dalam hal pencapaian zero
breakdown, zero minor stoppages dan zero
defect pada model mesin/lini/proses.
·
Aktivitas Kelompok Kecil (AKK) di Gemba
Pada awalnya anggota AKK memfokuskan upayanya
pada penerapan Perawatan Mandiri, dan kemudian pada saat OEE (Overall Equipment Effectiveness) sudah
meningkat drastis, akan terdapat waktu luang untuk melakukan improvement lain,
mereka (sesuai dengan keterampilannya) juga melakukan focused improvement
No comments:
Post a Comment