Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Saturday, April 4, 2020

HISTORIOGRAFI AFRIKA



                                                  BAB I
                                        PENDAHULUAN
A.Latar  belakang         
          Negara-negara Afrika telah bangkit dari status jajahan menjadi negara-negara merdeka yang tampil bersama sebagai kekuatan baru dalam percaturan politik dunia. Meskipun demikian, pergolakan terus saja berlangsung. Afrika khususnya menjadi medan perebutan pengaruh antara Blok barat dan blok timur, yang masing-masing berusaha untuk memperbaiki kedudukannya sambil membendung atau mengurangi pengaruh lawan.
 Suatu peralihan yang mudah menuju suatu masyarakat post-kolonial yang merdeka, mantap, dan mampu untuk berkembang secara swadaya tidaklah mungkin bagi negara-negara baru di Afrika. Mengingat adanya masalah-masalah struktur dan kebudayaan yang diwarisi dari masa lampau, baik prakolonial maupun kolonial, yang mengherankan ialah perdamaian relatif yang berlangsung sejak proses menuju terbentuknya negara modern mulai menanjak pada pertengahan 1950. Peperangan dan tembak-menembak memang terjadi sejak itu, tetapi hampir seluruhnya tidaklah berarti jika dibandingkan dengan peprangan kemerdekaan yang berkobar di Madagaskar, Aljazair, Kenya, dan lain-lain negara
Mempelajari historigrafi pada hakekatnya memahami “ sejarahnya penulisan sejarah”sebab didalamnya terdapat perkembangan penulisan sejarah, pengaruh persamaan lingkungan kebudayaan pada setiap penulisan sejarah serta penggunaan teori dan metodologi sejarah dalam mengungkap dan menyajikan materi penulisan sejarah. Historigrafi merupakan representasi dan kesadaran sejarawan dalam zamannya dan lingkungan kebudayaan setempat dimana sejarawan itu hidup.
Sejarah dalam arti objektif adalah kejadian sejarah yang sebenarnya maksudnya hanya sekali terjadi dan bersifat unik. Historiografi bermula dari pertanyaan dan berkembang dari peningkatan kematangan pertanyaan historis yang diajukan. Tetapi, inipun belum mencakup semua aspek permasalahan. Dari penghayatan kultural inilah sesungguhnya merekonstruksi aspek-aspek tertentu dari kelampauan ternyata adalah gagasan yang relatif baru dalam sejarah historiografi.
Penulisan sejarah pada mulanya lebih merupakan ekspresi kultural daripada usaha untuk merekam hari lampau. Dalam konteks ini maka makna dan fungsi sejarah lebih berarti daripada peristiwa-peristiwa yang diungkapkan dengan hari lampau itu. Bukan kebenaran historis yang menjadi tujuan utama, tetapi pedoman dan peneguhan nilai yang perlu didapatkan. Karena itu, dalam historiografi tradisional terjalinlah dengan erat unsur-unsur sastra, sebagai karya imajinatif, dan mitologi, sebagai pandangan hidup yang dikisahkan, serta sejarah sebagai uraian peristiwa pada masa lalu.
Pada perkembangannya, penulisan historis mengenai sejarah perkembangan Afrika terus mengalami perkembangan. Baik dari aspek metodologis ataupun isi dari sejarahnya sendiri. Historiografi Afrika mendapat pengaruh dari berbagai negara. Penulisan sejarah Afrika juga banyak terpengaruh oleh hal-hal yang berbau mistik dan animisme serta dinamisme. Kepercayaan terhadap kelangsungan hidup, suatu kehidupan sesudah mati, suatu persamaan antara yang hidup, yang mati, dan generasi-generasi yang belum lagi dilahirkan adalah asasi untuk semua kehidupan sosial, agama, dan politik Afrika. Jadi, walaupun penulisan yang serius mengenai sejarah Afrika baru saja dimulai, suatu rasa tentang sejarah dan tradisi telah selalu merupakan suatu bagian dari cara hidup orang Afrika.
Orang-orang mesir kuno amat sadar akan kelanjutan hubungan kehidupan dan kematian. Tidak saja mereka sadar akan pengaruh yang besar dan luas dari suatu kehidupan yang sudah mati tetapi juga dari kelanjutan hubungan yang telah mati, khususnya raja-raja. Kepercayaan yang asasi terhadap adanya kelanjutan hidup di antara semua orang Afrika. Di setiap tempat di daerah sub Sahara Afrika kita bertemu dengan kepercayaan akan adanya hubungan yang berlangsung antara yang sesudah mati dengan kehidupan yang masih hidup masa kini dan dari generasi yang akan datang.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana tradisi penulisan sejarah di Afrika pada masa kuno?
2.    Bagaimana tradisi penulisan sejarah di Afrika pada masa modern?
3.    Siapa saja sejarawan yang menulis Historiografi Afrika?

C.  Tujuan
Penulisan Makalah Historiografi Afrika memiliki beberapa tujuan, yakni:
1.      Menjelaskan tradisi penulisan sejarah di Afrika pada masa kuno.
2.      Menjelaskan tradisi penulisan sejarah di Afrika pada masa modern.
3.      Menguraikan sejarawan yang menulis Historiografi Afrika.




                                             













                                              BAB II
PEMBAHASAN

1.    Tradisi Penulisan Sejarah Masa Afrika Kuno
a.    Tradisi Mengenai Asal Mula
Setiap komuniti keluarga, klien, desa, kota, atau negara besar atau kecil, mempunyai tradisi yang tetap mengenal asal mulanya. Komuniti itu mungkin terpecah-pecah, bermigrasi, dan mengasimilasi tradisi-tradisi yang baru, atau ditaklikkan oleh yang lainnya dan diserap oleh imigran-imigran yang baru. Pada setiap tingkat dari tranformasi, tradisi berada dalam pengkristalan dan kembali untuk mengakomodasi kondisi-kondisi yang berubah, dan suatu tradisi yang baru mengenal asal mula diformulasikan oleh komuniti yang baru. Tradisi-tradisi ini menjadi dasar pokok dari pandangan komuniti mengenai sejarah. Prosese yang sesungguhnya dari pembuatan tradisi dan akulturasi di dalam komuniti, dan dari penyampaian tradisi ke generasi-generasi yang berikutnya, mengembangkn suatu kesadaran sejarah yang menjadi tersebar luas di Afrika.
Tradisi-tradisi asal mula ini tidaklah mengusahakan suatu penjelasan secara sejarah di dalam pandangan modern Eropa mengenai teks-teks dan kronologi yang dapat dibuktikan. Mereka mengembangkan pengertian dan penghormatan terhadap pranata-pranata dan praktek-praktek dari komuniti. Mereka memberikan penjelasan mengenai dunia sebagaimana dilihat oleh komuniti asal mula dari tanah dan laut, manusia dan berbagai macam jenis makhluk yang lain, asal mula dari negara, dasar dari adanya hukum-hukum adat istiadat yang berbeda, hak komunitas atas tanah yang dimiliki, bagaimana dan mengapa dewa-dewa yang mereka puja berbeda dengan dewa-dewa yang dipuja oleh tetangganya, dan lain-lain.
Kronologi dan sebab-musabab yang tepat tidaklah begitu relevan. Sampai kepada batas-batas tertentu, sejarah dan mitos menjadi satu dan merupakan suatu bagian dari filsafat hidup. Dalam hal ini historiografi tradisional Afrika menyerupai historiografi Eropa sebelum revolusi ilmu pengetahuan memecah filsafat ke dalam berbagai bagian. Pembuatan dan penyampaian tradisi bukanlah pekerjaan ahli-ahli sejarah sebagaimana menurut pandngan modern, tetapi pekerjaan pendeta dan ahli-ahli agama, orang-orang tua, dan orang-orang bijaksana pada umumnya. Tradisi tidak hanya menjelaskan hubungan antara para nenek moyang dari komuniti-komuniti yang berbeda tetapi juga hubungan dengan komuniti yang dinyatakan dalam bentuk cerita, puisi suci, ritual agama, dan manifestasi-manifestasi cara hidup dalam masyarakat.
Pembuatan dan penyampaian tradisi adalah berlainan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal itu tergantung pada luas, sifat alamiah, kepercayaan, dan sumber-sumber penghasilan dari suatu komuniti tertentu. Dalam masyarakat-masyarakat yang terdiri atas berbagai segmen-segmen dimana peranan-peranan seringkali tidak dibeda-bedakan, adalah suatu bagian dari fungsi-fungsi kepala klien untuk memegang peranan politik dan agama yang khusus. Tetapi dalam negara-negara yang terorganisasi, khususnya negara-negara dengan monarkhi yang terpusat, misal: Benin, Ashanti, atau Dahomey, dimana implikasi-implikasi politik dan legal dari tradisi merupakan hal-hal yang penting sehari-hari, pembuatan dan penyampaian tradisi menjadi suatu spesialisasi yang terkontrol dan penuh aturan.

b.    Penyampaian dari mulut ke mulut
Cara yang paling umum dalam menyampaikan tradisi adalah melalui cerita-cerita, fabel-fabel, dan peribahasa-peribahasa yang diceritakan oleh orang-orang yang lebih tua kepada mereka yang lebih muda sebagai bagian dari pendidikan umum. Di dalam kesempatan bercerita itu, sesudah makan malam di dalam kelompok-kelompok keluarga atau selama pesta-pesta bulan purnama ketika orang-orang tidak tidur hingga larut malam. Tradisi-tradisi menceritakan asal mula adanya hubungan dari seluruh komuniti atau dari keluarga klien tertentu. Kejadian-kejadian yang lebih akhir, yang telah muncul di dalam sejarah dapat diingat, khususnya hal-hal yang terjadi dua atau tiga generasi yang terdahulu juga diceritakan.
Tradisi-tradisi disampaikan secara lebih formal bila ada pranata-pranata pendidikan yang terorganisasi, umpamanya yang berhubungan dengan ritual masa dewasa, inisiasi ke dalam tingkat-tingkat umur dan kelompok-kelompok rahasia, atau selama latihan atau pendidikan untuk menjadi pendeta atau ahli agama. Rite-rite inisiasi untuk seorang calon raja yang terpilih menduduki tahta kerajaan adalah amat menarik perhatian. Sebagai penerus dan wakil para nenek moyang, raja menjadi penjaga dari tradisi-tradisi komuniti. Salah satu dari fungsi-fungsi terpenting dari rite-rite mendahului pentahbisannya sebagai raja adalah menginisiasinya ke dalam rahasia-rahasia para nenek moyang dan kepercayaan tradisional rakyatnya. Raja yang baru seringkali mengumumkan gelarnya sendiri, hali ini dimaksud untuk mrnandai harapan-harapan dari masa pemerintahannya. Proses penyampaian dari mulut ke mulut tersebut meliputi:
1)   Genealogi-genealogi
Dalam genealogi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yakni: nenek moyang pertama, keturunan yang terakhir, dan rentetan orang-orang antara 1 dan 2. Struktur genealogi itu divergen dari nenek moyang pertama ke keturunan kemudian.
2)   Kejadian-kejadian simbolik dari masa lampau yang didramatisasikan ke hadapan umum
3)   Gelar-gelar
4)   Nyanyian-nyanyian untuk pemujaan
Proses penyampaian tradisi tidak terlepas dari pembentukan tradisi. Tradisi dibuat oleh mereka yang menyampaikan tradisi, misalnya orang-orang yang lebih tua di desa dan di klien. Orang-orang tersebut kadang ditunjuk dari anggota-anggota suatu keluarga yang dianggap mampu melakukan. Cara penyampaian tradisi:
1)   Cara secara umum melalui cerita, fable, dan peribahasa yang diceritakan secara turun-temurun.
2)   Dalam acara yang formal seperti ritual masa dewasa, latihan menjadi pendeta atau ritual menjadi calon raja.

c.    Unsur historiografi tradisional Afrika adalah:
1)   Kepercayaan yang asasi akan adanya kelanjutan hidup. Misalnya: mitos Horus yaitu raja-raja yang sudah mati, tetap terus mempengaruhi perbuatan dari luapan sungai Nil.
2)   Penghormatan pada nenek moyang. Yaitu setiap komuniti didirikan oleh seorang nenek moyang atau sekelompok nenek moyang. Nenek moyang telah menetapkan dasar dari hak dan kewajiban hidup yang berlaku untuk segala zaman.
d.      Ciri-ciri tradisi mengenai asal mula, yaitu:
1)   Tidak mengusahakan suatu pejelasan secara sejarah dalam pandangan masyarakat modern.
2)   Mengembangkan perhatian dan penghormatan terhadap pranata-pranata dan praktek dari komuniti.
3)   Memberikan penjelasan mengenai dunia dan bersifat filsafat, kesusasteraan dan pendidikan.
4)   Kronologi dan penyebab terjadinya sesuatu tidak relevan.
5)   Sejarah dan mitos menjadi satu dan menjadi bagian dari filsafat hidup.
6)   Pembuatan dan penyampaian tradisi melalui ahli-ahli agama, orang-orang tua, dan orang-orang bijaksana.

2.    Tradisi Penulisan Sejarah Masa Afrika Modern
Penting sekali untuk melakukan pembedaan tradisi, atau tradisi lisan sebagaimana umumnya sekarang ditulis. Pembedaan yang pertama adalah antara tradisi-tradisi dari suatu bentuk yang didasarkan atas kenyataan dan sejarah, dan tradisi-tradisi  berbentuk kesusastraan dan filsafat.
 Tradisi yang lebih berbentuk kesusastraan meliputi peribahasa-peribahasa dan ungkapan-ungkapan, nyanyian-nyanyian, dan lirik-lirik, yang beberapa diantaranya adalah bersifat umum dan yang lainnya berhubungan secara khusus dengan kelompok-kelompok tingkatan umur, dan perkumpulan-perkumpulan lainnya. Tradisi-tradisi yang lebih bersifat filsafat terselimut di dalam doa-doa suci dari organisasi-organisasi keagamaan dan kultus yang berbeda-beda, umpamanya puisi-puisi yang memuja dewa-dewa, puisi-puisi suci, nyanyian-nyanyian berkabung, liturgi-liturgi, dan hymne-hymne.
a.    Tradisi sejarah Ethiopia
Tradisi sejarah Ethiopia berdasarkan tradisi Afrika dan sebagian lagi berinspirasi dari Yudea-Kristen. Abad ke-12 Ethiopia mengembangkan suatu legenda yang menghubungkan dinasti yang berkuasa dengan tanah suci. Dalam buku raja-raja ditulis tentang pentasbihan seorang raja. Biara yang ada pada waktu itu, juga mencatat kronologi kejadian, merawat teks dan peraturan penting yang ada. Menurut orang Berber, hagiografi (biografi orang suci) merupakan suatu penyataan kesusasteraan yang berisi tentang penghormatan terhadap norma-norma dan kebaikan terhadap nenek moyang
. Hal ini dinyatakan di dalam rantai tariga dan pemberian sebagai warisan dari wirid di antara sepersaudaraan islam. Inisiasi memasuki tariga membawa bersama keuntungan-keuntungan spiritual dan pengetahuan. Ini sejajar dengan inisiasi memasuki perkumpulan-perkumpulan tradisional Afrika, perkumpulan-perkumpulan artisan, dan kultus-kultus.
b.    Tradisi sejarah Islam
Pengaruh Islam tidak hanya penting di Afrika Utara tetapi juga di Afrika Timur, seluruh Sudan, bahkan di beberapa daerahPada abad ke-11 sampai abad ke-17, penulis Islam menghasilkan sejumlah tarikh dan kronika. Di daerah pusat agama, tradisi yang ada di masyarakat di tulis dalam bahasa Arab dan terkadang menggunakan tulisan Arab. Catatannya berpusat pada kepribadian tokoh-tokoh komunitas Islam. Prolegomena dari Ibn Khaldun, sarjana Tunisia pada abad ke-14 merupakan karya yang menekankan pentingnya sosiologi bagi sejarah.  Beliau juga menganalisa hokum, adat istiadat dan pranata dari berbagai bangsa.

c.    Tradisi sejarah Eropa
    Abad ke-19. Pengaruh Eropa masuk ke Afrika. Tradisi Eropa menentang dan mengantikan tempat atas tradisi yang ada. Sejarah yang ada bersifat dokumenter dalam rangka propaganda penguasa kolonial, historiografi Afrika sebagai alat pembenaran imperialisme Eropa, juga sebagai penyebaran agama Kristen.
3.    Sejarawan Penulis Historiografi Afrika
a.    K. Kolit dalam buku “Sedjarah Afrika”
Penulisan atau historiografi sejarah Afrika terus mengalami perkembangan baik bidang penelitian maupun metodologi, sehingga kajiannya semakin akurat. Akan tetapi, dalam buku Sejarah Afrika (D. K. Kolit, 1972: 7) menyebutkan bahwa pembabakan sejarah afrika belum memenuhi syarat-syarat ilmiah, dan dilihat dari berbagai segi masih harus dikritik dan dikoreksi. Dalam sekian banyak buku sejarah yang membahas sejarah Afrika kami lihat, bahwa yang paling banyak ditonjolkan adalah tentang Mesir atau Republik persatuan Arab sekarang, sedikit tentang Sudan, Kongo, dan Afrika Selatan atau Republik Afrika Selatan.
 Nama Afrika pertama kali diberikan oleh bangsa Punisia, yang telah mendiami kota Karthago dan pada mulanya nama Afrika ini hanya ditujukan kepada daerah-daerah koloni yang didiami oleh orang-orang Karthago saja, akan tetapi, pada perkembangannya sekarang nama Afrika dipakai oleh seluruh wilayah yang ada di Afrika. Dalam buku ini menjelaskan tentang perjalanan Afrika dari masa Zaman Bahari sampai dengan pembentukan Konferensi Asia-Afrika secara menyeluruh. Hal itu dibagi dalam tiga bagian, yakni: Afrika Zaman Bahari, Afrika dalam penjajahan, dan upaya Afrika untuk melepaskan diri dari penjajahan. 
b.   Kirti Dipoyudo dalam buku “Afrika Dalam Pergolakan 2”
Sejak beberapa tahun Afrika (dan Timur Tengah) semakin didorong ke pusat perimbangan kekuatan global antara timur dan barat. Sebagai faktornya dapat disebutkan dua hal penting. Pertama, karena berbagai hal benua ini mempunyai arti strategis yang sangat besar. Kedua, di benua ini terjadi hal-hal yang bisa mempunyai implikasi-implikasi penting bukan saja bagi negara-negara Afrika melainkan juga untuk perimbangan kekuatan global Timur-Barat dan secara demikian juga untuk hari depan dunia.
Seperti dipaparkan oleh Walter F. Hanh dan Alvin J. Cottrell dalam buku mereka Soviet Shadow Over Afrika (1976), Afrika dewasa ini memiliki arti yang sangat penting. Salah satunya hal ini dikarenakan Afrika kaya akan bahan-bahan mentah yang vital bagi industri modern. Dalam buku ini dijelaskan mengenai pergolakan di Tanduk Afrika, perkembangan di Afrika bagian selatan, maasalah rasial di Afrika Selatan, menuju penyelesaian damai masalah Namibia, pertarungan di Afrika Timur Laut, dan lain-lain.
 Sampai pada perebutan hegemoni di Afrika menjadi kajian dalam buku ini. Perebutan pengaruh yang terjadi di Tanduk Afrika. Uni Soviet yang telah berhasil mendapatkan kedudukan baik di Somalia, masih berusaha memperluas pengaruhnya di kawasan dengan memanfaatkan konflik-konflik setempat dan membantu Ethiopia menghadapi Somalia dan gerakan-gerakan pembebasan.
c.    Basil Davidson, dkk. dalam buku “Kerajaan-Kerajaan Afrika”
Benua Afrika serta penduduknya selama berabad-abad terselubung rahasia dan bahkan disalahberitakan oleh bagian dunia lainnya. Dalam bukunya, dijelaskan mengenai berbagai hal tentang Afrika, diantaranya: peradaban Sungai Nill di Mesir yang merupakan pusat peradaban kuno Mesir, tradisi suku-suku di Afrika, Kerajaan Dagang, Kerajaan Hutan, Dewa dan Roh (mengenai kepercayaan orang Afrika), seni kehidupan masyarakat Afrika, dan lain-lain. Buku ini, seperti halnya ensiklopedi Afrika memuat penjelasan dan gambar-gambar.
















                                                           BAB III
PENUTUP

Tradisi sejarah Afrika kuno secara umum diceritakan melalui: cerita, fable, dan peribahasa yang diceritakan secara turun-temurun, dan Dalam acara yang formal seperti ritual masa dewasa, latihan menjadi pendeta atau ritual menjadi calon raja.
 Tradisi penulisan Historiografi modern Afrika dipengaruhi oleh penulisan dari berbagai wilayah, yakni: Tradisi sejarah Ethiopia, Tradisi sejarah Islam, dan Tradisi sejarah Eropa
.       Contoh sejarawan yang menulis Historiografi Afrika yakni: K. Kolit dalam buku “Sedjarah Afrika”, Kirti Dipoyudo dalam buku “Afrika Dalam Pergolakan 2”, dan Basil Davidson, dkk. dalam buku “Kerajaan-Kerajaan Afrika”.


















 DAFTAR PUSTAKA

Basil Davidson. 1984. Kerajaan-kerajaan di Afrika. Jakarta: Tira Pustaka.
Danar Widiyanta. 2002. Perkembangan Historiografi: Tinjauan Di Berbagai Wilayah Dunia. Yogyakarta: UNY Press.
D.  K. Kolit. 1972. Sedjarah Afrika. Kupang: Penerbit Nusa Indah.

Kirti Dipoyudo. 1983. Afrika Dalam Pergolakan 2. Jakarta: Yayasan Proklamasi.

Kirti Dipoyudo. 1978. Analisa: Perkembangan di Afrika. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies.

Sartono Kartodirjo. Historiografi. Yogyakarta: UGM Press.
Taufik Abdullah, dkk. 1985. Ilmu Sejarah Dan Historiografi: Arah Dan Perspektif. Jakarta: Gramedia.

www.kuliah/historigrafi/web.html diakses pada tanggal 20 april 2011 pukul 20:35 WIB


No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts