BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
belakang
Negara-negara Afrika telah bangkit dari status jajahan
menjadi negara-negara merdeka yang tampil bersama sebagai kekuatan baru dalam
percaturan politik dunia. Meskipun demikian, pergolakan terus saja berlangsung.
Afrika khususnya menjadi medan perebutan pengaruh antara Blok barat dan blok
timur, yang masing-masing berusaha untuk memperbaiki kedudukannya sambil
membendung atau mengurangi pengaruh lawan.
Suatu peralihan
yang mudah menuju suatu masyarakat post-kolonial yang merdeka, mantap, dan
mampu untuk berkembang secara swadaya tidaklah mungkin bagi negara-negara baru
di Afrika. Mengingat adanya masalah-masalah struktur dan kebudayaan yang
diwarisi dari masa lampau, baik prakolonial maupun kolonial, yang mengherankan
ialah perdamaian relatif yang berlangsung sejak proses menuju terbentuknya
negara modern mulai menanjak pada pertengahan 1950. Peperangan dan
tembak-menembak memang terjadi sejak itu, tetapi hampir seluruhnya tidaklah
berarti jika dibandingkan dengan peprangan kemerdekaan yang berkobar di
Madagaskar, Aljazair, Kenya, dan lain-lain negara
Mempelajari historigrafi
pada hakekatnya memahami “ sejarahnya penulisan sejarah”sebab didalamnya
terdapat perkembangan penulisan sejarah, pengaruh persamaan lingkungan
kebudayaan pada setiap penulisan sejarah serta penggunaan teori dan metodologi
sejarah dalam mengungkap dan menyajikan materi penulisan sejarah. Historigrafi
merupakan representasi dan kesadaran sejarawan dalam zamannya dan lingkungan
kebudayaan setempat dimana sejarawan itu hidup.
Sejarah dalam arti
objektif adalah kejadian sejarah yang sebenarnya maksudnya hanya sekali terjadi
dan bersifat unik. Historiografi bermula dari pertanyaan dan berkembang dari
peningkatan kematangan pertanyaan historis yang diajukan. Tetapi, inipun belum
mencakup semua aspek permasalahan. Dari penghayatan kultural inilah
sesungguhnya merekonstruksi aspek-aspek tertentu dari kelampauan ternyata
adalah gagasan yang relatif baru dalam sejarah historiografi.
Penulisan sejarah pada
mulanya lebih merupakan ekspresi kultural daripada usaha untuk merekam hari
lampau. Dalam konteks ini maka makna dan fungsi sejarah lebih berarti daripada
peristiwa-peristiwa yang diungkapkan dengan hari lampau itu. Bukan kebenaran
historis yang menjadi tujuan utama, tetapi pedoman dan peneguhan nilai yang
perlu didapatkan. Karena itu, dalam historiografi tradisional terjalinlah
dengan erat unsur-unsur sastra, sebagai karya imajinatif, dan mitologi, sebagai
pandangan hidup yang dikisahkan, serta sejarah sebagai uraian peristiwa pada
masa lalu.
Pada perkembangannya,
penulisan historis mengenai sejarah perkembangan Afrika terus mengalami
perkembangan. Baik dari aspek metodologis ataupun isi dari sejarahnya sendiri. Historiografi
Afrika mendapat pengaruh dari berbagai negara. Penulisan sejarah Afrika juga
banyak terpengaruh oleh hal-hal yang berbau mistik dan animisme serta
dinamisme. Kepercayaan terhadap kelangsungan hidup, suatu kehidupan sesudah
mati, suatu persamaan antara yang hidup, yang mati, dan generasi-generasi yang
belum lagi dilahirkan adalah asasi untuk semua kehidupan sosial, agama, dan
politik Afrika. Jadi, walaupun penulisan yang serius mengenai sejarah Afrika
baru saja dimulai, suatu rasa tentang sejarah dan tradisi telah selalu
merupakan suatu bagian dari cara hidup orang Afrika.
Orang-orang mesir kuno
amat sadar akan kelanjutan hubungan kehidupan dan kematian. Tidak saja mereka
sadar akan pengaruh yang besar dan luas dari suatu kehidupan yang sudah mati
tetapi juga dari kelanjutan hubungan yang telah mati, khususnya raja-raja.
Kepercayaan yang asasi terhadap adanya kelanjutan hidup di antara semua orang
Afrika. Di setiap tempat di daerah sub Sahara Afrika kita bertemu dengan
kepercayaan akan adanya hubungan yang berlangsung antara yang sesudah mati
dengan kehidupan yang masih hidup masa kini dan dari generasi yang akan datang.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
tradisi penulisan sejarah di Afrika pada masa kuno?
2. Bagaimana
tradisi penulisan sejarah di Afrika pada masa modern?
3. Siapa
saja sejarawan yang menulis Historiografi Afrika?
C. Tujuan
Penulisan Makalah
Historiografi Afrika memiliki beberapa tujuan, yakni:
1. Menjelaskan
tradisi penulisan sejarah di Afrika pada masa kuno.
2. Menjelaskan
tradisi penulisan sejarah di Afrika pada masa modern.
3. Menguraikan
sejarawan yang menulis Historiografi Afrika.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Tradisi
Penulisan Sejarah Masa Afrika Kuno
a. Tradisi Mengenai Asal
Mula
Setiap komuniti
keluarga, klien, desa, kota, atau negara besar atau kecil, mempunyai tradisi
yang tetap mengenal asal mulanya. Komuniti itu mungkin terpecah-pecah,
bermigrasi, dan mengasimilasi tradisi-tradisi yang baru, atau ditaklikkan oleh
yang lainnya dan diserap oleh imigran-imigran yang baru. Pada setiap tingkat
dari tranformasi, tradisi berada dalam pengkristalan dan kembali untuk
mengakomodasi kondisi-kondisi yang berubah, dan suatu tradisi yang baru
mengenal asal mula diformulasikan oleh komuniti yang baru. Tradisi-tradisi ini
menjadi dasar pokok dari pandangan komuniti mengenai sejarah. Prosese yang
sesungguhnya dari pembuatan tradisi dan akulturasi di dalam komuniti, dan dari
penyampaian tradisi ke generasi-generasi yang berikutnya, mengembangkn suatu
kesadaran sejarah yang menjadi tersebar luas di Afrika.
Tradisi-tradisi asal
mula ini tidaklah mengusahakan suatu penjelasan secara sejarah di dalam
pandangan modern Eropa mengenai teks-teks dan kronologi yang dapat dibuktikan.
Mereka mengembangkan pengertian dan penghormatan terhadap pranata-pranata dan
praktek-praktek dari komuniti. Mereka memberikan penjelasan mengenai dunia
sebagaimana dilihat oleh komuniti asal mula dari tanah dan laut, manusia dan
berbagai macam jenis makhluk yang lain, asal mula dari negara, dasar dari
adanya hukum-hukum adat istiadat yang berbeda, hak komunitas atas tanah yang
dimiliki, bagaimana dan mengapa dewa-dewa yang mereka puja berbeda dengan
dewa-dewa yang dipuja oleh tetangganya, dan lain-lain.
Kronologi dan
sebab-musabab yang tepat tidaklah begitu relevan. Sampai kepada batas-batas
tertentu, sejarah dan mitos menjadi satu dan merupakan suatu bagian dari
filsafat hidup. Dalam hal ini historiografi tradisional Afrika menyerupai
historiografi Eropa sebelum revolusi ilmu pengetahuan memecah filsafat ke dalam
berbagai bagian. Pembuatan dan penyampaian tradisi bukanlah pekerjaan ahli-ahli
sejarah sebagaimana menurut pandngan modern, tetapi pekerjaan pendeta dan
ahli-ahli agama, orang-orang tua, dan orang-orang bijaksana pada umumnya.
Tradisi tidak hanya menjelaskan hubungan antara para nenek moyang dari
komuniti-komuniti yang berbeda tetapi juga hubungan dengan komuniti yang
dinyatakan dalam bentuk cerita, puisi suci, ritual agama, dan
manifestasi-manifestasi cara hidup dalam masyarakat.
Pembuatan dan
penyampaian tradisi adalah berlainan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal
itu tergantung pada luas, sifat alamiah, kepercayaan, dan sumber-sumber
penghasilan dari suatu komuniti tertentu. Dalam masyarakat-masyarakat yang
terdiri atas berbagai segmen-segmen dimana peranan-peranan seringkali tidak
dibeda-bedakan, adalah suatu bagian dari fungsi-fungsi kepala klien untuk
memegang peranan politik dan agama yang khusus. Tetapi dalam negara-negara yang
terorganisasi, khususnya negara-negara dengan monarkhi yang terpusat, misal: Benin,
Ashanti, atau Dahomey, dimana implikasi-implikasi politik dan legal dari
tradisi merupakan hal-hal yang penting sehari-hari, pembuatan dan penyampaian
tradisi menjadi suatu spesialisasi yang terkontrol dan penuh aturan.
b. Penyampaian dari mulut ke
mulut
Cara yang paling umum
dalam menyampaikan tradisi adalah melalui cerita-cerita, fabel-fabel, dan
peribahasa-peribahasa yang diceritakan oleh orang-orang yang lebih tua kepada
mereka yang lebih muda sebagai bagian dari pendidikan umum. Di dalam kesempatan
bercerita itu, sesudah makan malam di dalam kelompok-kelompok keluarga atau
selama pesta-pesta bulan purnama ketika orang-orang tidak tidur hingga larut
malam. Tradisi-tradisi menceritakan asal mula adanya hubungan dari seluruh
komuniti atau dari keluarga klien tertentu. Kejadian-kejadian yang lebih akhir,
yang telah muncul di dalam sejarah dapat diingat, khususnya hal-hal yang
terjadi dua atau tiga generasi yang terdahulu juga diceritakan.
Tradisi-tradisi
disampaikan secara lebih formal bila ada pranata-pranata pendidikan yang
terorganisasi, umpamanya yang berhubungan dengan ritual masa dewasa, inisiasi
ke dalam tingkat-tingkat umur dan kelompok-kelompok rahasia, atau selama
latihan atau pendidikan untuk menjadi pendeta atau ahli agama. Rite-rite
inisiasi untuk seorang calon raja yang terpilih menduduki tahta kerajaan adalah
amat menarik perhatian. Sebagai penerus dan wakil para nenek moyang, raja
menjadi penjaga dari tradisi-tradisi komuniti. Salah satu dari fungsi-fungsi
terpenting dari rite-rite mendahului pentahbisannya sebagai raja adalah
menginisiasinya ke dalam rahasia-rahasia para nenek moyang dan kepercayaan
tradisional rakyatnya. Raja yang baru seringkali mengumumkan gelarnya sendiri,
hali ini dimaksud untuk mrnandai harapan-harapan dari masa pemerintahannya.
Proses penyampaian dari mulut ke mulut tersebut meliputi:
1) Genealogi-genealogi
Dalam genealogi dapat dibedakan menjadi
tiga bagian, yakni: nenek moyang pertama, keturunan yang terakhir, dan rentetan
orang-orang antara 1 dan 2. Struktur genealogi itu divergen dari nenek moyang
pertama ke keturunan kemudian.
2) Kejadian-kejadian
simbolik dari masa lampau yang didramatisasikan ke hadapan umum
3) Gelar-gelar
4) Nyanyian-nyanyian
untuk pemujaan
Proses penyampaian
tradisi tidak terlepas dari pembentukan tradisi. Tradisi dibuat oleh mereka
yang menyampaikan tradisi, misalnya orang-orang yang lebih tua di desa dan di
klien. Orang-orang tersebut kadang ditunjuk dari anggota-anggota suatu keluarga
yang dianggap mampu melakukan. Cara penyampaian tradisi:
1) Cara
secara umum melalui cerita, fable, dan peribahasa yang diceritakan secara
turun-temurun.
2) Dalam
acara yang formal seperti ritual masa dewasa, latihan menjadi pendeta atau
ritual menjadi calon raja.
c. Unsur historiografi
tradisional Afrika adalah:
1) Kepercayaan
yang asasi akan adanya kelanjutan hidup. Misalnya: mitos Horus yaitu raja-raja
yang sudah mati, tetap terus mempengaruhi perbuatan dari luapan sungai Nil.
2) Penghormatan
pada nenek moyang. Yaitu setiap komuniti didirikan oleh seorang nenek moyang
atau sekelompok nenek moyang. Nenek moyang telah menetapkan dasar dari hak dan
kewajiban hidup yang berlaku untuk segala zaman.
d. Ciri-ciri tradisi
mengenai asal mula, yaitu:
1) Tidak
mengusahakan suatu pejelasan secara sejarah dalam pandangan masyarakat modern.
2) Mengembangkan
perhatian dan penghormatan terhadap pranata-pranata dan praktek dari komuniti.
3) Memberikan
penjelasan mengenai dunia dan bersifat filsafat, kesusasteraan dan pendidikan.
4) Kronologi
dan penyebab terjadinya sesuatu tidak relevan.
5) Sejarah
dan mitos menjadi satu dan menjadi bagian dari filsafat hidup.
6) Pembuatan
dan penyampaian tradisi melalui ahli-ahli agama, orang-orang tua, dan
orang-orang bijaksana.
2. Tradisi
Penulisan Sejarah Masa Afrika Modern
Penting sekali untuk
melakukan pembedaan tradisi, atau tradisi lisan sebagaimana umumnya sekarang
ditulis. Pembedaan yang pertama adalah antara tradisi-tradisi dari suatu bentuk
yang didasarkan atas kenyataan dan sejarah, dan tradisi-tradisi berbentuk
kesusastraan dan filsafat.
Tradisi yang lebih berbentuk kesusastraan
meliputi peribahasa-peribahasa dan ungkapan-ungkapan, nyanyian-nyanyian, dan
lirik-lirik, yang beberapa diantaranya adalah bersifat umum dan yang lainnya
berhubungan secara khusus dengan kelompok-kelompok tingkatan umur, dan
perkumpulan-perkumpulan lainnya. Tradisi-tradisi yang lebih bersifat filsafat
terselimut di dalam doa-doa suci dari organisasi-organisasi keagamaan dan
kultus yang berbeda-beda, umpamanya puisi-puisi yang memuja dewa-dewa,
puisi-puisi suci, nyanyian-nyanyian berkabung, liturgi-liturgi, dan
hymne-hymne.
a. Tradisi sejarah Ethiopia
Tradisi sejarah Ethiopia
berdasarkan tradisi Afrika dan sebagian lagi berinspirasi dari Yudea-Kristen. Abad
ke-12 Ethiopia mengembangkan suatu legenda yang menghubungkan dinasti yang
berkuasa dengan tanah suci. Dalam buku raja-raja ditulis tentang pentasbihan
seorang raja. Biara yang ada pada waktu itu, juga mencatat kronologi kejadian,
merawat teks dan peraturan penting yang ada. Menurut orang Berber, hagiografi
(biografi orang suci) merupakan suatu penyataan kesusasteraan yang berisi
tentang penghormatan terhadap norma-norma dan kebaikan terhadap nenek moyang
. Hal ini
dinyatakan di dalam rantai tariga dan pemberian sebagai warisan dari wirid di
antara sepersaudaraan islam. Inisiasi memasuki tariga membawa bersama
keuntungan-keuntungan spiritual dan pengetahuan. Ini sejajar dengan inisiasi
memasuki perkumpulan-perkumpulan tradisional Afrika, perkumpulan-perkumpulan
artisan, dan kultus-kultus.
b. Tradisi sejarah Islam
Pengaruh Islam tidak
hanya penting di Afrika Utara tetapi juga di Afrika Timur, seluruh Sudan, bahkan
di beberapa daerahPada abad ke-11 sampai abad ke-17, penulis Islam menghasilkan
sejumlah tarikh dan kronika. Di daerah pusat agama, tradisi yang ada di
masyarakat di tulis dalam bahasa Arab dan terkadang menggunakan tulisan Arab.
Catatannya berpusat pada kepribadian tokoh-tokoh komunitas Islam. Prolegomena
dari Ibn Khaldun, sarjana Tunisia pada abad ke-14 merupakan karya yang
menekankan pentingnya sosiologi bagi sejarah. Beliau juga menganalisa
hokum, adat istiadat dan pranata dari berbagai bangsa.
c. Tradisi sejarah Eropa
Abad
ke-19. Pengaruh Eropa masuk ke Afrika. Tradisi Eropa menentang dan mengantikan
tempat atas tradisi yang ada. Sejarah yang ada bersifat dokumenter dalam rangka
propaganda penguasa kolonial, historiografi Afrika sebagai alat pembenaran
imperialisme Eropa, juga sebagai penyebaran agama Kristen.
3. Sejarawan
Penulis Historiografi Afrika
a. K.
Kolit dalam buku “Sedjarah Afrika”
Penulisan atau
historiografi sejarah Afrika terus mengalami perkembangan baik bidang
penelitian maupun metodologi, sehingga kajiannya semakin akurat. Akan tetapi,
dalam buku Sejarah Afrika (D. K. Kolit, 1972: 7) menyebutkan bahwa pembabakan
sejarah afrika belum memenuhi syarat-syarat ilmiah, dan dilihat dari berbagai
segi masih harus dikritik dan dikoreksi. Dalam sekian banyak buku sejarah yang
membahas sejarah Afrika kami lihat, bahwa yang paling banyak ditonjolkan adalah
tentang Mesir atau Republik persatuan Arab sekarang, sedikit tentang Sudan,
Kongo, dan Afrika Selatan atau Republik Afrika Selatan.
Nama Afrika
pertama kali diberikan oleh bangsa Punisia, yang telah mendiami kota Karthago
dan pada mulanya nama Afrika ini hanya ditujukan kepada daerah-daerah koloni
yang didiami oleh orang-orang Karthago saja, akan tetapi, pada perkembangannya
sekarang nama Afrika dipakai oleh seluruh wilayah yang ada di
Afrika. Dalam buku ini menjelaskan tentang perjalanan Afrika dari masa
Zaman Bahari sampai dengan pembentukan Konferensi Asia-Afrika secara
menyeluruh. Hal itu dibagi dalam tiga bagian, yakni: Afrika Zaman Bahari,
Afrika dalam penjajahan, dan upaya Afrika untuk melepaskan diri dari
penjajahan.
b. Kirti
Dipoyudo dalam buku “Afrika Dalam Pergolakan 2”
Sejak beberapa tahun
Afrika (dan Timur Tengah) semakin didorong ke pusat perimbangan kekuatan global
antara timur dan barat. Sebagai faktornya dapat disebutkan dua hal penting.
Pertama, karena berbagai hal benua ini mempunyai arti strategis yang sangat
besar. Kedua, di benua ini terjadi hal-hal yang bisa mempunyai
implikasi-implikasi penting bukan saja bagi negara-negara Afrika melainkan juga
untuk perimbangan kekuatan global Timur-Barat dan secara demikian juga untuk
hari depan dunia.
Seperti dipaparkan oleh
Walter F. Hanh dan Alvin J. Cottrell dalam buku mereka Soviet Shadow Over
Afrika (1976), Afrika dewasa ini memiliki arti yang sangat penting. Salah
satunya hal ini dikarenakan Afrika kaya akan bahan-bahan mentah yang vital bagi
industri modern. Dalam buku ini dijelaskan mengenai pergolakan di Tanduk
Afrika, perkembangan di Afrika bagian selatan, maasalah rasial di Afrika
Selatan, menuju penyelesaian damai masalah Namibia, pertarungan di Afrika Timur
Laut, dan lain-lain.
Sampai pada perebutan hegemoni di Afrika
menjadi kajian dalam buku ini. Perebutan pengaruh yang terjadi di
Tanduk Afrika. Uni Soviet yang telah berhasil mendapatkan kedudukan baik di
Somalia, masih berusaha memperluas pengaruhnya di kawasan dengan memanfaatkan
konflik-konflik setempat dan membantu Ethiopia menghadapi Somalia dan
gerakan-gerakan pembebasan.
c. Basil
Davidson, dkk. dalam buku “Kerajaan-Kerajaan Afrika”
Benua Afrika serta
penduduknya selama berabad-abad terselubung rahasia dan bahkan disalahberitakan
oleh bagian dunia lainnya. Dalam bukunya, dijelaskan mengenai berbagai hal
tentang Afrika, diantaranya: peradaban Sungai Nill di Mesir yang merupakan
pusat peradaban kuno Mesir, tradisi suku-suku di Afrika, Kerajaan Dagang,
Kerajaan Hutan, Dewa dan Roh (mengenai kepercayaan orang Afrika), seni
kehidupan masyarakat Afrika, dan lain-lain. Buku ini, seperti halnya
ensiklopedi Afrika memuat penjelasan dan gambar-gambar.
BAB III
PENUTUP
Tradisi sejarah Afrika
kuno secara umum diceritakan melalui: cerita, fable, dan peribahasa yang
diceritakan secara turun-temurun, dan Dalam acara yang formal seperti ritual
masa dewasa, latihan menjadi pendeta atau ritual menjadi calon raja.
Tradisi penulisan Historiografi modern Afrika
dipengaruhi oleh penulisan dari berbagai wilayah, yakni: Tradisi sejarah
Ethiopia, Tradisi sejarah Islam, dan Tradisi sejarah Eropa
. Contoh sejarawan yang menulis Historiografi Afrika
yakni: K. Kolit dalam buku “Sedjarah Afrika”, Kirti Dipoyudo
dalam buku “Afrika Dalam Pergolakan 2”, dan Basil Davidson,
dkk. dalam buku “Kerajaan-Kerajaan Afrika”.
DAFTAR
PUSTAKA
Basil Davidson. 1984. Kerajaan-kerajaan
di Afrika. Jakarta: Tira Pustaka.
Danar Widiyanta. 2002. Perkembangan
Historiografi: Tinjauan Di Berbagai Wilayah Dunia. Yogyakarta: UNY
Press.
D. K.
Kolit. 1972. Sedjarah Afrika. Kupang: Penerbit Nusa Indah.
Kirti Dipoyudo. 1983. Afrika Dalam
Pergolakan 2. Jakarta: Yayasan Proklamasi.
Kirti Dipoyudo. 1978. Analisa:
Perkembangan di Afrika. Jakarta: Centre for Strategic and International
Studies.
Sartono Kartodirjo. Historiografi.
Yogyakarta: UGM Press.
Taufik Abdullah, dkk. 1985. Ilmu
Sejarah Dan Historiografi: Arah Dan Perspektif. Jakarta: Gramedia.
No comments:
Post a Comment