Bahasa arab (al-lughah
al-‘arobiyah) adalah lambang bunyi yang digunakan di 25 negara di semenanjung
Arab dan yang menunjukkan bangsa, tutur kata, tabiat dan sifat orang di
semenanjung Arab. Bahasa Arab (al-lughah al-‘arobiyyah) juga merupakan bahasa
peribadatan pemeluk agama islam, karena bahasa arab merupakan bahasa yang
dipakai oleh Al-qur’an atau bahasa Al-Qur’an (lughatul qur’an).[5] Bahasa Arab
juga telah memberi banyak pengaruh terhadap kosakata kepada bahasa lain dari
dunia islam. Seperti peranan bahsa latin kepada kebanyakan bahasa Eropa.
Pembelajaran Bahasa Arab
merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan Bahasa Arab atau
suatu proses atau cara yang digunakan untuk menjadikan orang tahu akan Bahasa
Arab. Bahasa Arab berbeda dengan bahasa ibu, oleh karena itu pembelajarannya
harus berbeda. Untuk pembelajaran Bahasa Arab, seorang guru harus mempunyai
empat bidang kemampuan dalam penguasaannya, diantaranya yaitu:
a. Kemampuan menyimak (Mahaarah
al-istima’)
b. Kemampuan berbicara (Mahaarah
at-takallum)
c. Kemampuan membaca (Mahaarah al-qira’ah)
d. Kemampuan menulis (Mahaarah al-kitabah)[6]
Dalam pembelajaran Bahasa Arab,
seorang guru harus bisa memperioritaskan materi-materi yang sesuai dalam
pembelajarannya atau metode-metode yang sesuai dengan kemampuan peserta
didiknya. Pada awal pembelajaran, seorang guru harus mengutamakan mendengarkan
atau berbicara sebelum menulis atau menggunakan kata-kata yang sering mereka
gunakan sehari-hari. Karena perkembangan bahasa manusia itu sesuai dengan apa
yang telah mereka alami. Kemudian pada awal pembelajaran, seorang guru Bahasa
Arab juga harus mengajarkan dan mengenalkan huruf-huruf arab serta
pelafalannya. Setelah itu pengenalan kosakata yang mudah diketahui dari
lingkungan mereka. Apabila pengenalan kosakata dianggap sudah cukup,
dilanjutkan dengan pembuatan kalimat dan pengenalan kaidah-kaidah nahwu atau
sharf. Dalam memperkenalkan kaidah-kaidah tersebut, seorang guru juga harus
dapat mempertimbangkan kaidah yang sesuai dengan percakapan sehari-hari yang
biasa mereka gunakan.
Setelah itu, guru harus
mengajarkan cara-cara mengartikan Bahasa Indonesia ke Bahasa Arab atau
sebaliknya sesuai dengan kosakata yang telah mereka ketahui. Kemudian penerapan
pengucapan sesuai dengan bahasa sehari-hari. Pada saat mengajar, seorang guru
Bahasa Arab haruslah mempunyai prinsip koreksitas atau dapat mengevaluasi
proses pembelajarannya. Pada prinsip ini, seorang guru tidak boleh hanya
menyalahkan siswanya, tetapi harus mampu membetulkan dan membiasakan siswa
untuk kritis pada saat proses belajar dan mengajar.
Sesungguhnya suatu pengajaran
atau pembelajaran sangatlah membutuhkan suatu pengetahuan dan keterampilan agar
dapat mencapai suatu yang diinginkan. Sesuai dengan kata Ibnu Khaldun:
sesungguhnya pengajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan,
keterampilan dan kecermatan. Karena, ia sama halnya dengan pelatihan kecakapan
yang memerlukan kiat, strategi dan ketelatenan, sehingga menjadi cakap dan
profesional.
Maka suatu pengajaran atau
pembelajaran haruslah didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan yang sesuai,
agar menjadi suatu pembelajaran yang cakap dan profesional, karena biasanya
suatu metode yang kurang sesuai akan menjadi hambatan dalam proses belajar dan
mengajar. Secara sederhana, pembelajaran Bahasa Arab dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu: Metode qowaid dan tarjamah (tariiqatu al-qowaid wa al-tarjamah) dan
Metode langsung (tariiqatul mubasyaroh).
Dalam penerapan metode qowaid dan
tarjamah (tariiqatu al-qowaid wa al-tarjamah) ini lebih ditekankan kepada
kebudayaan, kemudian dalam pembelajarannya ditekankan pada kaidah-kaidah nahwu
dan sharf agar lebih mudah dalam memahami teks-teks Bahasa Arab. Dalam metode
ini juga ditekankan pada pemikiran yang ditulis oleh para tokoh dalam berbagai
bidang ilmu pada masa lalu, berupa sya’ir, naskah (prosa), kata mutiara
(al-hikam) dan kiasan-kiasan (amtsal). Kemudian peserta didik juga disuruh
memberikan perhatian dan menganalisa terhadap kata-kata kunci dalam menerjemah,
misalnya bentuk kata kiasan dan sinonim sesuai dengan kaidah gramatikal yang
sudah diajarkan.
Kemudian dalam metode langsung
(tariiqatul mubasyaroh) yang ditekankan adalah latihan percakapan terus-menerus
antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa yang lain dengan menggunakan
Bahasa Arab dan menekankan pada penuturan yang benar (al-nutqu al-shahiih).
Pada tahap awal penerapan metode
ini, seorang guru harus menekankan pada lisan. Kemudian dilanjutkan dengan
penambahan kosakata sederhana, setelah itu pembuatan kalimat. Pada saat
pembelajaran berlangsung, siswa diperbolehkan untuk menanyakan pelajaran yang
dianggap sulit mengenai kosakata atau pembuatan kalimat. Untuk kaidah-kaidah
nahwu dan sharf diberikan di sela-sela pelajaran berlangsung, tetapi tidak
secara mendetail seperti yang diterapkan pada metode qowaid dan tarjamah
(tariiqotu al-qawaid wa al-tarjamah). Dalam metode pembelajaran ini juga
diterapkan materi membaca (qira’ah) yang disertai dengan diskusi untuk membahas
arti-arti yang terkandung di dalamnya atau jabatan setiap kata dalam kalimat.
Masa anak-anak adalah pada usia
prasekolah sampai umur 12 tahun, pada masa tersebut merupakan masa kritis pada
perkembangan kemampuan kognitif, kemandirian, koordinasi motorik, kretivitas,
dan juga sikap positif terhadap kehidupan.[8] Mendidik anak memang sulit karena
untuk mengukur pembelajaran dan keberhasilan anak harus ada rutinitas harian
mengajarkan kemandirian, kemampuan verbal, koordinasi motorik, dan yang
terpenting rasa percaya diri dan kasih saying dari orang tua.
Majid seorang dosen pada program
Higher Diplom di Universitas Riyadh mengungkapkan bahwa sebetulnya anak usia
4-12 adalah tahun perkenalan dengan bahasa asing, kemudian antara usia 12-17
tahun belajar lebih intensif. Anak-anak yang sudah mengenal bahasa asing sejak
kecil akan mampu menguasai dan menghayati bahasa asing dibandingkan dengan yang
berusia lewat dari 17 tahun.
Pembelajaran bahasa arab pada
anak-anak terlihat lebih berhasil karena dari segi sistem fonologi bahasa arab,
dan mereka juga mampu menirukan aksen bunyi seperti penutur asli. Oleh
karena itu, anak-anak terlihat lebih berhasil daripada orang dewasa dalam
belajar bahasa arab, akan tetapi orang dewasa lebih cepattanggap dalam sistem
morfologi dan sintaksis. Anak-anak juga terlihat lebih siap dalam belajar
bahasa asing atau bahasa arab dalam situasi alamiah dan komunikatif.
Metode pembelajaran bahasa Arab
untuk anak-anak hendaklah memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut ini:
a. Prinsip-prinsip dasar
pembelajaran bahasa Arab untuk anak-anak sama saja dengan prinsip-prinsip
pembelajaran bahasa asing secara umum.
b. Pembelajaran bahasa arab
untuk anak-anak harus disesuaikan dengan perkembangan anak baik bidang
psikologis, intelektual, dan aspek lainnya.
c. Hendaknya
pembelajaran bahasa arab untuk anak-anak dilakukan secara alamiyah, komunikatif
dan menggunakan al-Wassail as- Sam’iyyah al-Bashoriyah (Audio Visual Aids)
d. Buku yanag digunakan harus
disusun sesuai dengan perkembangan jiwa, pikiran, dan pertumbuhan bahasa anak.
Buku pegangan selayaknya dihiasi dengan berbagai gambar-gambar yang menarik;
e. Bahasa
komunikatif seperti ucapan selamat dan muhadatsah yaumiyyah (percakapan
sehari-hari) perlu mendapatkan perhatian sejak permulaan.
Unsur-unsur diatas harus
diperhatikan dengan baik, agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar
sesuai dengan psikologis anak-anak. Dengan mengunakan metode audio visual aids,
anak-anak akan lebih senang, karena anak-anak mempunyai karakteristik seperti
berikut: masih belajar dan senang berbicara tentang tentang lingkungan mereka,
senang bermain, senang mempraktekkan sesuatu yang baru diketahui atau
dipelajari, suka bertanya, suka mendapatkan penghargaan dan mau melakukan
sesuatu karena dorongan dari luar.
Pemilihan strategi pembelajaran bahasa arab juga harus
disesuaikan dengan karakteristik anak-anak, salah satunya adalahpengetahuan
mereka masih sangat terbatas pada lingkungan hidup mereka sehari-hari. Oleh
karena itu materi pembelajaran harus dibuat dari hal-hal yang sering mereka
temui, seperti diri sendiri, orang tua, keluarga, lingkungan sekitar rumah,
lingkungan sekolah, mainan, binatang peliharaan dan lain-lain.
Dengan memperhatikan
karakteristik diatas, maka seorang guru harus peka dengankeadan peserta
didiknya. Oleh karena itu metode yang paling tepat adalah bermain, contohnya
dengan bernyanyi. Dengan bernyanyi anak akan belajar sekaligus bermain melalui
lagu-lagu yang mereka dengarkan. Bernyanyi merujuk kepada aktivitas membunyikan
suara dalam berbentuk tertentu yang bertujuan menghasilkan nada dan melodi yang
disenangi.
Apabila anak dari kecil
dibiasakan dengan metode audio visual aids, alamiah, komunikatif dan bermain
dalam pembelajaran bahasa arab, maka mereka akan menerima dengan cepat, karena
disesuaikan dengan usia, lingkungan, dan keadaan psikolgis mereka.
No comments:
Post a Comment