Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Wednesday, April 29, 2020

Perpektif Baru Tentang Andragogi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
      Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap individu, terlepas dari faktor usia, jenis kelamin, status sosial, dan faktor lainnya, setiap individu membutuhkan pendidikan. Dewasa, anak-anak, laki-laki atau perempuan, semuanya membutuhkan pendidikan. Berkaitan dengan faktor diatas, pendidikan yang hadir juga turut disesuaikan dengan keadaan yang ada, melihata kebutuhan siapa yang akan menggunakan hasil pendidikannya, dan juga atas dasar apa tujuan tersebut dihadirkan.
Seperti yang kita ketahui, jika dilihat dari level pendidikan yang disesuaikan dengan usia peserta pendidikan itu sendiri, kita akan mendengar “pendidikan untuk anak” dan “pendidikan untuk orang dewasa”. Pendidikan untuk anak biasa disebut dengan pedagogi, dan pendidikan untuk orang dewasa disebut andragogi.
Sebagai suatu bentuk pendidikan, andragogi merupakan bentuk pendidikan yang telah lama ada, dari sejak ia hadir sebagai wadah mendidik orang dewasa, hingga saat ini tentunya banyak peranan dan tahapan yang telah dilewati sebagai tahap perbaikan bagi pendidikan andragogi itu sendiri. Maka dari akan selalu ada pandangan-pandangan yang berbeda dalam setiap perkembangan andragogi dari satu waktu ke waktu selanjutnya.
Yang akan dibahas dalam makalah ini, lebih terfokus pada bahasan mengenai pendidikan untuk  orang dewasa, atau yang disebut andragogi. Banyak sekali materi termasuk kedalam andragogi, disini penulis akan membahas bagaimana perspektif baru andragogi, dan masa depannya. Sejauh mana andragogi dipandang oleh masyarakat pendidikan saat ini, keadaan  nyata dilapangan mengenai bentuk implementasi pendidikan jenis ini, hingga kelanjutan dari bentuk pendidikan untuk orang dewasa ini di masa depan.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.  Apa yang dimaksud dengan andragogi?
2.  Apa yang dimaksud dengan perspektif baru andragogi ?
3.  Bagaimana pendidikan andargogi saat ini?
4.  Bagaiamana hasil dari pendidikan andragogi?
5.  Bagaimana peran andragogi untuk pembangunan saat ini?
6.  Bagaimana masa daepan dari pendidikan andragogi saat ini ?

C.    Tujuan
1.  Mengetahui dan  memahami pengertian andragogi.
2.  Memahami perspektif baru andragogi.
3.  Mengetahui keadaan penyelenggaraan pendidikan andragogi saat ini.
4.  Mengetahui hasil dari pendidikan andragogi.
5.  Memahami peran andragogi untuk pembangunan saat ini.
6.  Megetahui masa depan dari pendidikan andragogi.

D.    SistematikaPenulisan
      Pada Bab I Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang,  rumusan masalah dan sistematika penulisan dari isi makalah kami.
      Pada Bab II Pembahasan, menguraikan mengenai apa yang dimaksud dengan andragogi, apa perspektif baru pendidikan andragogi, bagaimana keadaan andragogi saat ini, apa hasil dari pendidikan andragogi, bagaimana peran andragogi untuk pembangunan, dan masa depan pendidikan andragogi
      Pada Bab III Penutup, menguraikan mengenai kesimpulan dan saran untuk melengkapi makalah kami.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Istilah Andragogi
     Andragogi adalah seni dan ilmu mengajar orang dewasa (Knowles, 1980). Sebagai seni atau kiat, andragogi adalah krativitas yang merupakan kecakapan kreatif dan keahlian seseorang yang terkait dengan rasa estetika, terikat dengan kepribadian, karakter atau watak di pendidik. Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno”aner” dengan akar kata andr yang berarti “orang dewasa” dan agogos yang berarti “memimpin atau membimbing”, maka andragogi secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Andragogi adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik yang terdiri atas orang dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam pembelajaran.
      Istilah   andragogi    seringkali   dijumpai    dalam   proses  pembelajaran      orang   dewasa   (adult   learning),   baik   dalam   proses   pendidikan   nonformal   (pendidikan  luar   sekolah)    maupun     dalam   proses   pembelajaran     pendidikan     formal.   Pada proses     pembelajaran      pada   berbagai    satuan,    bentuk    dan   tingkatan    (level)     penyelenggaraan       pendidikan      nonformal.     Pada   pendidikan     formal   andragogi  seringkali digunakan pada proses pembelajaran pada tingkat atau level pendidikan  menengah ke atas. Namun demikian dalam menerapkan konsep, prinsip andragogi  pada   proses   pembelajaran   sebenarnya   tidak   secara   mutlak   harus   berdasar   pada  bentuk, satuan tingkat atau level pendidikan, akan tetapi yang paling utama adalah berdasar pada kesiapan peserta didik untuk belajar. Kondisi itu terjadi karena kita    menganggap bahwa semua murid, peserta didik (warga belajar) itu adalah sebagai orang     dewasa     yang     diasumsikan     memiliki    kemampuan       yang    aktif  dalam merencanakan       arah   belajar,  memiliki   bahan,   memikirkan      cara  terbaik    untuk   belajar,   menganlisis   dan   menyimpulkan       serta   mampu  mengambil   manfaat   dari  belajar   atau   dari  sebuah   proses   pendidikan.   Fungsi   guru   dalam    hal  ini  hanya  pendidikan   nonformal   teori   dan   prinsip   andragogi   digunakan   sebagai   landasan sebagai fasilitator, bukan menggurui, sehingga relasi antara guru dan peserta didik (murid,   warga   belajar)   lebih   bersifat  multicomunication.   (Knowles,   1970).   Oleh karena itu andragogi adalah suatu bentuk pembelajaran yang mampu melahirkan sasaran     pembelajaran     (lulusan)    yang   dapat    mengarahkan dirinya   sendiri   dan mampu   menjadi   guru   bagi   dirinya   sendiri.

B.     Perspektif Baru Andragogi
Setelah diuraikan mengenai pengertian dari istilah andragogi, maka pada bagian ini kita tinjau mengenai pendidikan andragogi. Secara alamiah,    orang dewasa memiliki kemampuan menetapkan tujuan belajar, mengalokasi sumber belajar, merancang strategi belajar dan mengevaluasi kemajuan      terhadap    pencapain    tujuan   belajar  secara   mandiri.   Lebih   jauh   Tough menyatakan bahwa: Peserta didik dewasa lebih dimungkinkan terlibat dalam self initiated   education   atau   self   directed   education,   ketimbang   dalam   self   directed learning.   Proses   dan   aktivitasnya   dideskripsikan   sebagai  self   directed   learning atau self directed education atau self teaching, learning projects or major learning efforts (Brookfield, 1986:47)
        Dari perspektif waktu dan orientasi belajar,  orang dewasa memandang belajar itu sebagai suatu proses pemahaman dan penemuan masalah serta pemecahan masalah (problem finding and problem solving),   baik   berhubungan dengan     masalah    kekinian    maupun     masalah     kehidupan    di  masa    depan.   Orang dewasa     lebih   mengacu     pada   tugas   atau  masalah     kehidupan    (task   or  problem oriented).     Sehingga     orang    dewasa    akan    belajar   mengorganisir      pengalaman hidupnya.    (Knowless, 1977, Unesco, 1988, Kamil, 2001, Saraka, 2001).


1.         Pandangan Baru Pendidikan
            Pada umumnya kita masih memandang bahwa fungsi pendidikan adalah memindahkan atau mentransformasikan semua pengetahuan dan pengalaman. Dengan kata lain, mentransformasikan dari generasi tua ke generasi muda. Sekarang ada pandangan baru bahwa fungsi tersebut sudah tidak tepat lagi. Bila fungsi pendidikan hanya mentrasformasikan kebudayaan kepada generasi muda, fungsi itu baru mengenaai sasarannya bila memenuhi persyaratan berikut :
a.    Kualitas ilmu pengetahuan yang akan ditransfer lebih kecil atau terbatas jumlahnya sehingga sistem pendidikan mampu mewadahinya.
b.    Tingkat perubahan yang terjadi pada masyarakat relatif lambat ataau kecil, sehingga memungkinkan bagi sistem peendidikan untuk melaksanakan transformasi sebelum terjadi perubahan baru lagi.
                    Dengan kata lain, transformasi dapat dilakukan karena jarak antara akumulasi ilmu pengetahuan dengan proses transformasi cukup besar. Dalam kenyatannya dewasa ini tidaklah demikian. Sekarang kita hidup dalam abad perubahan. Segala sesuatu bergerak dengan cepat; seperti halnya yang trjadi dalam perkembangan ilmu pengetahuan daan sosial, khususnya dibidang teknologi dan pendidikan.
                     Proses percepatan perubahan inilah yang menimbulkan kesangsian atas manfaat teori transformasi. fungsi pendidikan tidak hanya mentrasformasikan kebudayaan dari generasi tua ke generasi muda. Pendidikan harusmenstimulasi generasi penerus agar mampu menemukan dan mendapatkan kebutuhannya sendiri, yaitu kebutuhan yang sesuai dengan kehidupannya kelak.
           Apabila asumsi tersebut memang benar maka akan ada dua kecenderungan dalam pendidikan sebagai berikut :
a.    Pendidikan bukan hanya milik dunia anak-anak
b.    Tanggung jawab pendidikan bukan semata-mata tanggung jawab guru, tetapi tanggung jawab bersama antara guru dan murid/siswa  atau antara pelatih dan peserta. Artinya peserta/siswaberhak ikut serta menentukan, baik tujuan maupun bahan/materi pendidikan.
                    Bila hal tersebut diakui kebenarannya, maka pendidikan benar-benar merupakan proses belajar sepanjang hayat. Pendidikan merupakan proses penemuan dan pengembangan terus menerus atas kebutuhan yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Pandangan inilah yang menimbulkan perubahan fungsi pendidikan, termasuk pendidikan orang dewasa.
2.             Pandangan Baru Andragogi
                        Menurut pandangan baru, orang dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri proses pengembangannya. Oleh karena itu, memerlukan pendekatan yang berbeda dari pendekatan yang dilakukan terhadap anak-anak. Pendidikan ini dikenal sebagai pendekaatan orang dewasa, atau lebih dikenal dengan istilah andragogi.
            Pemikiraan tentang pendidikan orang dewasa muncul sekitar tahun 1920 dan 1948 dalam suatu artikel pada The Journal of Adult Education yang diterbitkan oleh American Association for Adult Education (Malcom S Knowles, 1980). Artikel itu membicarakan tentang usaha beberapa pengajar yang memperlakukan pesertanya sebagaai orang dewasa pada suatu kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini berbeda dari kegiataan belajaar mengajar tradisionaal yang memperlakukan peserta sebagai anak-anak.
            Pada awalnya mereka melakukan kegiatan itu hanya berdasarkan kebutuhan, belum didukung suaat teori. Karena dasar berpijaknya masih pada pengalaman dan belum berdasarkan teori pendidikan, maka pemikiran mereka kurang mendapat tanggapan dari para ahli pendidikan. Mereka bekerja hanya didasarkan atas pemikiran yang praktis dan sekadar mengikuti intuisi.
            Pada tahun 1950 terbit sejumlah buku yang menganslisis laporan para pengajar tersebut. Semua buku ini menguraikan prinsip-prinsip umum pendidikan orang dewasa. salah satu buku yang terbit tahun 19510 berjudul Informaal Adult Education.
            Tahu 1960 mulai dilaksanakan kegiatan penelitiaan yaang difokuskan pada proses belajar-mengajar bagi orang dewasa. Cyril O. houle mengawali gerakan penelitian melalui tulisannya “The Inquiring Mind” yang diterbitkan oleh The University of Wisconsin Press tahun 1961. Tulisan ini merupakan hasil wawancara dengan 22 orang peserta kursus lanjutan. Dalam wawancara itu, Houle memperoleh tiga temuan mengenai peserta kursus sebagai berikut.
a.    Peserta yang berorientasi pada tujuan, yaitu kelompok yang menggunakan pendidikan sebagai alat untuk mencaapai tujuan dengan sesingkat-singkaatnya dan jelas.
b.    Peserta yang berorientasi pada kegiatan sebagai sarana mencapai tujuan. Mereka berpendapat bahwa sebenarnya dan kenyatannya tidak ada hubungan antara tujuan, isi program, dan kegiatan progaram.
c.    Peserta yang berorientasi pada belajar, yaitu merekaa yang menggunakan pendidikan hanya untuk kepentingan ilmu itu sendiri atau belajar untuk mencari ilmu.
            Hasil penelitian Houle dilanjutkan oleh anak didiknya yan berkedudukan sebagai pengajar pada Ontario Institute for Studies in Education. Hasil temuannya yang pertama dimuat dalam dua laporan, yaitu Learning Without a Teacher (1967) dan The adult Learning Project (1971). Sekitar tahun 1960 terkumpul sebagai sumbangan pikiran dari berbagai disiplin ilmu tentang belajar orang dewasa. Mereka mencari nama yang tepat untuk menyebut model teorinya agar dapat disejajarkan dengan pedagogi. Mereka memberi label “andragogi” untuk teorinya itu. Sejak itulah pendidikan orang dewasa dikenal dengan nama andragogi.
Dilihat dari isi atau materi dan tujuan pokok dari pendidikan andragogi ini, perspektif atau pandangan baru andragogi ini terletak pada subjek yang menjadi peserta dalam pendidikan andragogi, subjek dari pendidikan andragogi ini merupakan orang dewasa, yang secara pribadi telah matang untuk mengikuti proses pendidikan. Selain itu, pendidikan andragogi ini lebih berpusat pada peserta pendidikan, bukan lagi pada pendidik sebagai satu-satunya sumber dalam belajar seperti halnya pendidikan untuk anak-anak (pedagogi).
       Andragogi dalam pandangan yang baru, bukan hanya sebagai pendidikan untuk orang dewasa, lebih dari itu, bahwa fungsi dan peran dari pendidikan itu sendiri menjadi alasan pokok, mengapa seseorang mengikuti pendidikan ini. Pandangan baru andragogi, bukan hanya berpusat pada pemenuhan kebutuhan akan pendidikan bagi orang dewasa yang mengkutinya, tapi sampai kepada berbagai kebutuhan lain yang dapat dipenuhi melalui pendidikan andragogi ini. Misalnya seseorang mengikuti pendidikan untuk orang dewasa, dari hasil yang ia dapatkan nantinya, selain ilmu yang didapat dari pendidikan, ia juga mendapatkan pengharagaan atau nilai dari hasil pendidikan yang telah ia peroleh. Banyak alasan dari diri individu secara pribadi, salah satunya penaikan status sosial yang diperoleh melalui pendidikan ini.
       Hal-hal seperti demikian yang kemudian merubah cara pandang masyarakat bahwa pendidikan andragogi saat ini lebih dari sekedar keinginan pemenuhan kebutuhan individu, melainkan mencakup pada peran andragogi bagi dirinya sebagai individu, peran andragogi secara luas dalam masyarakat sebagai media yang nantinya akan mencetak orang-orang dewasa berpendidikan yang akan berperan dalam membangun masyarakat.
C.    Penyelenggaraan Pendidikan Andragogi Saat Ini
      Penyelenggaraan pendidikan orang dewasa pada saat ini banyak dijabarkan dalam program-progam yang memfasilitasi pendidikan jenis ini. Program secara umum diartikan suatu kegiatan belajar (kurikulum) yang dirancang oleh suatu lembaga (institusi) yang digunakan  bagi pesrta didik untuk mengikuti program untuk memasuki kegiatan belajar sesuai dengan tujuan pendidikan (pembelajaran) yang ditetapkan.
      Misalnya program kursus menjahit bagi para peserta sesudah selesai mengikuti program untuk memasuki dunia kerja di industri konveksi atau mendirikan usaha sendiri seperti butik atau penjahitan.
Institusi yang menyusun program pendidikan orang dewasa saat ini, antara lain:
1.    Lembaga Kursus
2.    Pusat Pendidikan & Pelatihan (Balai Latihan Tenaga Kerja atau BLK)
3.    Pusat Kegiatan Belajar (SKB)
4.    BPKB (Badan Pengembangan Kegiatan Belajar)
5.    BPPNFI (Badan Pengembangan Pendidikan Non Formal - Informal)
6.    Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
7.    Perguruan Tinggi (Program Pendidikan Ekstension)
8.    Pendidikan dan Pelatihan di Perusahaan atau Perkantoran

            Selain dari mengetahui melalui media apa pendidikan andragogi disampaikan, kita juga sebaiknya mengetahui tugas-tugas yang dilakuakan dalam penyelenggaraan pendidikan orang dewasa, diantaranya :
1.    Tugas sebagai guru (fasilitator)
2.    Tugas sebagai pengembang program (program developer)
3.    Tugas sebagai pengelola (administration)
4.    Tugas sebagai konselor (conselor)

Dibawah ini juga terdapat bebrapa jenis pendidikan orang dewasa :
1.      Pendidikan Berkelanjutan (Continuing Education)
Mempelajari pengetahuan dan keterampilan lanjutan sesuai dengan perkembangan kebutuhan belajar pada diri orang dewasa. Pendidikan berkelanjutan ini ditujukan pada kegiatan untuk meperbaiki dan meningkatkan kemampuan pengetahuan, dan keterampilan serta profesi, sehingga dapat dijadikan fasilitas dalam peningkatan diri dan produktivitas kerja. Misalnya Pelatihan-pelatihan, Penataran, dan Lokakarya.
2.      Pendidikan Perbaikan (Corrective Education)
Kesempatan belajar yang disajikan bagi orang dewasa yang mulai memasuki usia tua dengan tujuan agar mereka dapat mengisi kekurangan pendidikannya yang tidak sempat diperoleh pada usia muda. Misalnya : Kursus-kursus pengetahuan dasar termasuk pemberantasan tuna aksara, latihan berorganisasi, dan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan dan usaha.
3.      Pendidikan Populer (Popular Education)
Kesempatan belajar yang disediakan bagi orang dewasa dan orang tua dengan tujan agar mereka dapat mengenal perubahan dan variasi dalam kehhidupan sehari-hari. Misalnya pergaulan dengan orang lain, rekreasi, dan pendidikan yang berkaitan dengan kepuasan hidup.
4.      Pendidikan Kader
Kegiatan pendidikan yang diselenggarakan pada umumnya oleh lembaga, organisasi atau perkumpulan yang giat dibidang politik, ekonomi, kepemudaan, kesehatan, dll. Tujuannya untuk membina dan meningkatkan kemampuan kelompok tertentu yaitu kader, demi kepentingan, misi lembaga yang bersangkutan di masyarakat.
5.      Pendidikan Kehidupan Keluarga (Family Life Education)
Suatu cabang pendidikan orang dewasa yang kegiatannya berkaitan secara khusus dengan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan kegiatan kehidupan keluarga. Tujuannya ialah memperluas dan memperkaya pengalaman anggota keluarga untuk berpartisipasi dengan terampil dalam kehidupan keluarga sebagai satu kesatuan kelompok. Misalnya : Hubungan dalam keluarga; pemeliharaan anak; kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat; dan pendidikan sekolah.
D.    Hasil Pendidikan Andragogi
Hasil pendidikan orang dewasa pada umumnya merupakan kemampuan yang spesifik yang akan dipergunakan untuk memcahkan masalah peserta didik, pada temapt mereka masing-masing, pada saat sekarang juga. Kemampuan tersebut tidak dapt diberlakuakn secara umum menjadi suatu teori, dalil, atau prinsip yang dapat diterapkan dimana saja, dan kapan saja.
Hasil pembelajaran andragogi sekarang, mungkin sudah tidak dapat lagi dipergunakan untuk memecahkan masalah yang sama sua atau tiga tahun mendatang. Demikian pula hasil pembelajaran tersebut tidak dapat diaplikasikan diaman saja, tetapi harus diaplikasikan ditempat peserta sendiri karena hasil pembelajaran tersebut diproses dari pengalaman-pegalaman yang dimiliki oleh peserta. Hal ini sesuai dengan prinsip lokalitas.
Dapat dikatakan bahwa, hasil dari pendidikan andragogi dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktunya. Lewat dari waktunya, kebermanfaatan dari hasil pendidikan ini bagi pesertanya harus melakukan penyesuaian dengan keadaan dimana masalah yang sama muncul di waktu yang akan datang, karena ada faktor lain yang mungkin alternatif penyelesaiannya tidak akan selesai dengan pemecahan masalah di waktu sebelumnya.
Walaupun demikian, hasil dari pendidikan andragogi ini tetap dapat diaplikasikan sesuai dengan tujuan pendidikannnya masing-masing. Hasil dari pendidikan andragogi dapat terlihat dengan banyaknya orang dewasa yang menggunakan keterampilan yang ia peroleh dari pendidikan ini, untuk mencukupi kebutuhan kesehariannya. Selain dapat memperoleh ilmu pengetahuan, tentunya dengan ilmu yang didapatkan ia juga dapat memperoleh penghasilan yang jauh lebih baik dari orang yang tidak mengkuti pendidikan jenis ini.

E.       Peran Andragogi untuk Pembangunan Masyarakat
     Seperti yang kita ketahui bahwa andragogi bertujuan untuk memberikan pelatihan untuk orang dewasa, dan menghasilkan tenaga orang-orang terdidik. Tenaga-tenaga terdidik ini tentunya memiliki kemampuan-kemampuan yang akan ia gunakan dalam kehidupan kesehariannya. Dengan banyaknya tenaga terdidik yang menggunakan keterampilannya, maka pembangunan dalam bidang yang di kerjakan akan meningkat. Peningkatan keterampilan dari masyarakat terdidik ini akan berpengaruh besar pada lingkungan disekitarnya, contohnya, sekelompok masyarakat pedesaan yang diberikan pendidikan berupa penyuluhan mengenai pembuatan kerajinan dengan bahan dasar rotan, karena di wilayah tersebut merupakan daerah penghasil rotan, sehingga banyak dari mereka yang bermatapencaharian sebagai penghasil rotan, dengan pendidikan dari cara membuat, hingga memasarkan produk tersebut ke pasar yang pas, mereka dapat memperoleh keuntungan secara finansial yang memadai, dan dari perolehan tersebut sumber penghasilan dari daerah itu akan meningkat. Pembangunan masyarakat didaerah tersebut yang meningkat, merupakan salah satu akibat dari pendidikan andragogi yang tentunya merupakan dampak positif yang dibawa dari pendidikan andragogi ini.

F.       Masa Depan Pendidikan Andragogi
     Semakin berkembangnya zaman, pendidikan andragogi ini semakin menjadi sorotan publik. Saat ini banyak upaya pemerintah maupun pihak lain yang bersangkutan mengupayakan pendidikan jenis ini. Banyak ditemukan lembaga pelatihan maupun badan pelatihan yang didirikan untuk memfasilitasi masyarakat dewasa yang ingin melanjutkan pendidikannya.
     Hal ini tentunya menunjukan tanda bahwa pendidikan bagi orang dewasa semakin diperlukan karena tuntutan dari perkembangan zaman saat ini. Hal ini menunjukan adanya masa depan yang cerah bagi pendidikan andragogi di Indonesia khusunya dan diseluruh dunia. Tingkat kebutuhan masyarakat, disesuaikan dengan tuntutan zaman dan tantangan yang ada, mendorong semakin banyaknya masyarakat dewasa yang mengikuti pendidikan andragogi.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
           Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno”aner” dengan akar kata andr yang berarti “orang dewasa” dan agogos yang berarti “memimpin atau membimbing”, maka andragogi secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa.
          Andragogi dalam pandangan yang baru, bukan hanya sebagai pendidikan untuk orang dewasa, lebih dari itu, bahwa fungsi dan peran dari pendidikan itu sendiri menjadi alasan pokok, mengapa seseorang mengikuti pendidikan ini. Pandangan baru andragogi, bukan hanya berpusat pada pemenuhan kebutuhan akan pendidikan bagi orang dewasa yang mengkutinya, tapi sampai kepada berbagai kebutuhan lain yang dapat dipenuhi melalui pendidikan andragogi ini.
          Pendidikan bagi orang dewasa semakin diperlukan karena tuntutan dari perkembangan zaman saat ini. Hal ini menunjukan adanya masa depan yang cerah bagi pendidikan andragogi di Indonesia khusunya dan diseluruh dunia. Tingkat kebutuhan masyarakat, disesuaikan dengan tuntutan zaman dan tantangan yang ada, mendorong semakin banyaknya masyarakat dewasa yang mengikuti pendidikan andragogi.

B.       Saran
     Sebagai calon pendidik, kita hendaknya mengetahui bagaimana kelanjutan dan masa depan dari pendidikan andragogi. Karena dalam praktek mendidik nanti kita tidak hanya berhubungan dengan anak didik, tapi juga akan berhubungan orang dewasa yakni orangtua dari  peserta didik, dan tidak menutup kemungkinan bahwa kita memiliki kesempatan untuk menjadi pendidik bagi para orang dewasa di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Rosyid, Mohammad. 2014. Makalah Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa.  [Online]. Tersedia:
                     http://pgsdberbagi.blogspot.com/2014/01/makalah-andragogi-atau-pendidikan-orang.html?m=1.  [Diakses pada 17 Oktober 2014].
Sarbini, Moh. 2013. Contoh Makalah Andragogi. [Online]. Tersedia: http://sarbini-moh.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-andragogi.html. [Diakses pada 17 Oktober 2014].
----------, 2011. Andragogi. [Online]. Tersedia: http://ayiolim .wordpresst.com/2011/03/09/andragogi/. [Diakses pada 13 Oktober 2014].
----------. 2010. Modul 1 Pembelajaran Orang Dewasa. [Online]. Tersedia: http://insafe.org/id/training/tot/501_adult_learning.html.  [Diakses pada 17 Oktober 2014].

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts