Di dunia Islam timbul pikiran dan gerakan untuk
menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang
ditimbulkan kemajuan ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan jalan demikian
pemimpin-pemimpin Islam modern mengharap akan dapat melepaskan umat Islam dari
suasanan kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada kemajuan.
Sejarah Islam sebagai agama mengalami perkembangan yaitu
maju-mundurnya umat Islam yang terjadi dalam sejarah. Secara garis besar
sejarah Islam dapat dibagi ke dalam tiga periode besar yaitu klasik,
pertengahan dan modern. Periode klasik merupakan zaman kemajuan yang terbagi ke
dalam dua fase yaitu fase kemajuan dan fase disintegrasi. Di masa fase
kemajuan, Islam berkembang secara pesat baik secara wilayah maupun secara
kebudayaan. Pada zaman inilah lahir sejumlah Imam Besar seperti Imam Malik,
Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Imam Ibn Hambal. Pada fase disintegrasi,
keutuhan umat Islam dalam bidang politik mulai pecah. Kekuasaan khalifah mulai
menurun dan akhirnya Bagdad dapat dirampas dan dihancurkan.
Periode pertengahan juga dibagi ke dalam dua fase yaitu
fase kemunduran dan fase tiga kerajaan besar. Pada fase kemunduran,
disintegrasi semakin meningkat. Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah serta Arab
dan Persia semakin kelihatan. Dunia Islam terbagi antara dunia Arab terdiri Arabia,
Irak, Suria, Palestina, Mesir dan Afrika Utara dengan Mesir sebagai pusatnya
serta dunia Persia yang terdiri dari Balkan, Asia kecil, Persia dan Asia tengah
dengan Iran sebagai pusat.
Periode modern merupakan zaman kebangkitan umat Islam.
Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan
menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih
tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Di periode modern inilah timbulnya
ide-ide pembaharuan dalam Islam.
I.
Mesir
Pembaharuan di Mesir dimulai
pada saat Napoleon mulai datang ke Mesir untuk menaklukan bangsa Mesir dan
menguasainya. Akan tetapi kedatangan Napoleon ke Mesir selain membawa tentara
perang juga membawa kaum sipil yang terdiri ahli dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Selain itu juga membawa alat percetakan dengan huruf latin. Ekpedisi
Napoleon bukan hanya kepentingan militer tetapi juga kepentingan ilmiah yaitu
dengan membentuk lembaga ilmiah yang bernama Institut d’ Egypte, yang mempunyai
bagian Ilmu Pasti, Ilmu Alam, Ekonomi Politik dan Sastra Seni. Para ulama Mesir
diperbolehkan berkunjung ke tempat tersebut agar terjadi akulturasi budaya
antara kebudayan Mesir dengan Kebudayaan Eropa khususnya Perancis.
Selain perubahan dalam bidang
kebudayaan tersebut, ada ide-ide baru yang dibawa Napoleon ke Mesir yaitu ide
sistem pemerintahan yang berbentuk republik, ide egaliter (persamaan) kedudukan
dan turut sertanya rakyat dalam soal pemerintahan dan ide kebangsaan yang
terkandung dlaam maklumat Napoleon bahwa orang Perancis merupakan suatu bangsa
(nation).
Ada beberapa tokoh yang
mempengaruhi adanya pembaharuan di Mesir yaitu sebagai berikut :
a. Muhammad Ali Pasya
b. Al-Tahtawi
c. Jamaludin Al-Afghani
d. Muhammad Abduh
e. Rasyid Rida
f. Murid dan Pengikut Muhammad Abduh
II.
Turki
Pembaharuan di Kerajaan Usmani
abad kesembila belas, sama halnya dengan pembaharuan di Mesir, juga dipelopori
oleh Raja. Kalau di Mesir, Muhammad Ali Pasyalah Raja yang memelopori
pembaharuan, di Kerajaan Usmani raja yang menjadi pelopor pembaharuan adalah
Sultan Mahmud II. Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II
seperti pembaharuan di bidang militer, perubahan dalam organisasi pemerintahan,
dan perubahan yang penting dan yang kemudian mempunyai pengaruh besar pada
perkembangan pembaharuan di Kerajaan Usmani adalah perubahan dlaam bidang
pendidikan. Sultan Mahmud mengadakan perubahan mendasar pada kurikulum sekolah,
yaitu mulai masuknya pelajaran-pelajaran umum serta dibukanya berbagai sekolah
seperti sekolah militer, sekolah teknik, sekolah kedokteran, dan sekolah
pembedahan.
Pembaharuan yang dilakukan
sebagai kelanjutan dari usaha-usaha yang dijalankan oleh Sultan Mahmud II
dikenal dengan nama Tanzimat. Pemuka utama dari pembaharuan di zaman Tanzimat
adalah Mustafa Rasyid Pasya. Selain itu juga ada pemuka lainnya yaitu Mehmed
Sadik Rifat Pasya. Pokok-pokok pemikirannya yaitu bahwa peradaban dan kemajuan
modern barat dapat diwujudkan karena adanya suasana damai dan hubungan baik
dengan negara-negara Eropa.
Terdapat pula golongan yang
menentang kekuasaan absolut Sultan yang dikenal Usmani Muda. Usmani muda pada
asalnya merupakan perkumpulan rahasia yang didirikan di tahun 1865 dengan
tujuan untuk merobah pemerintahan absolut Kerajaan Usmani. Pemikir terkemuka
dari Usmani Muda adalah Namik Kemal. Namik Kemal banyak dipengaruhi oleh
pemikiran-pemikiran Sinasi, yaitu berupa ide-ide liberal, kesadaran nasional,
pemerintahan konstitusional dan lain sebagainya. Ide-ide yang dimajukan oleh
Namik Kemal seperti tersebut di atas yang menjadi pedoman dalam penyusunan
undang-undang dasar 1876 dari Kerajaan Usmani.
Golongan Usmani muda semakin
terkikis peranannya karena kekuasaan raja semakin absolut terutama pada saat
pemerintahan Abdul Hamid. Kemudian bukan hanya kalangan intelektual yang
dipengaruhi pemikiran liberal, tetapi juga di golongan pegawai sipil dan juga
di kalangan militer. Dalam suasanan demikian timbullah gerakan-gerakan oposisi
terhadap pemerintahan absolut Sultan Abdul Hamid. Oposisi dari berbagai
kelompok inilah yang disebut golongan Turki Muda. Ide perjuangan Turki Muda
antara lain dimajukan oleh tiga pemimpin yaitu Ahmed Riza, Mehmed Murad dan
Pangeran Sabahudin.
Menurut Ahmed Riza, pendidikan
dan ilmu pengetahuan positif akan menyelamatkan Kerajaan Usmani dari
keruntuhan. Adanya dan terlaksananya sistem pendidikan yang baik berhajat pada
pemerintahan konstitusional. Pemerintahan konstitusional tidak bertentangan dengan
ajaran Islam, karena dalam Islam terdapat ajaran musyawarah dan musyawarah
adalah dasar pemerintahan konstitusional.
Dari berbagai gerakan
pembaharuan yang terjadi di kerajaan Usmani, terdapat paling tidak tiga
golongan pembaharuan yaitu golongan Barat, Islam dan Nasionalis. Golongan Barat
pada dasarnya ingin mengambil peradaban Barat sebagai dasar pembaharuan.
Sedangkan golongan kedua ingin yang menjadi dasar adalah ajaran Islam, dan
golongan ketiga yang muncul kemudian melihat bahwa bukan peradaban Barat dan
bukan Islam yang harus dijadikan dasar, tetapi nasionalisme Turki.
III.
India dan Pakistan
Ide – ide pembaharuan yang
dicetuskan oleh Syah Waliyullah di abad ke delapan belas diteruskan olehanaknya
Syah Abdul Aziz ke generasi selanjutnya. Menurutnya belajar Bahasa Inggris
bukan boleh saja, tetapi perlu untuk kemajuan umat Islam India waktu itu.
Penerus Syah Abdul Aziz yang kemudian mempengaruhi dalam gerakan melaksanakan
ajaran Syah Waliyullah adalah Sayyid Ahmad Syahid.
Menurut pendapat Sayyid Ahmad,
umat Islam India mundur, karena agama yang mereka anut tidak lagi Islam yang
murni, tetapi Islam yang telah bercampur dengan faham dan praktek yang berasal
dari Persia dan India. Umat Islam India harus dibawa kembali ke ajaran Islam
yang murni yaitu kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Sayyid Ahmad juga menentang
taqlid kepada pendapat ulama, termasuk di dalamnya pendapat keempat Imam Besar.
Oleh karena itu berpegang pada mazhab tidak menjadi soal yang penting,
sungguhpun ia sendiri adalah pengikut mazhab Abu Hanifah. Karena taqlid
ditentang, maka pintu ijtihad baginya terbuka karena ijtihad diperlukan untuk
memperoleh interpretasi baru terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits. Sayyid
Ahmad dengan gerakan Mujahidinnya kemudian ingin menaklukkan daerah-daerah yang
dikuasai oleh pemerintahan non Islam. Akan tetapi gerakan mujahidinnya dapat
dikalahkan oleh Inggris.
Setelah hancurnya gerakan
mujahidin dan kerajaan Mughal sebagai akibat pemberontakan 1857, muncullah
Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin umat Islam India, yang telah kenal pukul itu
untuk dapat berdiri dan maju kembali sebagai di masa lampau. Di masa pemberontakan, ia banyak berusaha untuk
mencegah terjadinya kekerasan dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris
dari pembunuhan. Sehingga oleh pihak Inggris dianggap berjasa sehingga
hubungannya dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini dipergunakan untuk
kepentingan umat Islam India.
Sayyid Ahmad Khas melihat
bahwa umat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman.
Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di Barat.
Dasar peradaban baru ini ialah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan
dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu akal
mendapat penghargaan yang tinggi bagi Sayyid Ahmad Khan. Tetapi sebagai orang
Islam yang percaya pada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan akal bukan tidak
terbatas. Karena ia percaya pada kekuatan akal, sungguhpun mempunyai batas, ia
percaya pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan
melakukan perbuatan.
Dari peninjauan mengenai
perkembangan pemikiran dan gerakan pembaharuan yang terjadi di Mesir, Turki dan
India-Pakistan dapatdilihat bahwa kesadaran akan kelemahan dan kemunduran umat
Islam timbul pada diri pemimpin-pemimpin setelah adanya kontak langsung dengan
dunia Barat di abad kedelapan belas dan mereka dapat mengadakan perbandingan
antara dunia Islam yang sedang menurun dan dunia Barat yang sedang menaik.
Kesadaran bertambah besar lagi setelah beberapa negara Islam dapat ditundukkan
Barat ke bawah kekuasaan mereka.
No comments:
Post a Comment