A.
PENDAHULUAN
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan
belajar mengajar banyak faktor yang memegang peran antara lain guru dan siswa
sebagai pelakunya, proses belajar mengajarnya itu sendiri, fasilitas pendukung
yang tersedia, lingkungan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar
tersebut dan lain sebagainya.
Dalam suatu proses belajar mengajar seorang guru
memegang peranan penting yaitu memberikan bantuan kepada murid untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Dengan bantuan guru diharapkan murid akan lebih mudah
dalam memahami pelajaran yang diberikan.
Gambaran umum tentang efektivitas mengajar
ditandai oleh gurunya yang selalu aktif dan muridnya secara konsisten aktif
belajar. Dalam lingkungan pembelajaran yang efektif, murid tidak bekerja sendiri
melainkan selalu diawasi oleh gurunya dan mereka tidak banyak waktu yang
terbuang begitu saja: murid jarang pasif. Jalannya aktivitas belajar begitu
aktif, sibuk, dan menantang bagi murid akan tetapi tetap masih berada diantara
tingkat perkembangan dan kemampuan muridnya. Yang pada akhirnya murid dapat
menerima pesan atau instruksi dari gurunya dengan baik dan dapat melakukan
latihan secara independen mempelajari sesuatu sesuai dengan tujuan
pembelajarannya.
Berdasarkan hal tersebut, pada makalah ini penulis
akan menguraikan mengenai efektivitas
pembelajaran dan faktor yang mempengaruhinya.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Efektivitas
Hingga
saat ini belum ditemukan secara rumusan final tentang istilah efektivitas,
dikarenakan setiap orang memberi arti yang berbeda-beda, mereka memandang dari
sudut yang berlainan tergantung dari kepentingan dan dari sudut mana
efektivitas tersebut dilihat.
Gibson,
Ivancevich, dan Donnelly mendefinisikan efektivitas adalah pencapaian sasaran
dan upaya bersama (2006: 38). Sedangkan menurut Komariah (2010: 34) yang
dimaksud efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran atau
tujuan (kualitas, kuantitas dan waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan,
efektivitas adalah sama dengan hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan.
Adapun
dalam KBBI (2008: 352) efektivitas adalah berarti ada efeknya (Akibatnya,
pengaruhnya, kesanya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil. Penilaian yang
di buat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok organisasi, makin dekat
pencapain prestasi yang diharapkan semakin lebih efektif hasil penilainya.
Sehingga
efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil memanfaatkan sumber daya
alam usaha mewujudkan tujuan operasional. Efektivitas berkaitan dengan
terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya
partisipasi aktif dari angggota. Selanjutnya Lipham dan Hoeh meninjau
efektivitas dari segi pencapaian tujuan seperti dikemukakan: effectiveness
relates to the accomplishment of the cooperative purpose, which is social and
non personal in character. Dikatakan bahwa efektivitas berhubungan dengan
pencapaian tujuan bersama bukan pencapaian pribadi. Artinya suatu oragnisasi
dikatakan efektif bila tujuan bersama dalam organisasi dapat dicapai. Suatu organisasi
belum dikatakan efektif meskipun tujuan individu yang ada di dalamnya dapat
terpenuhi (Kusnadi, 2002: 18).
Dari
berbagai pendapat yang telah dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa
efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya
tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Masalah
efektivitas biasanya berkaitan erat dengan tingkat perbandingan antara tingkat
pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun.
2.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran
merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: pertama,
belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa dan mengajar yang
berorientasi apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.
Kedua, aspek ini akan berkaloborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada
saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan
siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung (Jihad, 2010: 11).
Senada
apa yang dikatakan Jihad, Suherman (Jihad, 2010:11) mengatakan juga bahwa
pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik
dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Maka
dari hal itu, pembelajaran baik secara konseptual maupun operasinal, adalah
konsep-konsep komunikasi dan perubahan sikap akan selalu melekat pada
pembelajaran. Komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para partisipisan/
siswa menciptakan dan saling bebagi informasi satu sama lain guna mencapai pengertian
timbal balik (Jihad, 2010:11). Dalam pengertian tersebut proses komunikasi
sekurang-kurangnya harus melibatkan dua orang.
Proses
komunikasi dalam pembelajaran melibatkan dua pihak yakni pendidik dan peserta
didik. Pendidik memegang peranan utama sebagai komunikator dan peserta didik
memegang peran utama sebagai komunikan. Dalam praktiknya kedua peran itu
dilakukan oleh kedua belah pihak yang pada gilirannya bertukar peran menjadi
pemberi dan penerima informasi. Itulah yang disebut dengan berbagai informasi
dalam komunikasi pembelajaran (Jihad, 2010:11).
Hamalik
(Jihad, 2010: 12) mengutarakan bahwa pembelajaran adalah upaya mengorganisasi
lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Implikasi dari
pengertian pembelajaran tersebut ialah pendidikan bertujuan mengembangkan atau
mengubah tingkah laku peserta didik.
Implikasi
lainya adalah peserta sebagai organisasi yang hidup, maksudnya peserta didik
memiliki berbagai potensi potensi yang siap berkembang, misalnya: kebutuhan,
minat, tujuan, intelegensi, emosi dan lain-lain. Tiap individu peserta didik
mampu berkembang menurut pola dan caranya sendiri. Mereka dapat melakukan
berbagai aktivitas dan mengadakan interaksi dengan lingkungannya, dimana
aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri peserta didik. Guru
berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu maju kearah
yang diinginkan (Jihad, 2010:12).
Sedangkan
menurut Usman (Jihad, 2010:12) pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran
merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa
atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu.
Dari
uraian diatas terlihat bahwa proses pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu
dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses kegiatan, yaitu terjadi
interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Senada
dengan apa yang diungkapakan oleh Syahidin (2005: 3) bahwa pembelajaran atau
pendidikan bukan sekedar transfer informasi tentang ilmu pengetahuan dari guru
kepada murid, melainkan suatu proses pembentukan karakter. Menurut beliau ada
tiga misi utama pembelajaran atau pendidikan yaitu pewarisan pengetahuan (transfer
of knowledge), Pewarisan Budaya (transfer of culture), dan pewarisan
nilai (transfer of value). Sebab itu, pembelajaran atau pendidikan bisa
dipahami sebagai suatu proses transformasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan
kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
3.
Efektivitas Pembelajaran
Suharsimi
Arikunto (2009: 294) dalam bukunya Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan memaparkan,
bahwa untuk melihat efektif tidaknya suatu pembelajaran harus melihat beberapa
komponen yang sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran.
Komponen-komponen yang perlu diperhatikan itu adalah, input (masukan), materi
atau kurikulum, guru, metode atau pendekatan dalam mengajar, sarana (media),
lingkungan manusia, dan lingkungan bukan manusia.
Selanjutnya,
Widoyoko (2010: 15) memaparkan bahwa suatu program tidak dapat lepas dari segi
pelaksanaannya, maka evaluasi terhadap suatu program akan menyangkut berbagai
hal yang terkait, baik yang menyangkut kualitas masukan, kualitas proses maupun
kualitas hasil pelaksanaan program Dari hal itu, maka untuk melihat keefektifan
sebuah pembelajaran harus melihat dan mengevalusai setidaknya empat komponen
pembelajaran (contect input- process-product). Selanjutnya peneliti akan
memaparkan berdasarkan urutan sistem, yaitu:
a.
Konteks
(contect) Pembelajaran
Dalam
contect/perencanaan pembelajaran Jihad (2010: 38) menjelaskan bahwa perencanaan
pembelajaran harus memperhatikan penetapan tujuan, merancang strategi
pembelajaran, mempersiapkan sumber daya organisasi, dan rencana logistik dan
melakukan evaluasi pembelajaran. Sa’ud (2005:15) menjelaskan bahwa perencanan
pendidikan/pembelajaran pada dasarnya berpusat pada tiga komponen utama, yaitu:
1)
Dengan
perencanaan itu ditunjukan (visi, misi, dan sasaran) apakah yang harus dicapai?
2)
Bagaimanakah
perencanaan itu dimulai?
3)
Bagaimanakah
cara mencapai tujuan (visi, misi, dan sasaran) yang harus dicapai itu?
Kembali
Sa’ud (2005:33) mengungkapkan bahwa perencanaan dalam sebuah
pembelajaran/organisasi dipandang penting dan diperlukan, ini dikarenakan:
1)
Dengan
adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian
tujuan.
2)
Dengan
perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa
pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan
prospek-prospek perkembangan juga mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko
yang mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat
dibatasi sedini mungkin. Perencanaan memberikan
kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik atau
kesempatan untuk memilih kombinasi yang terbaik.
3)
Dengan
adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan
pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi, termasuk
pembelajaran/pendidikan.
b.
Masukan
(input) Pembelajaran
Input
pembelajaran adalah segala masukan yang dibutuhkan untuk terjadinya proses
pembelajaran guna mendapatkan output yang diharapkan. Input dapat didentifikasi
mulai dari manusia (man), uang (money), material/ bahanbahan
(materisals), metode (methods), dan mesin-mesin (machines)
(Komariah, 2010: 2).
c.
Proses (process)
Pembelajaran
Suatu proses
pembelajaran dikatakan efektif, bila proses tersebut dapat membangkitkan
kegiatan belajar yang efektif. Bagi pengukuran suksesnya mengajar, syarat
utamanya adalah hasilnya, tetapi harus pula diingat bahwa dalam menilai atau
menerjemahkan hasil itu pun secara cermat dan tepat, yaitu dengan memperhatikan
bagaimana prosesnya.
Winarno (Suryosubroto,
2009: 29) memaparkan bahwa, proses pembelajaran adalah proses berlangsungnya
belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di pendidikan di
sekolah. jadi, pelaksanaan pengajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam
rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
pengajaran.
Suryosubroto (2009: 32)
dalam bukunya proses belajar mengajar di sekolah memaparkan beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu: membuka pelajaran,
menyampaikan materi pelajaran, menggunakan metode mengajar, menggunakan alat
peraga, pengelolaan kelas, dan menutup pelajaran.
d.
Hasil
(product) Pembelajaran
Pendidikan
adalah investasi (investment human capital) sehingga keberadaannya harus
terkait dengan hasil atau keluaran yang bermanfaat/ menguntungkan secara finansial
dan sosial. Apabila ditinjau dari sudut lulusan, hasil sekolah atau lembaga
pembelajaran adalah lulusan yang berguna bagi kehidupan, yaitu lulusan yang
berguna untuk dirinya, keluarganya, dan lingkungannya, artinya hasil pendidikan
yang selama ini dijalani siswa untuk menjadi suatu yang berguna dan bermanfaat
(benefit) (Komariah, 2010: 6).
Namun
selain dengan sistem evalausi ada juga yang melihat efektif tidaknya suatu
pembelajaran dengan melihat kreteria-kreteria tertentu yang telah ditentukan
sebelumnya, sebagimana Raiser Robert (Jihad, 2010: 13) memaparkan bahwa
pembelajaran akan efektif apabila melihat kondisi-kondisi dan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1)
Pembelajaran
diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, karena hal ini
diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar (belajar untuk
memahami, belajar untuk berkarya, dan melakukan kegiatan nyata) secara
maksimal.
2)
Isi
pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa karena
pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam prose kontruksi,
dekontruksi dan rekontruksi pengetahuan, sikap, dan kemampuan.
3)
Menyediakan
media dan sumber belajar yang dibutuhkan. Ketersedian media dan sumber belajar
yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar secara konkrit, luas, dan
mendalam. Ini adalah hal yang perlu diupayakan oleh guru yang professional dan
peduli terhadap keberhasilan belajar siswanya.
4)
Penilaian
hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk
menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam bingkai
belajar sepanjang hayat (life long continuing education).
4.
Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran
Untuk
mencapai hasil pembelajaran sebagaimana yang diharapkan, maka perlu
diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain: faktor yang
terdapat dalam diri siswa/ pembelajar (faktor intern), dan faktor yang terdiri
dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara
lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya. Faktor-faktor
tersebut akan penulis uraikan sebagai berikut.
Faktor Intern
Faktor
intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun
yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/ intelegensi,
bakat, minat dan motivasi dari pembelajaran.
a.
Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan
besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar seseorang. Kecerdasan adalah
kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu
dengan cara-cara tertentu. (Ngalim, 2011: 52) Kecerdasan adalah kemampuan
belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang
dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi
yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan
sebaya. Ada kalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang
berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada
usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi
merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa
yang mempunyai intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang
mempunyai tingkat inetelegensi yang rendah. Namun demikian, siswa yang intelegensinya
tinggi belum tentu berhasil dalam belajar, ini dikarenakan belajar adalah suatu
proses yang kompleks, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhinya
(Slameto, 2010: 56).
b.
Bakat
Bakat
adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan
pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto
bahwa “Bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang
berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi)
tertentu. (Ngalim, 2011: 25). Pendapat yang hampir sama dikemukakan Syah yang mengatakan
bakat sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung
pada upaya pendidikan dan latihan.
Dari
beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan
bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk
mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus.
Dalam
proses belajar termasuk belajar membaca Al-Qur`ân, bakat memegang peranan
penting dalam mencapai suatu hasil yang baik. Apalagi seorang guru atau orang
tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya
maka akan merusak keinginan anak tersebut. Tumbuhnya keahlian tertentu pada
seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat
ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi
tertentu.
c.
Minat
Minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa
kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus-menerus yang
disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel minat adalah kecenderungan yang
menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa
senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel, 1996: 24). Selanjutnya Slameto
mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus yang disertai dengan rasa sayang. Kemudian dengan redaksi yang sedikit berbeda
Sardiman mengemukakan minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang
melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan
keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri (Slameto, 2010: 57).
Berdasarkan
pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap pembelajaran
atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari
dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat
seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan
minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.
d.
Motivasi
Motivasi
dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang
mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi
dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.
Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil
jika mempunyai motivasi untuk belajar. Nasution mengatakan motivasi adalah
segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. (Nasution, 1995:
73). Motivasi dalam belajar memiliki 3 fungsi, yaitu mendorong manusia untuk berbuat,
menentukan arah perbuatan dan menyeleksi perbuatan (Sardiman, 85).
Menurut
Hamzah B.Uno motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara
potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan yang dilandasi
tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan motivasi belajar dapat timbul
karena faktor intinsik, yang berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan
kebutuhan belajar, harapan akan cita- cita. Adapun faktor ekstrinsiknya adalah
adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan keinginan belajar
yang menarik (Uno, 2007: 3).
Dari
beberapa pengertian tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah
sesuatu yang kompleks, karena motivasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan energi
dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang didorong karena adanya tujuan,
kebutuhan atau keinginan. Sedangkan secara sederhana motivasi dapat
didefinisikan sebagai dorongan, baik yang berasal dari dalam diri (internal)
ataupun luar (eksternal) individu untuk mencapai tujuan tertetu.
Faktor Ekstern
Faktor
ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang sifatnya di
luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga,
lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya
bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto
Faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah Keadaan keluarga, keadaan
sekolah dan lingkungan masyarakat (Slameto, 2010: 6).
a.
Keadaan
Keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan
dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: Keluarga adalah
lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk
pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu
pendidikan bangsa, negara dan dunia (Slameto, 2010: 60).
Oleh
karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari
keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan
informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang
tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak.
Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian
yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan
dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak
memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b.
Keadaan
Sekolah
Sekolah
merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik
dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi
cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan
kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi
hasil-hasil belajarnya. Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar,
ala-alat pelajaran, kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid,
disiplin sekolah, dan media pendidikan. Berikut penulis akan uraikan
faktor-faktor tersebut.
1)
Guru
dan Cara Mengajar
Menurut
Purwanto faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting, bagaimana
sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh
guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak
didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa Sedangkan
menurut Nana Sudjana dalam Djamarah menyatakan bahwa mengajar pada hakikatnya adalah
suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada
disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik
melakukan proses belajar (Djamarah: 39)
Dalam
sebuah pembelajaran guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan
diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh sebab itu,
guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan
memiliki metode yang tepat dalam mengajar. Dalam kegiatan belajar, guru
berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus
berusaha menhidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi
yang kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru harus efektif dan dimengerti
oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model, tehnik ataupun metode dalam mengajar
yang akan disampaikan kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar dan
disesuaikan dengan konsep yang diajarkan berdasarkan kebutuhan siswa dalam
proses belajar mengajar.
2)
Model
Pembelajaran
Model
pembelajaran sangat penting dan berpengaruh terhadap pembelajaran. Dalam hal
ini model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya terpaku pada satu
model pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang disesuaikan dengan
konsep yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Dimana guru harus bisa
menilih dan menentukan model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam
pembelajaran.
3)
Alat-alat
pelajaran
Untuk
dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar adalah suatu hal
yang tidak kalah pentingnya dalam proses pembelajaran, misalnya perpustakaan,
laboratorium, dan sebagaianya. Menurut Purwanto sekolah yang cukup memiliki
alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara
mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan
alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak (Ngalim, 2004:
105).
4)
Kurikulum
Kurikulum
diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian
besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan
mengembangkan bahan pelajaran itu. Menurut Slameto bahwa kurikulum yang tidak
baik akan berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun prestasi
belajar siswa (Slameto, 2010: 65).
5)
Waktu
Sekolah
Waktu
sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu
sekolah dapat pagi hari, siang, sore bahkan malam hari. Waktu sekolah juga
mempengaruhi belajar siswa. (Slameto, 2010: 68).
6)
Interaksi
guru dan murid
Relasi
antara guru dan siswa harus dijalin dengan baik. Siswa yang suka terhadap guru,
maka kemungkinan siswa tersebut akan suka pula pada pelajarannya. Dan begitu
pun sebaliknya, siswa yang benci terhadap guru, maka kemungkinan siswa tersebut
akan membenci pelajarannya. (Slameto, 2010: 66)
7)
Disiplin
sekolah
Kedisiplinan
sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam
belajar (Slameto, 2010: 68). Kedisiplinan sekolah ini misalnya mencakup
kedisiplinan guru dalam mengajar dengan pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan
pengawas atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan keberhasilan atau
keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.
8)
Media
pendidikan
Kenyataan
saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan
alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula
(Roestiyah, 1989: 152). Media pendidikan ini misalnya seperti buku-buku di
perpustakaan, laboratorium atau media lainnya yang dapat mendukung tercapainya
prestasi belajar dengan baik.
c.
Lingkungan
Masyarakat
Lingkungan
(environment ) juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya
terhadap pembelajaran. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan
lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam
hal ini Kartono berpendapat: “Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran
belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya”. (Kartono, 1996: 5). Apabila
anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan
terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di
sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan
anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan
demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam
pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan
kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa
bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka
kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia
akan turut belajar sebagaimana temannya.
5.
Prinsip-prinsip Belajar
Kehidupan
manusia tidak pernah lepas dari kegiatan yang dinamakan belajar – mengajar.
Manusia harus belajar berbagai aspek untuk mempertahankan hidup, prestasi dan
untuk berbagai kepentingan lainnya. Juga, baik disadari maupun tidak, akan
diajarkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari – hari kepada orang yang
ada di sekeliling kita.
Sering didengar
kata belajar dan mengajar, tetapi apa arti belajar dan mengajar itu. Peserta
didik bertugas belajar, dan guru bertugas mengajar. Pengertian belajar dan
mengajar ini sering kali terasa tidak jelas. Secara umum belajar adalah proses
perubahan perilaku akibat interaksi dengan lingkungan (Atang Kusdinar dkk 1989
: 78 ).
Banyak
teori dan prinsip – prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu
dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip
belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang elative berlaku umum yang dapat
kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu
meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan
mengajarnya.
Berikut
ini prinsip – prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A. B. (1961) adalah
a. Prinsip
Kesiapan
Proses
belajar dipengaruhi kesiapan siswa, yang dimaksud kesiapan siswa ialah kondisi
yang memungkinkan ia dapat belajar.
b. Prinsip
Motivasi
Tujuan
dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu
kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu
dan memelihara kesungguhan.
c. Prinsip
Persepsi
Seseorang
cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi. Persepsi
adalah interpertasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia
dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi
perilaku individu.
d. Prinsip
Tujuan
Tujuan
harus tergambar jelas dalam pikiran dan di terima oleh para siswa pada saat
proses terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak di capai seseorang.
e. Prinsip
Perbedaan Individual
Proses
pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalam kelas dapat
memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi – tingginya. Pengajaran
yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan
seluruh siswa.
f. Prinsip
Transfer dan Retensi
Belajar
dianggap bermanfaat bila seseorng dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar
dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya
akan digunakan dalam situasi yang lain. Proses tersebut dikenal sebagai proses
transfer. Kemampuan seseorng untuk menggunakan lagi hasil belajar di sebut
retensi.
g. Prinsip
Belajar Kognitif
Belajar
kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajar kognitif mencakup
asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah dan keterampilan
memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir,
bernalar, menilai dan berimajinasi.
h. Prinsip
Belajar Afektif
Proses
belajar afektif seseorang menemukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan
pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai, emosi, dorongan, minat dan
sikap.
i. Prinsip
Belajar Evaluasi
Jenis
cakupan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan
selanjutnya pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk
menguji kemajuan dalam mencapai tujuan.
j. Prinsip
Belajar Psikomotor
Proses
belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan
aktivitas raganya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.
Secara Umum, Prinsip-prinsip belajar
berkaitan dengan :
a.
Perhatian Dan
Motivasi
Perhatian
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori
belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin
terjadi belajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ).
b.
Keaktifan
Belajar
Kecendrungan
psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak
mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasi
sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
mengalami sendri.
Mon
Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus
dikerjakan siswa untuk dirmya sendiri. maka inisiatif harus datang dari siswa
sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah (John Dewy 1916. dalam Dak ks,
1937:3 1).
Dalam
setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu
beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati
sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
c.
Keterlibatan
Langsung Dalam Belajar
Di
muka telah dibkarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa yang,
belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerueut
pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar
melalui pengalaman langsung.
d.
Pengulangan
Belajar
Prinsip
belajar yang menekankan perlunya pengulangan yang dikemukakan oleh teori
Psikologi Dava. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada
pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat. mengkhayal,
merasakan. berpikir. dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka
dasya-daya tersebut akan berkembang.
e.
Sifat Merangsang
Dan Menantang Dari Materi Yang Dipelaiari
Teori
Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa dalam, situasi belajar
berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan
yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan
itu yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut.
C.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka
dapat disusun beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Efektivitas
berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan
waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Masalah efektivitas biasanya
berkaitan erat dengan tingkat perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan
dengan rencana yang telah disusun
2.
Dalam
hal melihat efektif tidaknya suatu pembelajaran harus melihat beberapa komponen
yang sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Komponen-komponen yang
perlu diperhatikan itu adalah, input (masukan), materi atau kurikulum, guru,
metode atau pendekatan dalam mengajar, sarana (media), lingkungan manusia, dan
lingkungan bukan manusia
3.
Faktor- faktor yang
mempengaruhi pembelajaran terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor
internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi
balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial
dan factor lingkungan nonsosial. Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat. Faktor-faktor
eksternal yang meliputi lingkungan social diantaranya faktor sekolah,
masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor eksternal lingkungan non-sosial
diantaranya lingkungan alamiah, instrumental, dan mata pelajaran.
4. Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan
sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara
pendidik dengan peserta didik. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya
pembelajaran, baik bagi siswa maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang
diinginkan. Diantara
prinsip-prinsip belajar adalah Prinsip Kesiapan (Readinees), Prinsip Motivasi (Motivation), Prinsip Persepsi, Prinsip Tujuan, Prinsip Perbedaan
Individual, Prinsip Transfer dan Retensi, Prinsip Belajar Kognitif, Prinsip Belajar Afektif,
Belajar Evaluasi dan Prinsip Belajar Psikomotor.
DAFTAR
PUSTAKA
Abin Syamsudin Makmun dan Udin Syaefudin sa'ud.
(2005).
Perencanaan. Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Arikunto,
Suharsimi. (2003) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Atang Kusdinar dkk., 1989. Pendekatan
Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Karya.
Dimyati, 2006, Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamzah
B Uno, (2007) Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2010. Evaluasi Pembelajaran.
Yogyakarta: Multi.
M Ngalim
Purwanto, (1987) Psikologi Pendidikan, Bandung: Remadja Karya.
Ngalim
Purwanto, (2011) Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oemar
Hamalik. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar
Mengajar. Bandung : PT Bumi Aksara
Paulina, Panen, 2003. Belajar dan
Pembelajaran, Jakarta : UT.
Slameto,
(2010) Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.
Suryosubroto.
(2009).
Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT Rineka. Cipta.
Syahidin. (2005).
Aplikasi Metode Pendidikan Qurani Dalam Pembelajaran di Sekolah.
Tasikmalaya; Ponpes Suryalaya
Widoyoko,
Eko Putra. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
No comments:
Post a Comment