Prinsip-prinsip pengembangan
rencana pembelajaran yang harus dipahami oleh tenaga pendidik PAUD :
1. Sesuai Dengan Tahap
Perkembangan Anak
Rencana pembelajaran disusun
untuk memberikan panduan dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan anak. Dengan kata lain penyusunan rencana pembelajaran harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Rencana pembelajaran yang tidak
sesuai dengan tahap perkembangan anak tidak atau kurang memberi manfaat bagi
pengembangan kemampuan anak.
Sebagai contoh untuk kelompok
anak usia 2 tahun yang sudah dapat berjalan dengan lancar, rencana pembelajaran
yang berisi latihan berdiri tentunya tidak menantang anak untuk berkembang
lebih lanjut. Sebaliknya untuk kelompok anak tersebut yang belum mengenal
warna, kegiatan untuk membuat pola warna tidak akan dapat dicapai anak.
Mengetahui tahap perkembangan
kelompok usia anak dapat merujuk pada Standar Perkembangan.
2. Memenuhi Kebutuhan Belajar
Anak
Selain memperhatikan tahap
perkembangan anak, rencana pembelajaran juga harus dapat memenuhi kebutuhan
belajar anak secara individu karena setiap anak memiliki gaya belajar yang
berbeda. Meskipun pada umumnya anak pada kelompok usia tertentu ada dalam tahap
perkembangan yang sama, tetapi pada kenyataannya setiap anak memiliki kekhasan
masing-masing. Oleh karena itu dalam menyusun rencana pembelajaran perlu juga
memperhatikan kekhasan anak secara individu.
Memahami kekhasan dan kebutuhan
pembelajaran masing-masing anak dapat dilakukan melalui Deteksi Dini Tumbuh
Kembang (DDTK) di saat anak baru masuk program, atau dengan cara mengamati saat
anak main. DDTK adalah sekelompok instrumen yang digunakan untuk mendeteksi
tahap perkembangan anak. Apabila perencanaan pembelajaran disusun setelah
dilakukan penilaian, maka hasil penilaian perkembangan anak dapat dijadikan
dasar untuk membuat perencanaan pembelajaran berikutnya.
3. Menyeluruh (meliputi semua aspek
perkembangan)
Rencana pembelajaran yang
disusun harus mencakup semua aspek perkembangan anak yang meliputi: moral dan
nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian, bahasa, kognitif,
fisik/motorik dan seni sebagai satu kesatuan kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan. Pada pendidikan anak usia dini pengembangan setiap aspek
perkembangan disampaikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu dengan
menggunakan tema. Contoh: dengan tema pembelajaran ”Aku”, aspek yang
dikembangkan mencakup moral dan nilai-nilai agama (mengenal aku sebagai
ciptaan Tuhan), bahasa (menambah kosa kata tentang aku, menceritakan
keluargaku, dll), kognitif (menghitung jumlah anggota tubuh), sosial emosional
(mengenal kesukaan dan ketidaksukaanku), dan seterusnya.
4. Operasional
a. Tujuan Jelas dan dapat diukur:
Perencanaan yang dibuat harus
berisi tujuan yang jelas dan ingin dicapai dalam pembelajaran. Seperti yang
dipaparkan di depan, tujuan yang ingin dicapai mencakup pengembangan semua
kemampuan anak. Penetapan indikator yang ingin dicapai dalam rencana
pembelajaran harus bertahap dan berkelanjutan, dimulai dari indikator paling
sederhana, konkrit ke yang lebih rumit. Jumlah indikator yang ditetapkan dalam
tujuan pun harus dibatasi sesuai dengan kemampuan.
Tujuan yang dituangkan dalam
rencana pembelajaran pun harus dapat terukur, konkrit, dan dapat diamati.
b. Dapat Dilaksanakan:
Perencanaan disusun sebagai
acuan pelaksanaan pembelajaran, karena itu penyusunan rencana pembelajaran
harus dipastikan dapat diterapkan dalam pembelajaran yang menyenangkan bagi
anak. Agar perencanaan dapat laksanakan maka harus memperhatikan sumber daya
yang ada (SDM, sarana dan prasarana, lingkungan/muatan lokal), serta sesuai
dengan tahapan perkembangan anak.
5. Mengoptimalkan Potensi
Lingkungan
Salah satu tujuan PAUD adalah
mengembangkan kemampuan anak dalam mengenal lingkungan sekitarnya. Dengan kata
lain anak diharapkan peka terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Anak dapat
melihat lingkungan sebagai pusat sumber belajar, sebagai potensi yang harus
dioptimalkan dan sebagai wahana yang harus dijaga kelestariannya. Karena itu
pengembangan rencana belajar untuk PAUD harus berakar pada lingkungan yang ada
di sekitar anak.
Lingkungan yang dimaksud disini
meliputi, lingkungan fisik yakni orang-orang yang ada di sekitar anak (guru,
pengelola, orang tua, masyarakat), benda-benda, tumbuhan, binatang, dan
bangunan sekitarnya, cuaca, alam sekitar. Selain lingkungan fisk juga perlu
memperhatikan lingkungan non fisik, yakni adat, budaya, nilai-nilai keagamaan,
seni, bahasa, dan lainnya.
Lingkungan fisik maupun non
fisik tersebut diatas menjadi sumber belajar yang tidak ada habisnya
untuk diolah menjadi bagian dari perencanaan pembelajaran bagi anak usia dini.
Contoh:
Tema
: Tempat Beribadah,
Sub tema : Masjid
Kegiatan yang akan dilaksanakan:
· Mendiskusikan
perilaku yang diharapkan selama ada di masjid, kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan di masjid.
· Mengajak
anak langsung mengunjungi masjid untuk mengamati seluruh bagian bangunan
masjid.
· Memberi
kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pengalamannya tentang masjid
kedalam kegiatan-kegiatan seperti: melukis, menggambar, menyusun balok, bermain
pasir, membentuk dengan playdough, menggunting, menyusun puzle, dll.
Mengoptimalkan potensi
lingkungan juga dapat diartikan dengan memanfaatkan semua benda dan alat yang
ada di lingkungan sebagai APE yang dapat dikembangkan sendiri oleh guru bersama
anak sebagai salah satu alternatif mengatasi kekurangan atau keterbatasan APE yang
dimiliki.
No comments:
Post a Comment