Sebagaimana telah diuraikan pada
bab sebelumnya bahwa perilaku-perilaku bermasalah pada anak-anak yaitu perilaku
anak-anak menyimpang dari anak-anak normal dan frekuensi dari perilaku tersebut
sudah termasuk sering yang dapat dilihat dari dampaknya.
Di samping frekuensi dan
intensitas, tiga aspek perlu diperhatikan yakni derajat kekronisan, konstelasi,
dan konteks sosial dari perilaku bermasalah. Kekronisan mengacu pada seberapa
mendalam permasalahan tersebut dilihat dari akar perilaku bermasalah. Aspek
konstelasi yakni keterkaitan satu perilaku bermasalah dengan perilaku yang
lain. Aspek konteks sosial menyangkut pertimbangan bahwa setiap kelompok sosial
memiliki norma perilaku sendiri.
Timbulnya permasalahan pada
perkembangan perilaku anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, dimana setiap
faktor tersebut saling melengkapi antar satu faktor dengan faktor lainnya.
Paling tidak terdapat tiga faktor yang menjadi sebab timbulnya yaitu faktor
biologis, faktor lingkungan keluarga dan faktor lingkungan sosial.
11
|
Keadaan keluarga tertentu yang
bisa menyebabkan masalah emosional pada anak-anak. Hetherington (Izzati, 2005:82) menyebutkan
bahwa “anak laki-laki dari keluarga yang bercerai, dibandingkan dengan anak
perempuan dan anak-anak dari keluarga lengkap, menunjukkan angka behavior disorder (masalah perilaku)
yang lebih tinggi dan masalah-masalah dalam hubungan antar personal di rumah
dan di sekolah dengan guru”.
Lingkungan sosial dimana anak
tersebut tumbuh dan berkembang juga memberikan dampak. Satu dimensi dalam
lingkungan sosial yang Nampak berpengaruh dalam membentuk pola-pola perilaku
anak-anak adalah fenomena modeling,
dengan meniru perilaku orang lain. Anak-anak yang menonton model atau teladan
yang agresif yang dihargai atas keagresifannya cenderung menjadi lebih agresif
sendiri.
Anak-anak yang melihat model
yang menetapkan standar tinggi dan menghargai dirinya, secara hemat akan
berperilaku serupa. Perilaku dari model berpengaruh dalam pengembangan control
diri anak.
No comments:
Post a Comment