INTERAKSI SOSIAL
Standar kompetensi : Memahami keteraturan hidup
sesuai dengan nilai dan norma
yang berlaku
dalam masyarakat.
Kompetensi dasar :
Siswa mampu mendeskripsikan proses interaksi sosial sebagai
dasar
pengembangan pola keteraturan dan dinamika
kehidupan
sosial
Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini
diharapkan siswa mampu :
-
Mendeskripsikan pengertian
interaksi sosial
-
Menjelaskan ciri-ciri
interaksi sosial
-
Menjelaskan
syarat-syarat terjadinya interaksi sosial
-
Mendeskripsikan Faktor-faktor
pendorong interaksi sosial
-
Membedakan
interaksi sosial yang asosiatif dan disosiatif
A. PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL
Manusia
merupakan makhluk hidup yang telah mencapai taraf rasional. Berdasarkan pertimbangan budi pekerti dan rasional,
manusia selalu memerhatikan orang-orang di sekitarnya dalam bertindak. Tindakan
manusia selalu memiliki tujuan. Tindakan manusia dibedakan menjadi dua, yakni tindakan subjektif dan tindakan objektif. Tindakan subjektif hanya
dapat dipahami oleh orang, sedangkan tindakan objektif adalah tindakan yang
dapat dipahami orang lain.
Menurut Max
Weber, tindakan sosial adalah tindakan individu yang memengaruhi
individu-individu lain dalam masyarakat dan merupakan tindakan bermakna.
Tindakan bermakna adalah tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan
keberadaan orang lain.
Hubungan
individu dengan orang lain menimbulkan jenis-jenis tindakan sosial.
- Tindakan rasional instrumental
adalah tindakan sosial yang dilakukan oleh seseorang dengan memperhitungkan
kesesuaian cara yang digunakan dengan tujuan yang hendak dicapai.
- Tindakan rasional
berorientasi nilai adalah tindakan rational yang berdasarkan pada pertimbangan
nilai-nilai dasar yang baik dalam kehidupan masyarakat.
- Tindakan tradisional
adalah tindakan yang dilakukan karena sudah ada dan dianggap baik secara
turun temurun.
- Tindakan afektif,
adalah tindakan yang dilakukan karena perasaan atau emosi atau afeksi yang
ada dalam diri orang yang melakukannya.
Interaksi
sosial merupakan titik tolak dalam semua kegiatan sosial. Tanpa adanya
interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi kehidupan bersama. Interaksi sosial
merupakan dasar proses sosial pada bentuk hubungan sosial yang dinamis.
Proses
sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika secara perseorangan
atau kelompok, manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk
hubungan tersebut. Proses sosial merupakan suatu pengaruh timbal balik dalam
kehidupan bersama.
Menurut
Kimball Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan
sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antarindividu, antara individu
dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.
Dalam
kenyataan sehari-hari terdapat tiga macam cakupan dalam definisi interaksi
sosial yaitu sebagai berikut :
- Interaksi
antara individu dengan individu
Individu
yang satu memberikan pengaruh, rangsangan atau stimulus kepada individu
lainnya. Sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan memberikan reaksi,
tanggapan atau respon. Wujud interaksi ini dapat bentuk berjabat tangan, saling
menegur, bercakap-cakap atau mungkin bertengkar.
- Interaksi
antara individu dengan kelompok
Secara
konkret bentuk interaksi sosial antara individu dengan kelompok bisa dilihat
pada contoh: seorang guru sedang mengajari siswa-siswanya di dalam kelas, atau
seorang orator yang sedang berpidato di depan orang banyak.
- Interaksi
antara kelompok dengan kelompok
Bentuk
interaksi seperti ini menunjukkan bahwa kepentingan individu dalam kelompok
merupakan satu kesatuan berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok
lain. Contoh lain adalah interaksi para peserta Konferensi Tingkat Tinggi
Gerakan Negara-Negara Nonblok.
B.
Ciri-Ciri
Interaksi Sosial
Apabila
kita ingin memahami lebih mendalam tentang interaksi sosial, maka kita perlu
mengetahui ciri-ciri interaksi sosial. Beberapa ciri yang dapat dikenali adalah
sebagai berikut:
- Jumlah pelakunya lebih dari
satu orang.
- Terjadinya komunikasi di antara
pelaku melalui kontak sosial.
- Mempunyai maksud atau tujuan
yang jelas.
- Dilaksanakan melalui suatu
pola sistem sosial tertentu.
Secara
ideal pola yang melandasi interaksi sosial memiliki beberapa syarat antara lain
sebagai berikut:
- Tujuan yang jelas
- Kebutuhan yang jelas dan
bermanfaat
- Adanya kesesuaian dan berhasil
guna, serta
- Adanya kesesuaian dengan kaidah-kaidah
sosial yang berlaku
Apabila
pola ideal tersebut benar-benar melandasi hubungan interaksi sosial dalam kehidupan
masyarakat, maka akan tercipta suatu keteraturan sosial. Sebaliknya apabila
pola ideal tersebut dilanggar, maka akan tercipta ketidakteraturan sosial yang
akan menggoyahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat.
C.
Syarat
Terjadinya Interaksi Sosial
Syarat-syarat
terjadinya interaksi sosial ada dua yaitu kontak sosial dan komunikasi:
- Kontak
Sosial
Istilah
kontak berasal dari bahasa Latin, con
atau cun yang berarti bersama-sama,
dan tango atau tangere, yang berarti menyentuh. Jadi, pengertian kontak adalah
sama-sama menyentuh secara fisik atau terjadi persentuhan secara badaniah.
Kontak
sosial dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu :
a.
Kontak antara individu dengan individu
b.
Kontak antara individu dengan kelompok atau kelompok
dengan individu dan
c.
Kontak yang terjadi antara kelompok dengan kelompok
Namun kontak yang terjadi belum tentu terbentuk hubungan timbal balik.
Kontak sosial tidak dilihat dari suatu tindakan yang dilakukan, tetapi
bagaimana tanggapan atas tindakan tersebut.
Klasifikasi bentuk kontak sosial
Klasifikasi
bentuk kontak sosial ada dua macam
a. Kontak negatif dan kontak positif
1)
Kontak negatif terjadi jika salah satu dari pihak yang
menjalin kontak sosial tidak menanggapi. Misal, pedagang menawarkan
dagangannya, sedangkan konsumen mengabaikannya atau bahkan menghindar.
2)
Kontak positif terjadi jika reaksi positif dari
pihak-pihak yang nejalin kontak. Misalnya, pedagang menawarkan dagangannya dan
pembeli menawarnya sehingga terjadi kesepakatan.
b. Kontak primer dan kontak sekunder
1)
Kontak primer terjadi jika kontak terjalin melalui
tatap muka atau hubungan secara langsung. Misalnya, dua orang saling berjabat
tangan atau saling melemparkan senyuman.
2)
Kontak sekunder terjadi jika kontak yang terjalin
tidak secara langsung tetapi melalui perantara. Misalnya menelepon atau
berkirim surat.
- Komunikasi
Komunikasi
adalah pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang
atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Komunikasi dapat efektif
apabila pesan yang disampaikan ditafsirkan sama oleh pihak penerima pesan
tersebut.
Komponen
komunikasi meliputi :
a.
Pengirim atau komunikator (sender)
adalah phak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain,
b.
Penerima atau komunikan (receiver)
adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain,
c.
Pesan (message) adalah isi
atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak ke pihak lain,
d.
Umpan balik (feed back) adalah
tanggapan dari penerima pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
Proses komunikasi dapat berlangsung sebagai berikut. Komunikator (sender) berkomunikasi dengan orang lain
dengan mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang
disampaikan bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol
yang bisa dimengerti oleh kedua pihak pesan itu disampaikan melalui suatu media
atau saluran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikan (receiver) menerima pesan yang
disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang
dimengerti kedua belah pihak. Selanjutnya, komunikasi (receiver) memberikan
umpan balik (feed back) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya.
D.
Faktor-faktor Pendorong Interaksi
Sosial
Setiap
interaksi sosial akan melibatkan beberapa komponen, sepeti adanya stimulan atau
rangsangan yang mendorong seseorang untuk memberikan respon. Respon merupakan
tanggapan yang muncul karena adanya stimulan baik stimulan yang aktif maupun
stimulan yang pasif.
- Imitasi
Imitasi
adalah suatu tindakan seseorang untuk meniru segala sesuatu yang ada pada orang
lain. Hal ini disebabkan oleh adanya minat dan perhatian terhadap objek atau
subjek yang akan ditiru serta adanya sikap menghargai dan mengagumi pihak lain
yang dianggap cocok.
Imitasi
pertama kali akan terjadi dalam sosialisasi keluarga. Misalnya seorang anak
sering meniru kebiasan-kebiasaan orangtuanya seperti cara berbicara dan
berpakaian. contoh yang paling jelas
antara lain gaya dan mode berpakaian di kalangan remaja di kota-kota besar.
Proses
imitasi akan mengarah kepada hal-hal yang positif maupun kepada hal-hal yang negatif.
Apabila mengarah keapda hal-hal yang positif akan menghasilkan dampak yang
positif pula. Kondisi masyarakatnya akan bertambah stabil dan harmonis, yang
pada akhirnya akan menciptakan keselarasan dan keteraturan sosial.
- Identifikasi
Identifikasi
erat kaitannya dengan imitasi. Identifikasi merupakan upaya yang dilakukan
seseorang untuk menjadi sama (identik) dengan orang yang ditirunya, baik dari
segi gaya hidup maupun perilakunya.
Proses
identifikasi tidak hanya terjadi pada peniruan pola perilaku saja, tetapi juga
melalui proses kejiwaan yang sangat dalam.
- Sugesti
Sugesti adalah
rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain
sedemikian rupa sehingga orang yang diberi sugesti tersebut menurut atau
melaksanakan apa yang disugestikannya itu tanpa berpikir lagi secara kritis dan
rasional.
Contohnya, obat
yang harganya mahal yang merupakan produk impor dianggap pastii manjur
menyembuhkan penyakit. Anggapan ersebut merupakan sugesti yang muncul akibat
harga obat yang mahal dan embel-embel produk luar negeri.
Contoh
lainnya adalah sebagai berikut :
a.
Seorang yang menderita penyakit menahun akan mudah tersugesti
untuk pergi ke duku daripada berobat tekun ke dokter.
b.
Seorang remaja putus sekolah akan dengan mudah
ikut-ikutan terlibat “kenakalan remaja” tanpa memikirkan akibatnya kelak.
- Motivasi
Motivasi adalah
dorongan, rangsangan, pengaruh atau stimulus yng diberikan seseorang kepada
orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut
menuruti atau melaksanskan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan
penuh rasa tanggung jawab.
Wujud
motivasi bisa dilihat dari berbagai contoh sikap atau perilaku, pendapat, saran
dan petanyaan. Pemberian tugas dari seorang guru kepada murid-muridnya
merupakan salah sau bentuk motivasi supuaya mereka mau belajar dengan rajin dan
penuh rasa tangung jawab. Contohnya guru, seorang keapa desa, atau ayah yang
disegani keluarganya.
- Simpati
Simpati
meriupakan sikap keteratiraikan seseorang terhadap orang alin. Sikap ini timubl
karena danya keseuaian nilai yang dinaut oeh kedua belah pihak,seperti pola
piker, kebijakan atau penampilannya.
Perasaan
simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau sekelompok orang, atau
suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. Misalnya, pada peringatan ulang
tahun, pada saat lulus ujian, dan pada saat kenaikan jabatan.
- Empati
Empati hampir
mirp dengan sikap simpati. Perbedaannya sikap empati lebih menjiwai atau lebih
terlihat secara emosional. Misalnya jika kita melihat keluarga atau kerabat
kita tekena musibah, sikap empati membuat kita seolah – olah ikut merasakan
penderitaan akibat musibah tersebut.
E.
Bentuk-Bentuk
Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk
interaksi sosial ada dua macam, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif.
Berikut penjelasannya satu persatu.
- Proses Asosiatif
Proses
asosiatif adalah interaksi sosial yang mengarah pada keteraturan sosial. Proses
asosiatif meliputi hal-hal berikut.
a. Kerja sama (cooperation)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok
untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama berawal dari kesamaan orientasi. Kerja
sama akan bertambah erat jika ada tindakan yang menyinggung kesetiaan secara tradisional
atau institusional yang telah telah tertanam. Kerja sama dapat menghasilkan sesuatu
yang konstruktif (membangun), tetapi kemungkinan bisa juga destruktif (merusak)
kerja sama dapat bersifat agresif jika suatu kelompok mengalami kekecewaan
dalam jangka waktu yang lama akibat rintangan – rintangan dari luar kelompok.
Kerja sama
dapat berbentuk empat macam :
1)
Kerja sama spontan, yaitu kerja sama yang terjadi secara
serta merta.
2)
Kerja sama langsung, yaitu kerja sama sebagai hasil
dari perintah atasan kepada bawahan atau penguasa terhadap rakyatnya.
3)
Kerja sama kontrak, yaitu kerja sama atas dasar
syarat-syarat atau ketetapan tertentu yang disepakati bersama.
4)
Kerja sama tradisional, yaitu kerja sama sebagian atau
unsur-unsur tertentu dari sistem sosial.
b. Akomodasi (Acomodation)
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri dari orang per orang atau
kelompok-kelompok manusia yang semua saling bertentangan sebagai upaya untuk
mengatasi ketegangan-ketegangan. Bentuk-bentuk akomodasi meliputi hal-hal
berikut.
1)
Koersi adalah
bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu kepada
pihak lain yang lebih ramah.
2)
Kompromi adalah bentuk
akomodasi kedua belah pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi
tuntutan agar tercapai suatu penyesuaian.
3)
Arbitrasi adalah
suatu bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai
kompromi sendiri, untuk itu diundang pihak ketiga yang netral untuk melerai.
4)
Mediasi adalah suatu
bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi, namun pihak ketiga
bertindak sebagai penengah tidak memiliki wewenang untuk memberi keputusan
penyelesaian perselisihan tersebut.
5)
Konsiliasi adalah
bentuk akomodasi untuk mempertemukan keinginan-keingina dari pihak-pihak yang
berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
6)
Toleransi adalah
bentuk akomodasi tanpa pesetujuan yang resmi. Toleransi terjadi karena adanya
keinginan-keinginan untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari perselisihan
yang saling merugikan kedua belah pihak.
7)
Stalemate, adalah
bentuk akomodasi ketika kelompok yang terlibat pertentangan mempunyai kekuatan
seimbang, sehinga keduanya berhenti pada suatu titik tertentu.
8)
Ajudikasi adalah
suatu bentuk akomodasi dalam bentuk penyelesaian masalah melalui jalur
pengadilan (hukum)
c. Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial pada tahap lanjut, artinya asimilasi
terhadap setelah melewati tahap kerja sama dan akomodasi, suatu asimilasi
ditandai dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. asimilasi
menghasilkan semakin tipisnya perbedaan antara individu dalam suatu kelompok.
Asimilasi
dapat terbentuk jika memnuhi tiga persyaratan yaitu :
1)
Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan
yang berbeda,
2)
Terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara
intensif dan dalam waktu yang relatif lama,
3)
Kebudayaan setiap kelompok tersebut saling berubah dan
menyesuaikan diri
Faktor yang
mendorong terjadinya asimilasi antara lain:
1)
Toleransi diantara sesama kelompok yang berbeda
kebudayaan
2)
Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi
3)
Kesediaan menghormati dan menghargai orang asing dan
kebudayaan yang dibawanya
4)
Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5)
Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan universal
6)
Perkawinan antarkelompok yang berbeda budaya
7)
Mempunyai musuh yang sah dan meyakini kekuatan
masing-masing untuk menghadapi musuh tersebut.
Faktor – Faktor
yang menghalangi asimilasi, antara lain:
1)
Kelompok yang terisolasi/terasing
2)
Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi,
3)
Prasangka negatif terhadap kebudayaan baru,
4)
Perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih
tinggi daripada kebudayaan kelompok lain
(sikap etnosentrisme = sikap yang memandang rendah kebudayaan lain)
5)
Perbedaan ciri-ciri disik
6)
Perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada
kebudayaan kelompok,
7)
Golongan minoritas mengalami gangguan oleh kelompok penguasa
(mayoritas).
d. Akulturasi (Acculturation)
Akulturasi atau cultre contact
(kontak kebiasaan ) merupakan proses sosiall yang timbul akibat suatu kebiasaan
menerima unsur-unsur dari suatu kebiasaan asing tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebiasaan
sendiri.
Proses akulturasi sudah terjadi sejak zaman dahulu dalam sejarah
kebudayaan manusia. Migrasi antarkelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda
telah menyebabkan individu-individu dalam kelompok itu dihadapkan dengan unsur kebiasaan
asing. Bangsa Indonesia paling tidak
telah mengalami tiga kontak kebudayaan asing yang besar, yaitu sebagai berikut.
1)
Kontak dengan kebudayaan
Hindu-Budha pada zaman kuno (abad ke 1-15)
2)
Kontak dengan kebudayaan Islam pada zaman madya (abad
15-17)
3)
Kontak dengan kebudayaan Barat pada zaman baru (abad
17-20)
Masing-masing kontak kebudayaan tersebut telah menghasilkan proses
akulturasi berikut ini :
1)
Akulturasi Indonesia-Hindu/Budha
2)
Akulturasi Indonesia-Islam
3)
Akulturasi Indonesia-Barat
Contoh akulturasi Indonesia-Hindu/Budha adalah masuknya epos Ramayana
atau Mahabrata dalam cerita wayang. Contoh lainnya adalah terdapatnya
arsitektur candi lama bangunan keagamaan di Indonesia. Contoh akulturasi
Indonesia-Islam adalah masuknya unsur arsitektur masjid dari Timur Tengah yang
melengkapi bangunan keagamaan di Indonesia. Contoh akulturasi Indonesia-Barat adalah
perpaduan budaya Indonesia-Barat dalam bidang kesenian, arsitektur, perdagangan,
pendiidkan dan politik
- Proses Disosiatif
Interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang
menghasilkan sebuah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif
antara lain sebagai berikut :
a.
Persaingan
(competition)
Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok
sosial tertentu agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa
menimbulkan ancaman atau benturan fisik.
Konsepsi tesebut merupakan definisi persaingan dalam arti persaingan yang
“sehat” dengan pola aturan main yang wajar. Dalam kenyataan masyarakat,
terutama di bidang bisnis dan politik, sering kita temukan pola persaingan
bebas yang “tidak sehat” dengan menghalalkan segala cara demi tercapainya
kemenangan.
Persaingan memiliki fungsi yang dinamis yaitu :
1)
Menyalurkan daya kreativitas yang dinamis
2)
Menyalurkan daya juang yang sifatnya kompetitif
3)
Memberikan stimulus atau rangsangan dinamis untuk
berprestasi secara optimal
4)
Menyeleksi penempatan atau kedudukan seseorang dalam
hierarki organisasi secara tepat sesuai dengan kemampuannya (the right man in the right place)
5)
Menghasilkan spesialisasi keahlian yang menghasilkan sistem
pembagian kerja secara efektif
Ruang
lingkup persaingan meliputi berbagai bidang berikut ini.
1)
Sosial ekonomi, seperti bidang perdagangan.
2)
Sosial budaya, seperti bidang kesenian dan
keolahragaan.
3)
Sosial politik, seperti bidang pemerintahan dan
organisasi politik
4)
Keagamaan, misalnya di antara kelompok-kelompok atau
sekte yang berlainan paham keagamaannya.
Suatu
persaingan diharapkan dapat menghasikan:
1)
Perubahan sikap dan kepribadian dapat menghasilkan;
2)
Daya juang yang dinamis dan progresif,
3)
Timbulnya rasa percaya diri dan
4)
Makin kokohnya solidaritas dan kebanggaan kelompok.
b. Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan
dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak
senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan
terhadap perorangan atau kelompok maupun terhadap unsur-unsur kebiasaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah
menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
Kontravensi
memiliki lima bentuk, yaitu sebagai berikut:
1)
Kontravensi yang bersifat umum, seperti penolakan, keengganan,
gangguan terhadap pihak lain, pengacauan rencana pihak lain dan perbuatan
kekerasan.
2)
Kontravensi yang bersifat sederhana, seperti
memaki-maki, menyangkal pihak lain, mencerca, memfitnah dan menyebarkan surat
selebaran.
3)
Kontravensi yang bersifat intensif, seperti:
penghasutan, penyebaran desas-desus, dan mengecewakan pihak lain.
4)
Kontravensi yang bersifat rahasia, seperti:
mengumumkan rahasia pihak lain dan berkhianat.
5)
Kontravensi yang bersifat taktis, seperti: intimidasi,
provokasi, mengejutkan pihak lawan dan mengganggu atau membingungkan pihak
lawan.
Tipe-tipe
umum Kontravensi meliputi berikut ini:
1)
Kontravensi yang menyangkut generasi, misalnya
perbedaan pendapat antara golongan tua dengan golongan muda.
2)
Kontravensi yang menyangkut perbedaan jenis kelamin,
misalnya perbedaan pendapat antar golongan wanita dan golongan pria.
3)
Kontravensi parlementer, misalnya pertentangan
golongan mayoritas dengan minoritas di masyarakat.
c. Pertentangan atau Konflik Sosial
Pertentangan atau konflik sosial adalah proses sosial antar perseorangan
atau kelompok masyarakat tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan
yang sangat mendasar sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang
pemisah di antara mereka. Upaya untuk memenuhi tujuan mereka dilakukan secara tidak
wajar dan tidak konstitusional yang saling menjatuhkan.
Sebab-sebab
munculnya konflik antara lain sebagai berikut:
1)
Perbedaan pendapat
2)
Perselisihan paham yang berkepanjangan yang mengusik
harga diri serta kebanggaan masing-masing pihak.
3)
Benturan kepentingan yang sama
4)
Perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat
yang berlainan kebudayaan.
5)
Perbedaan kepentingan politik, baik dalam satu negara
ataupun antarnegara.
Adapun
bentuk-bentuk konflik atau pertentangan, antara lain sebagai berikut:
1)
Konflik pribadi, yaitu konflik antarindividu yang
ditandai dengan rasa saling benci terhadap pihak lawan.
2)
Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi karena
adanya perbedaan ciri-ciri fisik kebiasaan. Misalnya pertentangan antara ras
kulit putih dan ras kulit hitam (negro)
3)
Konflik antarkelas sosial, konflik yang terjadi karena
adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial. Misalnya konflik antara
majikan dan buruh
4)
Konflik politik, misalnya konflik antar pendukung
parpol dalam pemilu.
5)
Konflik internasional, pertentangan yang terjadi
akibat perbedaan kepentingan antarnegara yang akhirnya menyangkut kedaulatan
Negara.
Akibat yang
timbul dari suatu pertentangan (konflik) antara lain sebagai berikut:
1)
Bertambahnya solidaritas kelompok.
2)
Berubahnya sikap atau kepribadian, baik yang mengarah
kepada hal-hal yang bersifat positif maupun negatif.
3)
Terjadinya perubahan sosial yang mengancam keutuhan kelompok.
4)
Jatuhnya korban manusia, rusak dan hilangnya harta benda
jika terjadi benturan fisik.
5)
Terjadinya negosiasi di antara pihak-pihak yang bertikai
6)
Timbulnya dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak
lain.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau memperbaiki situasi, antara
lain sebagai berikut :
1)
Kompromi, yaitu
kedua belah pihak yang bertikai saling mengalah. Mereka saling memberi dan
menerima kebijakan tertentu tanpa adanya paksaan.
2)
Toleransi, yaitu sikap
saling menghargai dan menghormati pendirian masing-masing pihak.
3)
Konversi, yaitu salah
satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
4)
Coersion, yaitu
penyelesaian konflik melalui suatu proses yang dipaksakan.
5)
Mediasi, yaitu penyelesaian suatu konflik dengan
mengundang pihak ketiga yang netral dan berfungsi sebagai penasihat.
6)
Arbitrase, yaitu penyelesaian
konflik melalui pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bertikai.
7)
Konsiliasi, yaitu
usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai dalam suatu perundingan
agar diperoleh persetujuan bersama.
8)
Ajudikasi, yaitu
penyelesaian konflik di pengadilan
9)
Segregasi, yaitu upaya
untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar di antara pihak-pihak yang
bertikai dalam rangka mengurangi ketegangan dan menghilangkan konflik.
10) Gencatan Senjata, penangguhan konflik untuk
jangka waktu tertentu sambil mengupayakan terselenggaranya upaya-upaya penyelesaian
konflik.
Berbagai bentuk hubungan diatas dapat mendorong terciptanya
lembaga-lembaga sosial, baik lembaga formal maupun nonformal, mendorong
terbentuknya kelompok-kelompok dengan kepentingan tertentu, serta organisasi-organisasi
sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat.
No comments:
Post a Comment