Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Saturday, July 14, 2018

RANGKUMAN MATERI SOSIOLOGI KELAS X (INTERAKSI SOSIAL)

INTERAKSI SOSIAL


Standar kompetensi                : Memahami keteraturan hidup sesuai dengan nilai dan norma   
  yang berlaku dalam masyarakat.

Kompetensi dasar                   : Siswa mampu mendeskripsikan proses interaksi sosial sebagai
  dasar pengembangan pola keteraturan dan dinamika
  kehidupan sosial
Tujuan pembelajaran            
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini diharapkan siswa mampu :
-          Mendeskripsikan pengertian interaksi sosial
-          Menjelaskan ciri-ciri interaksi sosial
-          Menjelaskan syarat-syarat terjadinya interaksi sosial
-          Mendeskripsikan Faktor-faktor pendorong interaksi sosial
-          Membedakan interaksi sosial yang asosiatif dan disosiatif


A.       PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL
Manusia merupakan makhluk hidup yang telah mencapai taraf rasional. Berdasarkan  pertimbangan budi pekerti dan rasional, manusia selalu memerhatikan orang-orang di sekitarnya dalam bertindak. Tindakan manusia selalu memiliki tujuan. Tindakan manusia dibedakan menjadi dua, yakni tindakan subjektif dan tindakan objektif. Tindakan subjektif hanya dapat dipahami oleh orang, sedangkan tindakan objektif adalah tindakan yang dapat dipahami orang lain.
Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan individu yang memengaruhi individu-individu lain dalam masyarakat dan merupakan tindakan bermakna. Tindakan bermakna adalah tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan keberadaan orang lain.
Hubungan individu dengan orang lain menimbulkan jenis-jenis tindakan sosial.
  1. Tindakan rasional instrumental adalah tindakan sosial yang dilakukan oleh seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian cara yang digunakan dengan tujuan yang hendak dicapai.
  2. Tindakan rasional berorientasi nilai adalah tindakan rational yang berdasarkan pada pertimbangan nilai-nilai dasar yang baik dalam kehidupan masyarakat.
  3. Tindakan tradisional adalah tindakan yang dilakukan karena sudah ada dan dianggap baik secara turun temurun.
  4. Tindakan afektif, adalah tindakan yang dilakukan karena perasaan atau emosi atau afeksi yang ada dalam diri orang yang melakukannya.

Interaksi sosial merupakan titik tolak dalam semua kegiatan sosial. Tanpa adanya interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi kehidupan bersama. Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial pada bentuk hubungan sosial yang dinamis.
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika secara perseorangan atau kelompok, manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut. Proses sosial merupakan suatu pengaruh timbal balik dalam kehidupan bersama.
Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antarindividu, antara individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.
Dalam kenyataan sehari-hari terdapat tiga macam cakupan dalam definisi interaksi sosial yaitu sebagai berikut :
  1. Interaksi antara individu dengan individu
Individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan atau stimulus kepada individu lainnya. Sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan memberikan reaksi, tanggapan atau respon. Wujud interaksi ini dapat bentuk berjabat tangan, saling menegur, bercakap-cakap atau mungkin bertengkar.
  1. Interaksi antara individu dengan kelompok
Secara konkret bentuk interaksi sosial antara individu dengan kelompok bisa dilihat pada contoh: seorang guru sedang mengajari siswa-siswanya di dalam kelas, atau seorang orator yang sedang berpidato di depan orang banyak.
  1. Interaksi antara kelompok dengan kelompok
Bentuk interaksi seperti ini menunjukkan bahwa kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu kesatuan berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain. Contoh lain adalah interaksi para peserta Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Negara-Negara Nonblok.
B.        Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Apabila kita ingin memahami lebih mendalam tentang interaksi sosial, maka kita perlu mengetahui ciri-ciri interaksi sosial. Beberapa ciri yang dapat dikenali adalah sebagai berikut:
  1. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang.
  2. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial.
  3. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas.
  4. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu.
Secara ideal pola yang melandasi interaksi sosial memiliki beberapa syarat antara lain sebagai berikut:
  1. Tujuan yang jelas
  2. Kebutuhan yang jelas dan bermanfaat
  3. Adanya kesesuaian dan berhasil guna, serta
  4. Adanya kesesuaian dengan kaidah-kaidah sosial yang berlaku
Apabila pola ideal tersebut benar-benar melandasi hubungan interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat, maka akan tercipta suatu keteraturan sosial. Sebaliknya apabila pola ideal tersebut dilanggar, maka akan tercipta ketidakteraturan sosial yang akan menggoyahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat.
C.        Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial ada dua yaitu kontak sosial dan komunikasi:
  1. Kontak Sosial
Istilah kontak berasal dari bahasa Latin, con atau cun yang berarti bersama-sama, dan tango atau tangere, yang berarti menyentuh. Jadi, pengertian kontak adalah sama-sama menyentuh secara fisik atau terjadi persentuhan secara badaniah.
Kontak sosial dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu :
a.      Kontak antara individu dengan individu
b.      Kontak antara individu dengan kelompok atau kelompok dengan individu dan
c.       Kontak yang terjadi antara kelompok dengan kelompok
Namun kontak yang terjadi belum tentu terbentuk hubungan timbal balik. Kontak sosial tidak dilihat dari suatu tindakan yang dilakukan, tetapi bagaimana tanggapan atas tindakan tersebut.
Klasifikasi bentuk kontak sosial
Klasifikasi bentuk kontak sosial ada dua macam
a.      Kontak negatif dan kontak positif
1)        Kontak negatif terjadi jika salah satu dari pihak yang menjalin kontak sosial tidak menanggapi. Misal, pedagang menawarkan dagangannya, sedangkan konsumen mengabaikannya atau bahkan menghindar.
2)        Kontak positif terjadi jika reaksi positif dari pihak-pihak yang nejalin kontak. Misalnya, pedagang menawarkan dagangannya dan pembeli menawarnya sehingga terjadi kesepakatan.
b.      Kontak primer dan kontak sekunder
1)      Kontak primer terjadi jika kontak terjalin melalui tatap muka atau hubungan secara langsung. Misalnya, dua orang saling berjabat tangan atau saling melemparkan senyuman.
2)      Kontak sekunder terjadi jika kontak yang terjalin tidak secara langsung tetapi melalui perantara. Misalnya menelepon atau berkirim surat.
  1. Komunikasi
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Komunikasi dapat efektif apabila pesan yang disampaikan ditafsirkan sama oleh pihak penerima pesan tersebut.
Komponen komunikasi meliputi :
a.      Pengirim atau komunikator (sender) adalah phak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain,
b.      Penerima atau komunikan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain,
c.       Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak ke pihak lain,
d.      Umpan balik (feed back) adalah tanggapan dari penerima pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
Proses komunikasi dapat berlangsung sebagai berikut. Komunikator (sender) berkomunikasi dengan orang lain dengan mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti oleh kedua pihak pesan itu disampaikan melalui suatu media atau saluran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti kedua belah pihak. Selanjutnya, komunikasi (receiver) memberikan umpan balik (feed back) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya.

D.       Faktor-faktor Pendorong Interaksi Sosial
Setiap interaksi sosial akan melibatkan beberapa komponen, sepeti adanya stimulan atau rangsangan yang mendorong seseorang untuk memberikan respon. Respon merupakan tanggapan yang muncul karena adanya stimulan baik stimulan yang aktif maupun stimulan yang pasif.
  1. Imitasi
Imitasi adalah suatu tindakan seseorang untuk meniru segala sesuatu yang ada pada orang lain. Hal ini disebabkan oleh adanya minat dan perhatian terhadap objek atau subjek yang akan ditiru serta adanya sikap menghargai dan mengagumi pihak lain yang dianggap cocok.
Imitasi pertama kali akan terjadi dalam sosialisasi keluarga. Misalnya seorang anak sering meniru kebiasan-kebiasaan orangtuanya seperti cara berbicara dan berpakaian.  contoh yang paling jelas antara lain gaya dan mode berpakaian di kalangan remaja di kota-kota besar.
Proses imitasi akan mengarah kepada hal-hal yang positif maupun kepada hal-hal yang negatif. Apabila mengarah keapda hal-hal yang positif akan menghasilkan dampak yang positif pula. Kondisi masyarakatnya akan bertambah stabil dan harmonis, yang pada akhirnya akan menciptakan keselarasan dan keteraturan sosial.

  1. Identifikasi
Identifikasi erat kaitannya dengan imitasi. Identifikasi merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menjadi sama (identik) dengan orang yang ditirunya, baik dari segi gaya hidup maupun perilakunya.
Proses identifikasi tidak hanya terjadi pada peniruan pola perilaku saja, tetapi juga melalui proses kejiwaan yang sangat dalam.
  1. Sugesti
Sugesti adalah rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi sugesti tersebut menurut atau melaksanakan apa yang disugestikannya itu tanpa berpikir lagi secara kritis dan rasional.
Contohnya, obat yang harganya mahal yang merupakan produk impor dianggap pastii manjur menyembuhkan penyakit. Anggapan ersebut merupakan sugesti yang muncul akibat harga obat yang mahal dan embel-embel produk luar negeri.
Contoh lainnya adalah sebagai berikut :
a.      Seorang yang menderita penyakit menahun akan mudah tersugesti untuk pergi ke duku daripada berobat tekun ke dokter.
b.      Seorang remaja putus sekolah akan dengan mudah ikut-ikutan terlibat “kenakalan remaja” tanpa memikirkan akibatnya kelak.
  1. Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh atau stimulus yng diberikan seseorang kepada orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanskan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab.
Wujud motivasi bisa dilihat dari berbagai contoh sikap atau perilaku, pendapat, saran dan petanyaan. Pemberian tugas dari seorang guru kepada murid-muridnya merupakan salah sau bentuk motivasi supuaya mereka mau belajar dengan rajin dan penuh rasa tangung jawab. Contohnya guru, seorang keapa desa, atau ayah yang disegani keluarganya.
  1. Simpati
Simpati meriupakan sikap keteratiraikan seseorang terhadap orang alin. Sikap ini timubl karena danya keseuaian nilai yang dinaut oeh kedua belah pihak,seperti pola piker, kebijakan atau penampilannya.
Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau sekelompok orang, atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. Misalnya, pada peringatan ulang tahun, pada saat lulus ujian, dan pada saat kenaikan jabatan.

  1. Empati
Empati hampir mirp dengan sikap simpati. Perbedaannya sikap empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional. Misalnya jika kita melihat keluarga atau kerabat kita tekena musibah, sikap empati membuat kita seolah – olah ikut merasakan penderitaan akibat musibah tersebut.
E.        Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial ada dua macam, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif. Berikut penjelasannya satu persatu.
  1. Proses Asosiatif
Proses asosiatif adalah interaksi sosial yang mengarah pada keteraturan sosial. Proses asosiatif meliputi hal-hal berikut.
a.      Kerja sama (cooperation)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama berawal dari kesamaan orientasi. Kerja sama akan bertambah erat jika ada tindakan yang menyinggung kesetiaan secara tradisional atau institusional yang telah telah tertanam. Kerja sama dapat menghasilkan sesuatu yang konstruktif (membangun), tetapi kemungkinan bisa juga destruktif (merusak) kerja sama dapat bersifat agresif jika suatu kelompok mengalami kekecewaan dalam jangka waktu yang lama akibat rintangan – rintangan dari luar kelompok.
Kerja sama dapat berbentuk empat macam :
1)        Kerja sama spontan, yaitu kerja sama yang terjadi secara serta merta.
2)        Kerja sama langsung, yaitu kerja sama sebagai hasil dari perintah atasan kepada bawahan atau penguasa terhadap rakyatnya.
3)        Kerja sama kontrak, yaitu kerja sama atas dasar syarat-syarat atau ketetapan tertentu yang disepakati bersama.
4)        Kerja sama tradisional, yaitu kerja sama sebagian atau unsur-unsur tertentu dari sistem sosial.
b.      Akomodasi (Acomodation)
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri dari orang per orang atau kelompok-kelompok manusia yang semua saling bertentangan sebagai upaya untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Bentuk-bentuk akomodasi meliputi hal-hal berikut.
1)        Koersi adalah bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu kepada pihak lain yang lebih ramah.
2)        Kompromi adalah bentuk akomodasi kedua belah pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyesuaian.
3)        Arbitrasi adalah suatu bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri, untuk itu diundang pihak ketiga yang netral untuk melerai.
4)        Mediasi adalah suatu bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi, namun pihak ketiga bertindak sebagai penengah tidak memiliki wewenang untuk memberi keputusan penyelesaian perselisihan tersebut.
5)        Konsiliasi adalah bentuk akomodasi untuk mempertemukan keinginan-keingina dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
6)        Toleransi adalah bentuk akomodasi tanpa pesetujuan yang resmi. Toleransi terjadi karena adanya keinginan-keinginan untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan kedua belah pihak.
7)        Stalemate, adalah bentuk akomodasi ketika kelompok yang terlibat pertentangan mempunyai kekuatan seimbang, sehinga keduanya berhenti pada suatu titik tertentu.
8)        Ajudikasi adalah suatu bentuk akomodasi dalam bentuk penyelesaian masalah melalui jalur pengadilan (hukum)
c.       Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial pada tahap lanjut, artinya asimilasi terhadap setelah melewati tahap kerja sama dan akomodasi, suatu asimilasi ditandai dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. asimilasi menghasilkan semakin tipisnya perbedaan antara individu dalam suatu kelompok.
Asimilasi dapat terbentuk jika memnuhi tiga persyaratan yaitu :
1)        Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan yang berbeda,
2)        Terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu yang relatif lama,
3)        Kebudayaan  setiap kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri
Faktor yang mendorong terjadinya asimilasi antara lain:
1)        Toleransi diantara sesama kelompok yang berbeda kebudayaan
2)        Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi
3)        Kesediaan menghormati dan menghargai orang asing dan kebudayaan yang dibawanya
4)        Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5)        Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan universal
6)        Perkawinan antarkelompok yang berbeda budaya
7)        Mempunyai musuh yang sah dan meyakini kekuatan masing-masing untuk menghadapi musuh tersebut.
Faktor – Faktor yang menghalangi asimilasi, antara lain:
1)        Kelompok yang terisolasi/terasing
2)        Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan  baru yang dihadapi,
3)        Prasangka negatif terhadap kebudayaan baru,
4)        Perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan  kelompok lain (sikap etnosentrisme = sikap yang memandang rendah kebudayaan  lain)
5)        Perbedaan ciri-ciri disik
6)        Perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kebudayaan kelompok,
7)        Golongan minoritas mengalami gangguan oleh kelompok penguasa (mayoritas).

d.      Akulturasi (Acculturation)
Akulturasi atau cultre contact (kontak kebiasaan ) merupakan proses sosiall yang timbul akibat suatu kebiasaan menerima unsur-unsur dari suatu kebiasaan  asing tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebiasaan  sendiri.
Proses akulturasi sudah terjadi sejak zaman dahulu dalam sejarah kebudayaan manusia. Migrasi antarkelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda telah menyebabkan individu-individu dalam kelompok itu dihadapkan dengan unsur kebiasaan  asing. Bangsa Indonesia paling tidak telah mengalami tiga kontak kebudayaan asing yang besar, yaitu sebagai berikut.
1)      Kontak dengan kebudayaan Hindu-Budha pada zaman kuno (abad ke 1-15)
2)      Kontak dengan kebudayaan Islam pada zaman madya (abad 15-17)
3)      Kontak dengan kebudayaan Barat pada zaman baru (abad 17-20)
Masing-masing kontak kebudayaan tersebut telah menghasilkan proses akulturasi berikut ini :
1)      Akulturasi Indonesia-Hindu/Budha
2)      Akulturasi Indonesia-Islam
3)      Akulturasi Indonesia-Barat
Contoh akulturasi Indonesia-Hindu/Budha adalah masuknya epos Ramayana atau Mahabrata dalam cerita wayang. Contoh lainnya adalah terdapatnya arsitektur candi lama bangunan keagamaan di Indonesia. Contoh akulturasi Indonesia-Islam adalah masuknya unsur arsitektur masjid dari Timur Tengah yang melengkapi bangunan keagamaan di Indonesia. Contoh akulturasi Indonesia-Barat adalah perpaduan budaya Indonesia-Barat dalam bidang kesenian, arsitektur, perdagangan, pendiidkan dan politik
  1. Proses Disosiatif
Interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan sebuah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif antara lain sebagai berikut :
a.                Persaingan (competition)
Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik.
Konsepsi tesebut merupakan definisi persaingan dalam arti persaingan yang “sehat” dengan pola aturan main yang wajar. Dalam kenyataan masyarakat, terutama di bidang bisnis dan politik, sering kita temukan pola persaingan bebas yang “tidak sehat” dengan menghalalkan segala cara demi tercapainya kemenangan.
Persaingan memiliki fungsi yang dinamis yaitu :
1)   Menyalurkan daya kreativitas yang dinamis
2)   Menyalurkan daya juang yang sifatnya kompetitif
3)   Memberikan stimulus atau rangsangan dinamis untuk berprestasi secara optimal
4)   Menyeleksi penempatan atau kedudukan seseorang dalam hierarki organisasi secara tepat sesuai dengan kemampuannya (the right man in the right place)
5)   Menghasilkan spesialisasi keahlian yang menghasilkan sistem pembagian kerja secara efektif
Ruang lingkup persaingan meliputi berbagai bidang berikut ini.
1)   Sosial ekonomi, seperti bidang perdagangan.
2)   Sosial budaya, seperti bidang kesenian dan keolahragaan.
3)   Sosial politik, seperti bidang pemerintahan dan organisasi politik
4)   Keagamaan, misalnya di antara kelompok-kelompok atau sekte yang berlainan paham keagamaannya.
Suatu persaingan diharapkan dapat menghasikan:
1)                Perubahan sikap dan kepribadian dapat menghasilkan;
2)                Daya juang yang dinamis dan progresif,
3)                Timbulnya rasa percaya diri dan
4)                Makin kokohnya solidaritas dan kebanggaan kelompok.


b.      Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok maupun terhadap unsur-unsur kebiasaan  golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
Kontravensi memiliki lima bentuk, yaitu sebagai berikut:
1)      Kontravensi yang bersifat umum, seperti penolakan, keengganan, gangguan terhadap pihak lain, pengacauan rencana pihak lain dan perbuatan kekerasan.
2)      Kontravensi yang bersifat sederhana, seperti memaki-maki, menyangkal pihak lain, mencerca, memfitnah dan menyebarkan surat selebaran.
3)      Kontravensi yang bersifat intensif, seperti: penghasutan, penyebaran desas-desus, dan mengecewakan pihak lain.
4)      Kontravensi yang bersifat rahasia, seperti: mengumumkan rahasia pihak lain dan berkhianat.
5)      Kontravensi yang bersifat taktis, seperti: intimidasi, provokasi, mengejutkan pihak lawan dan mengganggu atau membingungkan pihak lawan.
Tipe-tipe umum Kontravensi meliputi berikut ini:
1)      Kontravensi yang menyangkut generasi, misalnya perbedaan pendapat antara golongan tua dengan golongan muda.
2)      Kontravensi yang menyangkut perbedaan jenis kelamin, misalnya perbedaan pendapat antar golongan wanita dan golongan pria.
3)      Kontravensi parlementer, misalnya pertentangan golongan mayoritas dengan minoritas di masyarakat.
c.       Pertentangan atau Konflik Sosial
Pertentangan atau konflik sosial adalah proses sosial antar perseorangan atau kelompok masyarakat tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah di antara mereka. Upaya untuk memenuhi tujuan mereka dilakukan secara tidak wajar dan tidak konstitusional yang saling menjatuhkan.
Sebab-sebab munculnya konflik antara lain sebagai berikut:
1)        Perbedaan pendapat
2)        Perselisihan paham yang berkepanjangan yang mengusik harga diri serta kebanggaan masing-masing pihak.
3)        Benturan kepentingan yang sama
4)        Perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat yang berlainan kebudayaan.
5)        Perbedaan kepentingan politik, baik dalam satu negara ataupun antarnegara.
Adapun bentuk-bentuk konflik atau pertentangan, antara lain sebagai berikut:
1)      Konflik pribadi, yaitu konflik antarindividu yang ditandai dengan rasa saling benci terhadap pihak lawan.
2)      Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan ciri-ciri fisik kebiasaan. Misalnya pertentangan antara ras kulit putih dan ras kulit hitam (negro)
3)      Konflik antarkelas sosial, konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial. Misalnya konflik antara majikan dan buruh
4)      Konflik politik, misalnya konflik antar pendukung parpol dalam pemilu.
5)      Konflik internasional, pertentangan yang terjadi akibat perbedaan kepentingan antarnegara yang akhirnya menyangkut kedaulatan Negara.
Akibat yang timbul dari suatu pertentangan (konflik) antara lain sebagai berikut:
1)      Bertambahnya solidaritas kelompok.
2)      Berubahnya sikap atau kepribadian, baik yang mengarah kepada hal-hal yang bersifat positif maupun negatif.
3)      Terjadinya perubahan sosial yang mengancam keutuhan kelompok.
4)      Jatuhnya korban manusia, rusak dan hilangnya harta benda jika terjadi benturan fisik.
5)      Terjadinya negosiasi di antara pihak-pihak yang bertikai
6)      Timbulnya dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak lain.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau memperbaiki situasi, antara lain sebagai berikut :
1)      Kompromi, yaitu kedua belah pihak yang bertikai saling mengalah. Mereka saling memberi dan menerima kebijakan tertentu tanpa adanya paksaan.
2)      Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghormati pendirian masing-masing pihak.
3)      Konversi, yaitu salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
4)      Coersion, yaitu penyelesaian konflik melalui suatu proses yang dipaksakan.
5)      Mediasi, yaitu penyelesaian suatu konflik dengan mengundang pihak ketiga yang netral dan berfungsi sebagai penasihat.
6)      Arbitrase, yaitu penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bertikai.
7)      Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai dalam suatu perundingan agar diperoleh persetujuan bersama.
8)      Ajudikasi, yaitu penyelesaian konflik di pengadilan
9)      Segregasi, yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar di antara pihak-pihak yang bertikai dalam rangka mengurangi ketegangan dan menghilangkan konflik.
10)  Gencatan Senjata, penangguhan konflik untuk jangka waktu tertentu sambil mengupayakan terselenggaranya upaya-upaya penyelesaian konflik.
Berbagai bentuk hubungan diatas dapat mendorong terciptanya lembaga-lembaga sosial, baik lembaga formal maupun nonformal, mendorong terbentuknya kelompok-kelompok dengan kepentingan tertentu, serta organisasi-organisasi sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat.


No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts