Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Friday, July 20, 2018

Kemampuan Bercerita

 Kemampuan Bercerita
1. Pengertian Bercerita
Cerita merupakan tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal, yaitu peristiwa atau kejadian (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,2003:210). Menurut Arsjad dan Mukti (1991:12) cerita adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya tindak tanduk yang dijalani dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam kesatuan waktu. Wigadho (1997:166) mengatakan cerita adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-peristiwa tersebut. Isi yang diceritakan berupa peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi atau tentang sesuatu yang khayal.
Menurut Rahmulyati (2001:6) bercerita adalah menuturkan suatu peristiwa, kejadian atau pengalaman baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun rekaan yang disusun menurut urutan waktu. Majid (2002:9) mengatakan bercerita yaitu penyampaian cerita kepada pendengar atau membacakannya bagi mereka. Ketika proses bercerita dibutuhkan adanya hal-hal yang mencakup posisi duduk, bahasa, suara, gerakan-gerakan, peragaan agar penceritaan menjadi baik. Bercerita berdasarkan kurikulum adalah siswa mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan, secara lisan melalui menceritakan pengalaman, membahas masalah-masalah aktual, mendeskripsikan benda atau seseorang, menjelaskan petunjuk penggunaan, berdiskusi, dan menyampaikan pesan melalui telepon serta menceritakan kembali isi dongeng dan bermain peran.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat didefinisikan pengertian bercerita adalah bentuk perilaku manusia untuk mengutarakan suatu kejadian, baik fakta atau khayalan secara lisan dengan memanfaatkan organ tubuh yaitu kepala, tangan, roman muka, disusun menurut urutan waktu atau singkatnya menuturkan cerita.
2. Faktor Penunjang Keefektifan Bercerita
Kemampuan bercerita ialah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Arsjad dan Mukti,17:1988). Yang dimaksud ucapan adalah seluruh kegiatan yang kita lakukan dalam memproduksi bunyi bahasa, yang meliputi artikulasi, yaitu bagaimana posisi alat bicara, seperti lidah, gigi, bibir, dan langit-langit pada waktu kita membentuk bunyi, baik vokal maupun konsonan. Menjadi pencerita yang baik selain harus menguasai kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, si pencerita juga harus memperlihatkan keberanian, kegairahan., dan pencerita harus bercerita dengan jelas dan tepat. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh si pencerita untuk keefektifan bercerita yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Berikut dijelaskan faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan sebagai penunjang keefektifan bercerita (Arsjad dan Mukti, 1988:17).
1) Faktor Kebahasaan
Faktor penunjang keefektifan bercerita faktor kebahasaan adalah meliputi, ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada, sendi, dan ritme yang sesuai, plihan kata, dan ketepatan sasaran pembicaraan. Faktor-faktor kebahasaan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bercerita seseorang. Berikut dijelaskan faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan bercerita.
a) Ketepatan Ucapan
Seorang pencerita harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik. Ketepatan ucapan cukup mempengaruhi proses komunikasi. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap tidak tepat apabila pencerita menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga mengganggu komunikasi.
b) Penempatan Tekanan, Nada, Sendi dan Ritme yang sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan ritme merupakan daya tarik tersendiri dalam bercerita. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, maka dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan ritme yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. sebaliknya jika penyampaiannya datar, akan menimbulkan kejenuhan dan keefektifan bercerita berkurang. Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan jika pencerita bercerita dengan jelas dalam bahasa yang dikuasai pencerita.
c) Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan tertarik dan senang mendengarkan kalau pencerita bercerita dengan jelas dalam bahasa yang dikusainya, dalam arti yang betul-betul menjadi miliknya, baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara.
d) Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Ketepatan sasaran pembicaraan berkaitan pemakaian kalimat. Pencerita yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap isi cerita. Seorang pencerita harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran pendengar seperti apa yang dimaksud oleh pencerita.
2) Faktor Nonkebahasaan
Faktor nonkebahasaan menyangkut perilaku atau tingkah laku bercerita yaitu
1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, 2) pandangan harus diarahkan kepada
lawan bicara, 3) kesediaan menghargai pendapat orang lain, 4) gerak-gerik dan mimik yang tepat, 5) kenyaringan suara, 6) kelancaran, 7) relevansi atau penalaran, 8) penguasaan topik. Faktor nonkebahasaan jika dapat dikuasai pencerita akan memudahkan penerapan faktor kebahasaan. 
Adanya faktor kebahasaan dan non kebahasaan sebagai faktor penunjang keefektifan bercerita akan meningkatkan nilai tinggi seorang pembicara. Agar menyampaikan informasi dengan efektif, sebaiknya pembicara harus melihat pada fakor kebahasaan dan nonkebahasaan yang telah dijabarkan di atas.
3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Bercerita
Kegiatan bercerita merupakan kegiatan berbicara yang memerlukan persiapan untuk memulai cerita. Ada bebrapa hal untuk persiapan bercerita. Persiapan bercerita menurut Haryadi dan Zamzani (dalam Suhartiningsih,1997:702 ) adalah 1) memilih cerita yang tepat, 2) mengetahui isi cerita, 3) merasakan cerita, 4) menyelaraskan cerita, 5) pemilihan pokok cerita, 6) menyarikan cerita, 7) memperluas cerita, 8) mengisahkan cerita secara langsung, 9) bercerita dengan tubuh yang alamiah, 10) menentukan tujuan, 11) memfungsikan kata dan percakapan, 12) melukiskan kejadian, 13) menetapkan suasana gerak, 14) merangkai adegan.
Menurut Suhartiningsih (1997:702 ) untuk menjadi pencerita yang baik adalah penguasaan dan penghayatan cerita, penyelarasan dengan situasi dan kondisi, pemilihan dan penyusunan kalimat, pengapreasian alami, dan keberanian. Petunjuk bercerita menurut Setyono (1997:5 ) adalah 1) jangan menghafalkan cerita, 2) visulisasikan tokoh cerita dan latar dalam bentuk anda, sehingga anda dapat mendeskripsikan seolah-olah anda melihatnya, 3) tulis outline beserta detail-detailnya di kartu yang dapat anda pegang, tetapi jangan dibaca, 4) rencanakan terkebih dahulu cara-cara agar anda dapat memperpanjang atau memperpendek cerita tergantung pada waktu yang disediakan dan pendengar cerita, 5) latih terlebih dahulu di depan kaca atau kepada orang lain sebelum bercerita, 6) gunakan alat bantu untuk menambah suasana pada saat bercerita, 7) gunakan suara yang berbeda untuk menyampaikan rasa gembira, sedih, marah, 8) hadapkan wajah anda ke pendengar.
Berdasarkan sumber di atas hal-hal yang harus diperhatikan untuk bercerita adalah 1) memilih cerita yang tepat, 2) penguasaan dan penghayatan cerita 3) mengisahkan cerita langsung, 4) gunakan suara yang berbeda untuk menyampaikan rasa gembira, marah, dan sedih, 5) hadapkanlah wajah anda ke pendengar, dan 6) harus berani.
4. Manfaat Bercerita
Suatu kegiatan yang dilaksanakan harus mempunyai manfaat baik bagi diri
sendiri maupun orang lain. Bercerita mempunyai manfaat tertentu pada pencerita dan pendengar cerita. Menurut Suhartiningsih (1997:702) manfaat dari kegiatan bercerita adalah 1) memberikan hiburan, 2) mengajarkan kebenaran, dan 3) memberikan keteladanan atau model.
Seseorang akan merasa terhibur bila mendengar orang bercerita. Bercerita memberikan kesenangan untuk pencerita dan pendengar cerita. Orang yang merasakan kesedihan bila mendengarkan cerita maupun orang bercerita akan merasakan beban kesedihannya hilang. Pendengar cerita terhibur mendengarkan orang bercerita, pembicara bahagia ada orang yang mau mendengarkan ceritanya dan beban sedihnya berkurang dengan bercerita. Akan tetapi seseorang bercerita harus melihat kondisi pendengar, apakah sedih atau bahagia.

Cerita akan mengajarkan kebenaran dan memberikan keteladanan. Isi cerita akan memperlihatkan yang bisa dijadikan contoh teladan yang baik dan teladan yang buruk. Kebenaran suatu cerita mengambil keteladanan yang baik dari suatu cerita.

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts