BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemahaman
tentang pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran
adalah hal yang sangat penting, terutama dalam konteks penguasaan konsepsional
terhadap pembelajaran.
Pemilihan
metode pembelajaran sangatlah penting. Artinya, bagaimana pengajar dapat
memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan
pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilitas kepada
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran (Gafur, 1989). Namun, harus diingat
bahwa tidak ada satupun strategi pembelajaran yang paling sesuai untuk semua
kondisi dan situasi yang berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai sama. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan ketrampilan pengajar
dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran, yaitu yang disusun
berdasarkan karakteristik peserta didik dan situasi kondisi yang dihadapinya.
Anak memiliki
karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku. Dengan demikian
dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula dengan
orang dewasa. Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus
dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
untuk anak usia dini salah satu karakteristik anak adalah Anak belajar
paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek
pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional. Strategi pembelajaran melalui
bercerita dapat di gunakan dalam pembelajaran anak usia dini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, terdapat beberapa rumusan
masalah yang erat kaitannya dengan Metode Pembelajaran Bercerita, yaitu sebagai
berikut:
1.
Apa Pengertian Cerita,
Dongeng dan Metode Bercerita?
2.
Bagaimana Langkah-langkah
Pembelajaran melalui Mendongeng ?
3.
Bagaimana praktek mendongeng
bagi anak usia dini ?
4.
Apa media/alat mendongeng
bagi anak usia dini ?
5.
Sebutkan contoh dongeng
bagi anak usia dini?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah
ini, adalah sebagai berikut:
1.
Memahami pengertian Cerita,
Dongeng dan Metode Bercerita.
2.
Memahami Langkah-langkah
Pembelajaran melalui Mendongeng.
3.
Memahami praktek mendongeng
bagi anak usia dini.
4.
Memahami media/alat
mendongeng bagi anak usia dini.
5.
Memahami contoh dongeng
bagi anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cerita, Dongeng dan Metode
Bercerita
Cerita adalah
rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik berasal dari kejadian nyata (non
fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi). Kata Dongeng berarti cerita rekaan/tidak
nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita
petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi,
peri, roh halus), ephos (cerita besar; Mahabharata, Ramayana, saur sepuh, tutr
tinular). Jadi kesimpulannya adalah “Dongeng adalah cerita, namun cerita belum
tentu dongeng”.
Metode
Bercerita berarti penyampaian cerita dengan cara bertutur. Yang membedakan
anatara bercerita dengan metode penyampaian cerita lain adalah lebih menonjol
aspek teknis penceritaan lainnya. Sebagaimana phantomin yang lebih menonjolkan
gerak dan mimik, operet yang lebih menonjolkan musik dan nyanyian, puisi dan
deklamasi yang lebih menonjolkan syair, sandiwara yang lebih menonjol pada
permainan peran oleh para pelakunya, atau monolog (teater tunggal) yang
mengoptimalkan semuanya. Jadi tegasnya metode bercerita lebih menonjolkan
penuturan lisan materi cerita dibandingkan aspek teknis yang lainnya.
B. Langkah-langkah Pembelajaran Melalui
Mendongeng
Sebelum
bercerita, pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang
hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-anak
usia dini. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan
materi ceritanya. dan emilihan cerita antara lain ditentukan oleh :
1.
Pemilihan Tema dan judul
yang tepat Bagaimana cara memilih tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak?
Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan bahwa anak
hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang
membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik,
berbeda pada setiap tingkat usia, misalnya;
a.
sampai ada usia 4 tahun,
anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti: Si wortel, Tomat yang Hebat,
Anak ayam yang Manja, kambing Gunung dan Kambing Gibas, anak nakal tersesat di
hutan rimba, cerita nenek sihir, orang jahat, raksasa yang menyeramkan dan sebagainya.
b.
Pada usia 4-8 tahun,
anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang
kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet Biru, Robot pintar, Anak yang rakus
dan sebagainya
c.
Pada usia 8-12 tahun,
anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti:
Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara menyanyi dan sebagainya
2.
Waktu Penyajian Dengan
mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya
tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut; a. Sampai
usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit b. Usia 4-8 tahun, waktu cerita
hingga 10 -15 menit c. Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit Namun
tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila
tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita
yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.
3.
Suasana (situasi dan
kondisi) Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan
berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang
tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program
sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik
dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan
suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan
satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.
Metode
bercerita dalam kegiatan pengajaran di PAUD mempunyai beberapa manfaat penting
bagi pencapaian tujuan pendidikan PAUD antara lain:
a.
Untuk menanamkan kejujuran,
keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan dan dan sikap-sikap positif yang
lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah.
b.
Dapat memberikan sejumlah
pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan.
c.
Kegiatan bercerita dapat
memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.
d.
Kegiatan bercerita dapat
memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat
menggetarkan perasaan, membangkitkan semangat dan dan menimbulkan
keasyikan tersendiri maka kegiatan bercerita memungkinkan mengembangkan dimensi
perasaan anak.
e.
Untuk memberikan informasi
tentang kehidupan sosial anak dengan orang yang ada disekitarnya dengan
bermacam pekerjaan.
f.
Dapat membantu anak
membangun bermacam kemungkinan propesi yang dipilih anak dan bermacam layanan
jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
g.
Kegiatan bercerita dalam
kaitan kehidupan sosial anak dapat dipergunakan guru untuk menuturkan bermacam
pekerjaan yang ada dalam masyarakat yang beraneka ragam yang dapat menimbulkan
sikap pada diri anak yang dapat menghargai bermacam-macam pekerjaan.
h.
Melatih daya serap anak,
artinya anak usia dini dapat dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide
pokok dalam cerita secara keseluruhan.
i.
Melatih daya pikir anak,
artinya anak dapat terlatih untuk memahami proses cerita, mempelajari hubungan
sebab akibatnya termasuk hubungan-hubungan dalam cerita.
j.
Melatih daya konsentrasi
anak, untuk memusatkan perhatiannya kepada keseluruhan cerita.
k.
Melatih daya imajinasi
anak.
l.
Membantu perkembangan
bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses
percakapan menjadi komunikatif.
Menurut
Tadkiroatun Musfiroh, (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat metode
bercerita sebagai berikut:
1)
Membantu pembentukan pribadi dan moral anak,
2)
Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi,
3)
Memacu kemampuan verbal anak,
4)
Merangsang minat menulis anak,
5)
Merangsang minat baca anak,
6)
Membuka cakrawala pengetahuan anak
Sedangkan menurut Bachri (2005:
11), manfaat bercerita adalah “dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak,
sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi
merupakan hal baru baginya”.
C. Praktek Mendongeng
Bercerita Tanpa Alat:
a.
Guru mengatur posisi tempat
duduk anak
b.
Guru merangsang anak agar
mau mendengarkan dan mem perhatikan isi cerita.
c.
Guru mulai bercerita dengan
terlebih dahulu menyebutkan judul cerita.
d.
Setelah selesai bercerita,
guru memberi tugas pada anak – anak, untuk menceritakan kembali isi cerita
tersebut secara bergantian.
e.
Guru memberikan pujian
kepada anak yang sudah bisa dan memberikan motivasi kepada anak yang belum
bisa.
Bercerita dengan alat peraga
langsung:
a.
Guru menyiapkan alat peraga
yang diperlukan.
b.
Guru memberikan pendahuluan
dengan membicarakan tentang alat peraga seekor kelinci dan daun kol , misalnya
tentang warna bulu kelinci, nama , jumlah kaki, bentuk telinga, makanannya,
berjalannya bagaimana, dsb. Sambil memberi kesempatan anak untuk memegang dan
membelai kelinci tersebut.
c.
Setelah cukup memberi
penjelasan tentang alat peraga kelinci, guru lalu memasukkan kelinci ke dalam
kandang, lalu guru mulai bercerita.
d.
Guru merangsang anak untuk
mendengarkan cerita.
e.
Setelah selesai bercerita
guru memberikan pertanyaan kepada anak.
f.
Guru memberikan kesempatan
kepada anak untuk menjawab pertanyaan guru tersebut.
g.
Guru memberikan pujian
kepada anak yang sudah bisa dan memberikan motivasi kepada anak yang belum
bisa.
Bercerita dengan gambar - gambar:
a.
Guru menyiapkan alat peraga
yang diperlukan ( gambar – gambar )
b.
Guru mengatur posisi tempat
duduk anak sesuai yang direncanakan.
c.
Guru merangsang anak agar
mau mendengarkan dan mem perhatikan isi cerita.
d.
Guru bercerita dengan
memperlihatkan alat peraga satu persatu sesuai dengan bagian yang diceritakan.
e.
Guru memberikan pertanyaan
tentang isi cerita pendek tersebut kepada anak satu persatu (bertahap) kepada
anak secara bergantian.
f.
Guru memberikan kesempatan
kepada anak untuk menjawab pertanyaan guru tersebut.
g.
Guru memberikan pujian
kepada anak yang sudah bisa dan memberikan motivasi kepada anak yang belum
bisa.
Bercerita dengan menggunakan
papan planel:
a.
Guru menyiapkan alat peraga
yang diperlukan.
b.
Guru mengatur posisi tempat
duduk anak sesuai yang direncanakan.
c.
Guru menunjukkan alat
peraga yang telah disiapkan dan kemudian menyebutkan nama –nama tokoh yang ada
dalam isi cerita yang akan disampaikan.
d.
Guru merangsang anak untuk
mendengarkan cerita.
e.
Guru menyebutkan judul
cerita.
f.
Sambil bercerita, guru
meletakkan potongan – potongan gambar pada papan planel yang sesuai dengan
adegan yang akan diceritakan.
g.
Agar tidak membingungkan
anak diusahakan supaya tidak terlalu banyak adegan yang sekaligus ditempelkan
di papan planel pada saat yang sama.
h.
Setelah selesai bercerita
guru memberikan pertanyaan kepada anak.
i.
Guru memberikan kesempatan
kepada anak untuk menjawab pertanyaan guru tersebut.
b.
10.Guru memberikan pujian
kepada anak yang sudah bisa dan memberikan motivasi kepada anak yang belum
bisa.
Membacakan Cerita ( Story Reading
):
a.
Guru menyiapkan alat peraga
yang diperlukan.
b.
Guru mengatur posisi tempat
duduk anak sesuai yang direncanakan.
c.
Buku dipegang oleh guru di
tangan kiri dan posisi buku diatur sedemikian rupa, sehingga gambar dan tulisan
dapat dilihat dengan jelas oleh anak.
d.
Guru merangsang anak untuk
mendengarkan cerita.
e.
Sebagai pendahuluan, guru
memperlihatkan gambar yang ada pada sampul sambil menyebutkan judul cerita dan
membicarakan isi gambar.
f.
Guru membacakan cerita
setiap halaman dengan intonasi suara, irama yang menarik dan ucapan yang jelas.
g.
Setelah membacakan cerita,
guru memberi kesempatan kepada anak untuk menceritakan kembali isi cerita
secara bergantian.
h.
Guru memberikan pujian
kepada anak yang sudah bisa dan memberikan motivasi kepada anak yang belum
bisa.
Sandiwara boneka dengan panggung
boneka :
a.
Guru menyiapkan alat peraga
yang diperlukan.
b.
Guru mengatur posisi tempat
duduk anak sesuai yang direncanakan.
c.
Guru memberikan prolog /
pendahuluan.
d.
Guru melaksanakan dialog /
percakapan antar boneka. Diantara dialog/percakapan tersebut diberi pengiring.
e.
Setelah dialog yang
dilakukan sudah selesai, layar panggung ditutup apabila tidak ada layar boneka
turun ke bawah panggung baik melalui sebelah kiri maupun sebelah kanan.
f.
Guru memberikan tugas
kepada anak untuk menceritakan kembali isi cerita sederhana.
g.
Guru memberikan pujian
kepada anak yang sudah bisa dan memberikan motivasi kepada anak yang belum
bisa.
D. Media/Alat
Mendongeng Bagi Anak Usia Dini
Media dan Alat
bercerita Berdasarkan cara penyajiannya, bercerita dapat disampaikan dengan
alat peraga maupun tanpa alat peraga (dirrect story). Sedangkan bercerita
dengan alat peraga tersebut dibedakan menjadi peraga langsung (membawa contoh
langsung:kucing dsb) maupun peraga tidak langsung (boneka, gambar, wayang dsb).
Agar bercerita lebih menarik dan tidak membosankan, pendidik disarankan untuk
lebih variatif dalam bercerita, adakalanya mendongeng secara langsung, panggung
boneka, papan flanel, slide, gambar seri, membacakan cerita dan
sebagainya.sehingga kegiatan bercerita tidak menjemukan.
Bentuk-bentuk
metode bercerita tersebut terbagi dua yaitu:
1. Bercerita tanpa alat peraga.
2. Bercerita dengan alat peraga.
Bentuk bercerita dengan alat
peragaan terbagi dua yaitu:
1. Bercerita dengan alat peragaan
langsung.
2. Bercerita dengan alat peraga
tak langsung\benda tiruan.
E. Contoh Dongeng Untuk Anak Usia Dini
Dongeng Kelinci dan Kura-kura
Di suatu
hutan, terdapat seekor kelinci yang sangat sombong. Bukan tanpa alasan, akan
tetapi karena kelinci itu mampu berlari sangat cepat. Sehingga dia sering
meledek hewan-hewan lain yang lebih lamban darinya. Banyak sekali hewan-hewan
yang jengkel dengan ulah si kelinci, namun mereka tak bisa berbuat banyak.
Hingga pada
suatu hari, ada seekor kura-kura yang berjalan santai. Dia baru saja pulang
dari berkunjung ke rumah kerabatnya. Namun di tengah perjalanan, tiba-tiba si
kelinci datang. Dia berlari cukup cepat melewati kura-kura hingga membuat
kura-kura terbatuk-batuk karena debu yang beterbangan. Namun buka hanya itu, si
kelinci berbalik menghampiri kura-kura sambil meledek. ''Dasar hewan lamban.
Tak berguna sama sekali. Hahaha..''. Kata kelinci.
Merasa di
hina, kura-kura tidak terima. Lalu dia membalas..'' Dasar hewan sombong. Kau
kira dirimu cukup pintar dan cukup cepat? Aku saja bisa mengalahkan mu''. Kata
kura-kura. Merasa harga dirinya dipertaruhkan, si kelinci lalu berkata pada
kura-kura dengan sombongnya. '' Hahaha.. jangan mimpi kau bisa mengalahkan aku.
Kita lihat saja siapa yang akan menang. Kecepatan ku, atau mulut besar mu.
Bagaimana kalau kita adakan lomba lari? Kita undang seluruh penghuni hutan
untuk menonton, biar mereka tahu siapa pecundang yang asli''. Kata kelinci.
''Baik, siapa takut? Kau akan ku kalahkan dengan segenap kemampuan ku. Aku tak
akan menyerah. Mungkin kau memang punya bakat, tapi aku juga memiliki
semangat''. Jawab kura-kura.
Akhirnya,
lomba diadakan di hari yang sudah disepakati. Banyak sekali yang menonton untuk
melihat pertandingan itu. Kera yang menjadi wasit mulai meniup peluit, tanda
pertandingan dimulai. Kura-kura langsung berusaha berlari secepat mungkin
dengan segenap tenaganya. Namun kecepatan si kelinci memang di luar kemampuan
kura-kura, hingga tak butuh waktu lama bagi kelinci untuk membuat kura-kura
tertinggal jauh di depan ( dongengterbaru.blogspot.com ). Setelah terpaut cukup
jauh, si kelinci berhenti untuk melihat kura-kura yang berada jauh di
belakangnya. Melihat kura-kura yang berlari sangat lamban, muncul niat si
kelinci untuk meledek. Apa lagi di kala itu, banyak sekali yang menonton.
Sehingga si kelinci berniat menyombongkan diri. Lagi pula, garis finish tinggal
beberapa langkah lagi di depannya. Maka dia yakin pasti dia akan menang.
Maka dia
berhenti di bawah sebuah pohon, kemudian dia tiduran dengan santainya. Tentu
saja para penonton tahu, bahwa si kelinci berniat menyombongkan diri dan
meledek kura-kura yang berlari lamban. Pikir si kelinci, nanti jika kura-kura
tinggal beberapa langkah lagi dari garis finish, maka dia akan langsung berlari
mendahuluinya. Dengan begitu, kura-kura pasti akan merasa sangat kecewa dan
malu.
Namun sudah
sekian lama menunggu, kura-kura masih saja belum tampak mendekat. Karena bosan
menunggu, akhirnya si kelinci tertidur. Udara yang sejuk disertai angin
sepoi-sepoi, membuat kelinci tertidur cukup pulas. Dia bahkan tak sadar ketika
kura-kura sudah melewatinya. Namun ketika dia terbangun, semua sudah terlambat.
Kura-kura sudah berada satu langkah di depan garis finish. Melihat itu, kelinci
terkejut dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengejarnya. Namun karena tak
memiliki cukup waktu, kura-kur sudah berada di belakang garis finis ketika
kelinci berhasil mengejarnya. Akhirnya, kelinci yang sombong itu dikalahkan
oleh kura-kura karena bumerang kesombongannya sendiri. Dengan menahan rasa malu,
akhirnya kelinci pergi dari tempat itu dan tak pernah terlihat lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mendongeng
merupakan cara yang efektif dalam memasukan informasi pada anak, karena pada
umumnya anak suka dongeng. Dongeng merupakan cerita khayalan,
imajinatif/fantasi, sangat cocok dengan karakteristik perkembangan anak usia
prasekolah yaitu anak mampu menggunakan sesuatu untuk merepresentasikan
(mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan symbol (kata-kata, bahasa gerak
dan benda). Hal ini terkait dengan perkembangan kognitif anak, berkembangnya
kemampuan anak dalam berimajinasi berarti, kognitifnya berkembang, selain
bermanfaat bagi perkembangan kognitif, dongeng juga bermanfaat bagi
perkembangan efektif, psikomotor, menanamkan norma, social dan agama. Anak akan
mudah mengingat hal-hal yang dilihat dan didengar apalagi jika anak menyenangi
apa yang dilihat dan didengarnya seperti melihat dan mendengar dongeng. Maka
dari itu dalam menfasilitasi perkembangan kognitif anak guru harus melakukan
strategi pembelajarang yang efektif yaitu salah satunya melalui mendongeng,
keterampilan guru dalam mendongeng sangat dibutuhkan agar anak senang dan
tujuan mendongengpun tercapai.
B. Saran
Hendaknya
tidak hanya guru TK, guru tingkatan lainpun menyadari manfaat besar mendongeng
bagi anak didiknya. Dalam melaksanakan strategi pembelajar ini guru harus
meningkatkan keterampilan mendongeng, dengan mengikuti pelatihan-pelatihan
mendongeng, sering membaca buku, dan latihan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Asfandiar. (2007). Serba-Serbi Cerita Anak.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Danim, S. (1995). Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional.
(2004). Kurikulum TK dan RA.Jakarta :Direktorat Pembinaan TK dan SD.
Isjoni, (2010). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung:
Alfabeta
Majid, A.A. (2001). Mendidik
dengan cerita. Bandung : Rosdakarya
Meggit, C. (2013). Memahami
Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks
Moeslichatoen, (2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdikbud
No comments:
Post a Comment