Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Friday, October 2, 2020

Makalah Mendongeng Untuk Anak Usia Dini

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A. Latar Belakang Masalah

Pemahaman tentang pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran adalah hal yang sangat penting, terutama dalam konteks penguasaan konsepsional terhadap pembelajaran.

Pemilihan metode pembelajaran sangatlah penting. Artinya, bagaimana pengajar dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilitas kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran (Gafur, 1989). Namun, harus diingat bahwa tidak ada satupun strategi pembelajaran yang paling sesuai untuk semua kondisi dan situasi yang berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan ketrampilan pengajar dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran, yaitu yang disusun berdasarkan karakteristik peserta didik dan situasi kondisi yang dihadapinya.

Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku. Dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa. Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini  salah satu karakteristik anak adalah Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional. Strategi pembelajaran melalui bercerita dapat di gunakan dalam pembelajaran anak usia dini.

 

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, terdapat beberapa rumusan masalah yang erat kaitannya dengan Metode Pembelajaran Bercerita, yaitu sebagai berikut:

1.       Apa Pengertian Cerita, Dongeng dan Metode Bercerita?

2.       Bagaimana Langkah-langkah Pembelajaran melalui Mendongeng ?

3.       Bagaimana praktek mendongeng bagi anak usia dini ?

4.       Apa media/alat mendongeng bagi anak usia dini ?

5.       Sebutkan contoh dongeng bagi anak usia dini?

 

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:

1.     Memahami pengertian Cerita, Dongeng dan Metode Bercerita.

2.     Memahami Langkah-langkah Pembelajaran melalui Mendongeng.

3.     Memahami praktek mendongeng bagi anak usia dini.

4.     Memahami media/alat mendongeng bagi anak usia dini.

5.     Memahami contoh dongeng bagi anak usia dini.

 

 

 

 

 

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

 

A.     Pengertian Cerita, Dongeng dan Metode Bercerita

Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi). Kata Dongeng berarti cerita rekaan/tidak nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; Mahabharata, Ramayana, saur sepuh, tutr tinular). Jadi kesimpulannya adalah “Dongeng adalah cerita, namun cerita belum tentu dongeng”.

Metode Bercerita berarti penyampaian cerita dengan cara bertutur. Yang membedakan anatara bercerita dengan metode penyampaian cerita lain adalah lebih menonjol aspek teknis penceritaan lainnya. Sebagaimana phantomin yang lebih menonjolkan gerak dan mimik, operet yang lebih menonjolkan musik dan nyanyian, puisi dan deklamasi yang lebih menonjolkan syair, sandiwara yang lebih menonjol pada permainan peran oleh para pelakunya, atau monolog (teater tunggal) yang mengoptimalkan semuanya. Jadi tegasnya metode bercerita lebih menonjolkan penuturan lisan materi cerita dibandingkan aspek teknis yang lainnya.

 

B.     Langkah-langkah Pembelajaran Melalui Mendongeng

Sebelum bercerita, pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-anak usia dini. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. dan emilihan cerita antara lain ditentukan oleh :

1.   Pemilihan Tema dan judul yang tepat Bagaimana cara memilih tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak? Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan bahwa anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia, misalnya;

a.   sampai ada usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti: Si wortel, Tomat yang Hebat, Anak ayam yang Manja, kambing Gunung dan Kambing Gibas, anak nakal tersesat di hutan rimba, cerita nenek sihir, orang jahat, raksasa yang menyeramkan dan sebagainya.

b.   Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet Biru, Robot pintar, Anak yang rakus dan sebagainya

c.   Pada usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara menyanyi dan sebagainya

2.   Waktu Penyajian Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut; a. Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit b. Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit c. Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.

3.   Suasana (situasi dan kondisi) Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.

Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran di PAUD mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan PAUD antara lain:

a.    Untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan dan dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah.

b.   Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan.

c.    Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.

d.   Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat menggetarkan  perasaan, membangkitkan semangat dan dan menimbulkan keasyikan tersendiri maka kegiatan bercerita memungkinkan mengembangkan dimensi perasaan anak.

e.    Untuk memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang yang ada disekitarnya dengan bermacam pekerjaan.

f.    Dapat membantu anak membangun bermacam kemungkinan propesi yang dipilih anak dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.

g.   Kegiatan bercerita dalam kaitan kehidupan sosial anak dapat dipergunakan guru untuk menuturkan bermacam pekerjaan yang ada dalam masyarakat yang beraneka ragam yang dapat menimbulkan sikap pada diri anak yang dapat menghargai bermacam-macam pekerjaan.

h.   Melatih daya serap anak, artinya anak usia dini dapat dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara keseluruhan.

i.     Melatih daya pikir anak, artinya anak dapat terlatih untuk memahami proses cerita, mempelajari hubungan sebab akibatnya termasuk hubungan-hubungan dalam cerita.

j.     Melatih daya konsentrasi anak, untuk memusatkan perhatiannya kepada keseluruhan cerita.

k.   Melatih daya imajinasi anak.

l.     Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.

Menurut Tadkiroatun Musfiroh, (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat metode bercerita sebagai berikut:

1)      Membantu pembentukan pribadi dan moral anak,

2)      Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi,

3)      Memacu kemampuan verbal anak,

4)      Merangsang minat menulis anak,

5)      Merangsang minat baca anak,

6)      Membuka cakrawala pengetahuan anak

Sedangkan menurut Bachri (2005: 11), manfaat bercerita adalah “dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya”.

 

C. Praktek Mendongeng

Bercerita Tanpa Alat:

a.    Guru mengatur posisi tempat duduk anak

b.   Guru merangsang anak agar mau mendengarkan dan mem perhatikan isi cerita.

c.    Guru mulai bercerita dengan terlebih dahulu menyebutkan judul cerita.

d.   Setelah selesai bercerita, guru memberi tugas pada anak – anak, untuk menceritakan kembali isi cerita tersebut secara bergantian.

e.    Guru memberikan pujian kepada anak yang sudah bisa dan memberikan motivasi kepada anak yang belum bisa.

Bercerita dengan alat peraga langsung:

a.    Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan.

b.   Guru memberikan pendahuluan dengan membicarakan tentang alat peraga seekor kelinci dan daun kol , misalnya tentang warna bulu kelinci, nama , jumlah kaki, bentuk telinga, makanannya, berjalannya bagaimana, dsb. Sambil memberi kesempatan anak untuk memegang dan membelai kelinci tersebut.

c.    Setelah cukup memberi penjelasan tentang alat peraga kelinci, guru lalu memasukkan kelinci ke dalam kandang, lalu guru mulai bercerita.

d.   Guru merangsang anak untuk mendengarkan cerita.

e.    Setelah selesai bercerita guru memberikan pertanyaan kepada anak.

f.    Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menjawab pertanyaan guru tersebut.

g.   Guru memberikan pujian kepada anak yang sudah bisa dan memberikan motivasi kepada anak yang belum bisa.

Bercerita dengan gambar - gambar:

a.    Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan ( gambar – gambar )

b.   Guru mengatur posisi tempat duduk anak sesuai yang direncanakan.

c.    Guru merangsang anak agar mau mendengarkan dan mem perhatikan isi cerita.

d.   Guru bercerita dengan memperlihatkan alat peraga satu persatu sesuai dengan bagian yang diceritakan.

e.    Guru memberikan pertanyaan tentang isi cerita pendek tersebut kepada anak satu persatu (bertahap) kepada anak secara bergantian.

f.    Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menjawab pertanyaan guru tersebut.

g.   Guru memberikan pujian kepada anak yang sudah bisa dan memberikan motivasi kepada anak yang belum bisa.

 

Bercerita dengan menggunakan papan planel:

a.    Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan.

b.   Guru mengatur posisi tempat duduk anak sesuai yang direncanakan.

c.    Guru menunjukkan alat peraga yang telah disiapkan dan kemudian menyebutkan nama –nama tokoh yang ada dalam isi cerita yang akan disampaikan.

d.   Guru merangsang anak untuk mendengarkan cerita.

e.    Guru menyebutkan judul cerita.

f.    Sambil bercerita, guru meletakkan potongan – potongan gambar pada papan planel yang sesuai dengan adegan yang akan diceritakan.

g.   Agar tidak membingungkan anak diusahakan supaya tidak terlalu banyak adegan yang sekaligus ditempelkan di papan planel pada saat yang sama.

h.   Setelah selesai bercerita guru memberikan pertanyaan kepada anak.

i.     Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menjawab pertanyaan guru tersebut.

b.   10.Guru memberikan pujian kepada anak yang sudah bisa dan memberikan motivasi kepada anak yang belum bisa.

Membacakan Cerita ( Story Reading ):

a.    Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan.

b.   Guru mengatur posisi tempat duduk anak sesuai yang direncanakan.

c.    Buku dipegang oleh guru di tangan kiri dan posisi buku diatur sedemikian rupa, sehingga gambar dan tulisan dapat dilihat dengan jelas oleh anak.

d.   Guru merangsang anak untuk mendengarkan cerita.

e.    Sebagai pendahuluan, guru memperlihatkan gambar yang ada pada sampul sambil menyebutkan judul cerita dan membicarakan isi gambar.

f.    Guru membacakan cerita setiap halaman dengan intonasi suara, irama yang menarik dan ucapan yang jelas.

g.   Setelah membacakan cerita, guru memberi kesempatan kepada anak untuk menceritakan kembali isi cerita secara bergantian.

h.   Guru memberikan pujian kepada anak yang sudah bisa dan memberikan motivasi kepada anak yang belum bisa.

 

Sandiwara boneka dengan panggung boneka :

a.    Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan.

b.   Guru mengatur posisi tempat duduk anak sesuai yang direncanakan.

c.    Guru memberikan prolog / pendahuluan.

d.   Guru melaksanakan dialog / percakapan antar boneka. Diantara dialog/percakapan tersebut diberi pengiring.

e.    Setelah dialog yang dilakukan sudah selesai, layar panggung ditutup apabila tidak ada layar boneka turun ke bawah panggung baik melalui sebelah kiri maupun sebelah kanan.

f.    Guru memberikan tugas kepada anak untuk menceritakan kembali isi cerita sederhana.

g.   Guru memberikan pujian kepada anak yang sudah bisa dan memberikan motivasi kepada anak yang belum bisa.

 

D. Media/Alat Mendongeng Bagi Anak Usia Dini

Media dan Alat bercerita Berdasarkan cara penyajiannya, bercerita dapat disampaikan dengan alat peraga maupun tanpa alat peraga (dirrect story). Sedangkan bercerita dengan alat peraga tersebut dibedakan menjadi peraga langsung (membawa contoh langsung:kucing dsb) maupun peraga tidak langsung (boneka, gambar, wayang dsb). Agar bercerita lebih menarik dan tidak membosankan, pendidik disarankan untuk lebih variatif dalam bercerita, adakalanya mendongeng secara langsung, panggung boneka, papan flanel, slide, gambar seri, membacakan cerita dan sebagainya.sehingga kegiatan bercerita tidak menjemukan.

Bentuk-bentuk metode bercerita tersebut terbagi dua yaitu:

1. Bercerita tanpa alat peraga.

2. Bercerita dengan alat peraga.

Bentuk bercerita dengan alat peragaan terbagi dua yaitu:

1. Bercerita dengan alat peragaan langsung.

2. Bercerita dengan alat peraga tak langsung\benda tiruan.

 

E.    Contoh Dongeng Untuk Anak Usia Dini

Dongeng Kelinci dan Kura-kura

Di suatu hutan, terdapat seekor kelinci yang sangat sombong. Bukan tanpa alasan, akan tetapi karena kelinci itu mampu berlari sangat cepat. Sehingga dia sering meledek hewan-hewan lain yang lebih lamban darinya. Banyak sekali hewan-hewan yang jengkel dengan ulah si kelinci, namun mereka tak bisa berbuat banyak.

Hingga pada suatu hari, ada seekor kura-kura yang berjalan santai. Dia baru saja pulang dari berkunjung ke rumah kerabatnya. Namun di tengah perjalanan, tiba-tiba si kelinci datang. Dia berlari cukup cepat melewati kura-kura hingga membuat kura-kura terbatuk-batuk karena debu yang beterbangan. Namun buka hanya itu, si kelinci berbalik menghampiri kura-kura sambil meledek. ''Dasar hewan lamban. Tak berguna sama sekali. Hahaha..''. Kata kelinci.

Merasa di hina, kura-kura tidak terima. Lalu dia membalas..'' Dasar hewan sombong. Kau kira dirimu cukup pintar dan cukup cepat? Aku saja bisa mengalahkan mu''. Kata kura-kura. Merasa harga dirinya dipertaruhkan, si kelinci lalu berkata pada kura-kura dengan sombongnya. '' Hahaha.. jangan mimpi kau bisa mengalahkan aku. Kita lihat saja siapa yang akan menang. Kecepatan ku, atau mulut besar mu. Bagaimana kalau kita adakan lomba lari? Kita undang seluruh penghuni hutan untuk menonton, biar mereka tahu siapa pecundang yang asli''. Kata kelinci. ''Baik, siapa takut? Kau akan ku kalahkan dengan segenap kemampuan ku. Aku tak akan menyerah. Mungkin kau memang punya bakat, tapi aku juga memiliki semangat''. Jawab kura-kura.

Akhirnya, lomba diadakan di hari yang sudah disepakati. Banyak sekali yang menonton untuk melihat pertandingan itu. Kera yang menjadi wasit mulai meniup peluit, tanda pertandingan dimulai. Kura-kura langsung berusaha berlari secepat mungkin dengan segenap tenaganya. Namun kecepatan si kelinci memang di luar kemampuan kura-kura, hingga tak butuh waktu lama bagi kelinci untuk membuat kura-kura tertinggal jauh di depan ( dongengterbaru.blogspot.com ). Setelah terpaut cukup jauh, si kelinci berhenti untuk melihat kura-kura yang berada jauh di belakangnya. Melihat kura-kura yang berlari sangat lamban, muncul niat si kelinci untuk meledek. Apa lagi di kala itu, banyak sekali yang menonton. Sehingga si kelinci berniat menyombongkan diri. Lagi pula, garis finish tinggal beberapa langkah lagi di depannya. Maka dia yakin pasti dia akan menang.

Maka dia berhenti di bawah sebuah pohon, kemudian dia tiduran dengan santainya. Tentu saja para penonton tahu, bahwa si kelinci berniat menyombongkan diri dan meledek kura-kura yang berlari lamban. Pikir si kelinci, nanti jika kura-kura tinggal beberapa langkah lagi dari garis finish, maka dia akan langsung berlari mendahuluinya. Dengan begitu, kura-kura pasti akan merasa sangat kecewa dan malu.

Namun sudah sekian lama menunggu, kura-kura masih saja belum tampak mendekat. Karena bosan menunggu, akhirnya si kelinci tertidur. Udara yang sejuk disertai angin sepoi-sepoi, membuat kelinci tertidur cukup pulas. Dia bahkan tak sadar ketika kura-kura sudah melewatinya. Namun ketika dia terbangun, semua sudah terlambat. Kura-kura sudah berada satu langkah di depan garis finish. Melihat itu, kelinci terkejut dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengejarnya. Namun karena tak memiliki cukup waktu, kura-kur sudah berada di belakang garis finis ketika kelinci berhasil mengejarnya. Akhirnya, kelinci yang sombong itu dikalahkan oleh kura-kura karena bumerang kesombongannya sendiri. Dengan menahan rasa malu, akhirnya kelinci pergi dari tempat itu dan tak pernah terlihat lagi.

 

BAB III

PENUTUP

 

 

A.        Kesimpulan

Mendongeng merupakan cara yang efektif dalam memasukan informasi pada anak, karena pada umumnya anak suka dongeng. Dongeng merupakan cerita khayalan, imajinatif/fantasi, sangat cocok dengan karakteristik perkembangan anak usia prasekolah yaitu anak mampu menggunakan sesuatu untuk merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan symbol (kata-kata, bahasa gerak dan benda). Hal ini terkait dengan perkembangan kognitif anak, berkembangnya kemampuan anak dalam berimajinasi berarti, kognitifnya berkembang, selain bermanfaat bagi perkembangan kognitif, dongeng juga bermanfaat bagi perkembangan efektif, psikomotor, menanamkan norma, social dan agama. Anak akan mudah mengingat hal-hal yang dilihat dan didengar apalagi jika anak menyenangi apa yang dilihat dan didengarnya seperti melihat dan mendengar dongeng. Maka dari itu dalam menfasilitasi perkembangan kognitif anak guru harus melakukan strategi pembelajarang yang efektif yaitu salah satunya melalui mendongeng, keterampilan guru dalam mendongeng sangat dibutuhkan agar anak senang dan tujuan mendongengpun tercapai.

 

B.     Saran

Hendaknya tidak hanya guru TK, guru tingkatan lainpun menyadari manfaat besar mendongeng bagi anak didiknya. Dalam melaksanakan strategi pembelajar ini guru harus meningkatkan keterampilan mendongeng, dengan mengikuti pelatihan-pelatihan mendongeng, sering membaca buku, dan latihan di rumah.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Asfandiar. (2007). Serba-Serbi Cerita Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

 

Danim, S. (1995). Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

 

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum TK dan RA.Jakarta :Direktorat Pembinaan TK dan SD.

 

Isjoni, (2010). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta

 

Majid, A.A. (2001). Mendidik dengan cerita. Bandung : Rosdakarya

 

Meggit, C. (2013). Memahami Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks

 

Moeslichatoen, (2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdikbud

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts