Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Saturday, July 14, 2018

RANGKUMAN MATERI SOSIOLOGI KELAS X (SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN)

SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN


Standar kompetensi                : Memahami nilai dan norma dalam proses pengembangan   
  kepribadian.

Kompetensi dasar                   : Menjelaskan Sosiologi sebagai proses dalam pembentukan
  kepribadian

Tujuan pembelajaran            
Setelah mempelajari Kegiatan belajar ini diharapkan siswa mampu :
-          Menjelaskan pengertian sosialisasi
-          Mengidentifikasikan jenis-jenis sosialisasi
-          Mendeskripsikan media sosialisasi
-          Menjelaskan tahap-tahap sosiologi
-          Menjelaskan pengertian kepribadian
-          Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian



A.     SOSIALISASI
1.      Pengertian Sosialisasi
Pengertian sosialisasi dapat diartikan sebagai proses belajar individu untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai sosial sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakat.
Sosiologi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang terjadi bila seorang individu menghayati dan melaksanakan norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga akan merasa jadi bagian dari kelompoknya.
Untuk memahami lebih jauh tentang sosialisasi, coba kalian perhatikan definisi para ahli berikut ini.

  1. CHARLOTTE BUHLER
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota suatu kelompok.

  1. SOERJONO SOEKANTO
Bahwa sosialisasi adalah suatu proses sosial tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai denagn perilaku orang-orang di dalam kelompoknya.

  1. BRUCE J. COHEN
Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota suatu kelompok.

  1. PETER BERGER
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
           
Berdasarkan pengertian sosialisasi yang dikemukakan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut,
a.      Sosialisasi ditempuh seorang individu melalui proses belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan suatu tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakat.
b.      Sosialisasi ditempuh seorang individu secara bertahap dan berkesinambungan, sejak ia dilahirkan.
c.       Sosialisasi erat sekali kaitannya dengan enkulturasi atau proses pembudayaan yaitu suatu proses belajar seorang individu untuk belajar mengenal, menghayati dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya terhadap sistem adat dan norma, serta semua peraturan dan pendirian yang hidup dalam lingkungan kebudayaan masyarakatnya.

2.      Jenis Sosialisasi
Di dalam masyarakat sosialisasi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :
  1. Sosialisasi Primer
Menurut Peter Berger dan Luckman, sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, di mana ia menjadi anggota masyarakat. Biasanya pada usia 1-5 tahun, secara bertahap mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Peran orang-orang terdekat sangat penting untuk membentuk karakter kepribadian sesuai yang diharapkan.

  1. Sosialisasi Sekunder
Menurut Peter Berger dan Luckman, sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya. Salah satu bentukya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberikan identitas diri baru dan desosialisasi adalah ketika seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang lama. Hal ini biasa terjadi di lingkungan tempat kerja.
Di lingkungan pekerjaan inilah individu dikenalkan dan disosialisasikan dengan dunia (objeknya).

  1. Sosialisasi Represif
Sosialisasi yang menekankan pada pengawasan yang ketat dan pemberian hukuman kepada setiap orang yang melanggar peraturan atau norma yang berlaku. Misalnya di lingkungan pendidikan militer seperti kepolisian.

  1. Sosialisasi Partisipasi
Sosialisasi yang menekankan pada keikutsertaan seseorang dalam proses sosial. Anak-anak yang sudah menaati nilai dan norma diberi pujian, sedangkan yang belum mereka terus dibimbing, diarahkan dan diluruskan jika terjadi penyimpangan.

3.       Media/Agen Sosialisasi
 Media sosialisasi sangat berperan dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Media sosialisasi itu meliputi keluarga, kelompok bermain, sekolah, lingkungan kerja dan media massa.

  1. Keluarga
Keluarga merupakan media awal dari suatu proses sosialisasi. Begitu seorang bayi dilahirkan, ia sudah berhubungan dengan kedua orang tuanya, kakak-kakaknya, dan mungkin dengan saudara-saudara dekatnya yang lain.
Proses sosialisasi awal ini dimulai dengan proses belajar menyesuaikan diri dan mengikuti setiap apa yang diajarkan oleh orang-orang sekitar lingkungan keluarganya, seperti cara makan, berbicara, berjalan, hingga belajar bertindak dan berperilaku. Melalui lingkungan keluarga itulah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup sehari-hari.
Dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik melalui penanaman disiplin sehingga membentuk kepribadian yang baik bagi si Anak. Oleh karena itu, orang tua sangat berperan untuk :
1)      Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar sehingga anak tidak merasa tertekan jiwanya.
2)      Mendorong agar anak dapat membedakan antara perilaku benar dan salah, baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, dan sebagainya, serta
3)      Memberikan contoh perilaku yang baik dan pantas bagi anak-anaknya.
Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa hal berikut.
1)      Orang tua kurang memperhatikan anak-anaknya, terlalu sibuk dengan kepentingan-kepentingannya sehingga anak merasa diabaikan. Hubungan anak dengan orang tua menjadi renggang, padahal anak sangat memerlukan kasih sayang mereka.
2)      Orang tua terlalu memaksakan kehendak dan gagasannya kepada anak dengan ancaman dan sanksi yang dirasakan anak cukup berat sehingga jiwa anak menjadi tertekan.
Dalam lingkungan keluarga kita mengenal dua macam pola sosialisasi yaitu repressive socialization dan participatory socialization.

1)      Sosialisasi represif (repressive socialization), ciri-cirinya antara lain:
a.      Menghukum perilaku yang keliru,
b.      Hukuman dan imbalan material,
c.       Kepatuhan anak,
d.      Komunikasi sebagai perintah,
e.      Komunikasi nonverbal,
f.        Sosialisasi berpusat pada orang tua,
g.      Anak memerhatikan keinginan orang tua, dan
h.      Keluarga merupakan significant order (dominasi orang tua).

2)      Sosialisasi partisipasi (participatory socialization), ciri-cirinya antara lain:
a.      Memberikan imbalan bagi perilaku yang baik,
b.      Hukuman dan imbalan simbolis,
c.       Otonomi anak,
d.      Komunikasi sebagai interaksi,
e.      Komunikasi verbal,
f.        Sosialisasi berpusat pada anak,
g.      Orang tua memerhatikan keinginan anak, dan
h.      Keluarga merupakan generalized order (kerja sama ke arah tujuan)

  1. Kelompok Bermain
Dalam istilah sosiologi, kelompok bermain disebut juga dengan peer group. Pada usia anak-anak, kelompok bermain mencakup teman-teman, tetangga, keluarga dan kerabat.
Peranan positif kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian anak, antara lain sebagai berikut:
1)      Rasa aman dan rasa dianggap penting dalam kelompok akan sangat berguna bagi perkembangan jiwa anak,
2)      Perkembangan kepribadian remaja tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan,
3)      Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut, khawatir, gembira dan sebagainya yang mungkin tidak didapatkan di rumah,
4)      Melalui interaksi dalam kelompok, remaja dapat mengembangkan berbagai keterampilan sosial yang berguna bagi kehidupannya kelak,
5)      Pada umumnya kelompok persahabatan mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang mendorong remaja untuk bersikap lebih dewasa.

Ada juga geng yang dapat mengembangkan dasar-dasar kepribadian yang sifatnya positif bagi anggotanya, yaitu sebagai berikut.
1)      Mengembangkan keterampilan berorganisasi dan kepemimpinan.
2)      Menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial.
3)      Rela berkorban untuk sesama anggota kelompok sehingga timbul rasa solidaritas.
4)      Menyalurkan semangat patriotisme.

  1. Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah seseorang mempelajari hal-hal baru yang belum pernah mereka temukan, baik di lingkungan keluarga maupun kelompok bermain. Pendidikan formal mempersiapkan seorang anak menguasai peranan-peranan baru di kemudian hari, manakala tidak lagi tergantung pada orang tuanya.
Menurut Horton, fungsi nyata dari pendidikan, antara lain sebagai berikut.
1)      Sebagai modal penting dalam menentukan mata pencaharian.
2)      Dapat mengembangkan potensi demi pemenuhan kebutuhan pribadi dan pengembangan masyarakat.
3)      Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
4)      Membentuk kepribadian.

  1. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar pada pembentukan kepribadian seseorang. Pengaruh dari lingkungan kerja tersebut pada umumnya mengendap dalam diri seseorang dan sukar sekali untuk diubah, apalagi jika yang bersangkutan cukup lama bekerja di lingkungan tersebut.

  1. Media Massa
Media massa yang terdiri dari media cetak (surat kabar dan majalah) maupun elektronik (radio, televisi, dan internet) merupakan alat komunikasi yang dapat menjangkau masyarakat secara luas. Media massa diidentifikasikan sebagai media sosialisasi yang berpengaruh terhadap perilaku khalayaknya.
Pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan khalayak ke arah perilaku prososial maupun antisosial.

4.       Bentuk-bentuk Sosialisasi
Peter L. Berger dan Luckman (dalam Pengantar Sosiologi edisi kedua, Kamanto Soenarto, 1993) membedakan sosialisasi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.

a.      Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer merupakan sosialisasi pertama yang dialami individu sewaktu kecil. Pada tahap ini, anak mulai mengenal keluarganya, dan berlangsung sebelum si Anak memasuki lingkungan yang lebih luas, seperti lingkungan sekolah.

b.      Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder merupakan tahapan lanjutan setelah sosialisasi primer. Dalam tahap ini dikenal adanya proses desosialisasi yaitu proses pencabutan identitas diri yang lama dan dilanjutkan dengan resosialisasi, yaitu pemberian identitas baru yang didapat melalui institusi sosial.



5.       Tahap-Tahap Sosialisasi
a.      Masa Anak-Anak
Sejak dilahirkan seorang anak (pertama balita) hidupnya sangat tergantung kepada perlindungan dan bantuan orang tua dan saudara-saudara dekat di lingkungan keluarganya. Ia belajar menirukan apa yang diajarkan orang tuanya, mulai dari belajar makan, belajar berbicara, belajar bertindak dan berperilaku. George Herbert Mead menyebutkan proses meniru pada usia awal ini dikenal dengan istilah preparatory stage. Orang-orang di lingkungan keluarga si Anak juga mengajarinya tentang perbuatan atau perilaku yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
Anak-anak mulai mengenal lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan teman sepermainannya, si Anak sudah mengenal teknik bermain peran. Misalnya, main ‘polisi-polisian’, ‘perang-perangan’, dan ‘dokter’dokteran’. Jadi, pada tahapan ini seorang anak sudah pandai menirukan peran-peran tertentu, walaupun masih terbatas. Tahapan ini oleh George Herbert Mead disebut play stage.

b.      Masa Remaja
Tahapan ini merupakan tahap lanjutan dari teknik bermain peran pada masa anak-anak. Seorang remaja tidak hanya meniru peran seseorang yang diidolakannya, tetapi sudah mengidentikkan dirinya, seolah-olah ia sudah menyamakan (identik) dirinya dengan tokoh idolanya.  Misalnya, remaja mengidolakan seorang bintang film, akan berupaya sedemikian rupa mengidentikkan dirinya dengan bintang pujaannya itu.
Dalam masa puber ini, seorang remaja sering mengalami situasi krisis dengan gejala-gejala, antara lain sebagai berikut.
a)       Bertemperamen keras dan agresif atau sebaliknya murung dan suka menyendiri.
b)       Kepribadiannya labil karena masih mencari identitas diri.
c)        Mudah tersinggung dan sukar mengendalikan emosi.
d)       Mudah terpengaruh oleh hal-hal tertentu, baik yang bersifat positif maupun negatif.
e)       Memiliki rasa ingin tahu dan mencoba hal-hal yang baru, yang sebelumnya belum pernah ia alami.

c.       Masa Dewasa
Proses sosialisasi pada tahap ini merupakan titik kulminasi yang paling optimal bagi seorang individu. Proses belajar tidak semata-mata melalui pola meniru, tetapi lebih kepada pola menyesuaikan diri. G.H. Mead menyebutnya sebagai tahap generalized other.
Seorang individu dewasa diharapkan sudah menyelaraskan dan menyesuaikan dirinya dengan pola sosial budaya masyarakat tempat ia hidup.

B.    KEPRIBADIAN

1.      Pengertian Kepribadian
Rounded Rectangle: NILAI & NORMA Oval: KEPRIBADIAN Rounded Rectangle: PERILAKU
 




Konsep kepribadian adalah konsep yang luas sehingga tidak mungkin dapat merumuskan satu definisi yang tajam tapi dapat mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, pengertian dari satu ahli dengan yang lainnya berbeda-beda. Beberapa definisi kepribadian menurut para ahli antara lain sebagai beriku

Pengertian kepribadian menurut beberapa ahli berikut.
a.      Theodore M. Newcomb, seorang sosiolog berkebangsaan Amerika (dalam Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto, 1990) menyatakan bahwa kepribadian merupakan organisasi sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang dari perilakunya.

b.      M.A.W. Brower, kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
c.       J. Milton Yinger, kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
d.      John F. Cuber, kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat seseorang.
e.      Roucek dan Warren, dalam buku mereka yang berjudul “Sociology an Introduction” mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi faktor-faktor biologis, psikologi, dan sosiologis yang mendasari perilaku seorang individu.
f.        Koentjaraningrat, seorang ahli antropologi Indonesia (dalam bukunya Pengantar Antropologi I, 1996) menyatakan kepribadian sebagai susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
a.      Kepribadian merupakan abstraksi dari pola perilaku manusia.
b.      Kepribadian merupakan ciri-ciri watak yang khas dan konsisten sebagai identitas seorang individu, dan
c.       Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan berbagai sifat yang khas apabila seseorang berhubungan dengan orang lain.

2.    Faktor-Faktor Dalam Perkembangan Kepribadian
Harus diakui bahwa setiap orang memiliki corak kepribadian yang tidak selalu sama, walaupun memiliki asal-usul atau keturunan yang sama. Faktor-faktor dalam perkembangan kepribadian seseorang (dalam Sosiologi, Horton dan Chester I. Hunt, 1999) adalah sebagai berikut.

a.      Warisan Biologis
Semua manusia yang normal dan sehat mempunyai persamaan biologi tertentu, seperti mempunyai dua tangan, pancaindera, kelenjar seks, dan otak yang rumit. Persamaan bioogis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang.
b.      Faktor Lingkungan Fisik
Faktor lingkungan fisik akan memengaruhi kepribadian seorang individu. Misalnya, masyarakat yang tinggal di daerah subur seperti daerah pedesaan cenderung memiliki kepribadian yang ramah, tenang, dan sabar. Sebaliknya, masyarakat yang tinggal di daerah tandus cenderung rakus, tamak dan egois karena lingkungan fisik yang keras.
c.       Faktor Kelompok
Sebuah kelompok dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anggotanya, baik kepribadiannya, sifatnya positif maupun yang negatif, misalnya kelompok sepermainan.
d.      Faktor Kebudayaan Khusus
Setiap daerah memiliki karakteristik yang khas karena pengaruh kebudayaan yang dianut. Misalnya, kepribadian masyarakat kota berbeda dengan masyarakat desa atau masyarakat industri berbeda kepribadiannya dengan masyarakat tradisional.
e.      Faktor Pengalaman yang Unik
Kepribadian seseorang akan dipengaruhi oleh sejumlah pengalaman yang dilalui dalam hidupnya. Pengalaman yang dilalui individu tidak sama dengan individu lainnya.

3.    Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian sebagai Hasil Sosialisasi
Kepribadian seorang individu terbentuk melalui beberapa tahapan berikut.
a.      Fase Pertama
Menurut Charles H. Cooley (1864-1929), proses perkembangan kepribadian seseorang dimulai kurang lebih pada usia 1-2 tahun yang ditandai dengan saat-saat seorang anak mengenal dirinya sendiri.
Kita dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi 2 bagian penting yaitu sebagai berikut.
1)      Basic Personality Structure, yaitu unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut attitude. Unsur ini bersifat permanen dan tidak mudah berubah di kemudian hari.
2)      Capital Personality, yaitu unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan yang sifatnya mudah berubah atau dapat ditinjau kembali di kemudian hari (fleksibel).

b.      Fase Kedua
Fase kedua merupakan fase perkembangan di mana rasa ego yang telah dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya. Pada fase ini, si Anak mulai menyadari bahwa pandangan orang lain tentang dirinya disertai pandangan orang lain tentang dirinya disertai dengan beberapa penilaian seperti bodoh, nakal, rajin, dan malas.
Fase kedua ini berlangsung relatif panjang hingga menjelang masa dewasa.

c.       Fase Ketiga
Kepribadian seseorang pada akhirnya mengalami suatu perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Fase ketiga ini disebut juga fase kedewasaan, yang berlangsung kurang lebih pada usia antara 25-28 tahun.

4.   Hubungan antara Kepribadian, Sosialisasi dan Kebudayaan
Kepribadian merupakan abstraksi atau pengorganisasian dari sikap-sikap seorang individu untuk berperilaku dalam rangka berhubungan dengan orang lain (berinteraksi sosial) atau menanggapi suatu hal yang terjadi dalam lingkungan masyarakatnya). Dengan kata lain, pola perilaku yang merupakan perwujudan dari kepribadian seorang individu akan disesuaikan dengan sistem nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan sosial budaya masyarakat.
Kebudayaan merupakan mesin atau komponen yang akan menentukan bagaimana corak kepribadian dari warga masyarakat. Proses ini dinamakan social determinan.
Untuk lebih jelasnya, bagan di bawah ini akan memberikan gambaran mengenai hubungan pembentukan kepribadian, sosialisasi dan kebudayaan dalam masyarakat.
 














Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa masyarakat yang membentuk kehidupan bersama telah menghasilkan seperangkat kebudayaan yang terdiri dari 7 unsur yaitu bahasa, religi, kesenian, sistem ilmu pengetahuan, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, dan sistem organisasi sosial. Kebudayaan tersebut akan memengaruhi kepribadian individu terutama individu secara kumulatif dan komprehensif sehingga dalam proses pendewasaannya karakter generasi baru tersebut dibentuk langsung oleh budaya masyarakat. 


5.   Tipe Kebudayaan Khusus yang Memengaruhi Kepribadian
Selain hubungan pembentukan kepribadian dan kebudayaan seperti yang telah dijelaskan di atas ada beberapa tipe kebudayaan khusus atau subculture yang secara nyata dapat memengaruhi bentuk kepribadian seorang individu yaitu sebagai berikut.
a.      Kebudayaan khusus berdasarkan faktor Kedaerahan
Sebagai contoh, terdapat perbedaan antara sistem kekerabatan di Tapanuli dengan sistem kekerabatan di Minangkabau.
Orang Batak memperhitungkan hubungan keturunannya secara patrilineal (garis kekerabatan) atau keturunan dihitung dari garis turunan pria) sedangkan di Minangkabau garis keturunan diperhitungkan dari pihak perempuan (matrilineal).
b.      Cara hidup di Kota dan di Desa yang berbeda
Pola hidup masyarakat desa umumnya berbeda dengan pola hidup masyarakat kota. Masyarakat desa pola hidupnya lebih homogen dan kolektif, sedangkan masyarakat kota lebih heterogen dan individualis.
c.       Kebudayaan Khsus Kelas Sosial
Golongan kelas atas sangat berbeda dibandingkan dengan golongan kelas bawah dalam cara berpakaian, etika, pergaulan cara mengisi waktu senggang dan sebagainya.
d.      Kebudayaan Khusus Atas Dasar Agama
Faktor agama juga memiliki pengaruh dalam membentuk kepribadian seorang individu. Pola hidup antar penganut agama akan berbeda satu sama lain. Pola hidup dan budaya mereka disesuaikan dengan ajaran agamanya masing-masing.
e.      Kebudayaan Khusus Berdasarkan Profesi
Profesi seseorang akan berpengaruh besar pada kepribadiannya. Misalnya kepribadian seorang petani akan berbeda dengan kepribadian seorang dokter.




No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts