Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat empat pendekatan yang
dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu: pendekatan subjek
akademis; pendekatan humanistis; pendekatan teknologis; dan pendekatan
karakteristik Ilmu Akhlak sebagaimana uraian pada bab terdahulu, maka pengembangan kurikulum
pendidikan agama Islam Ilmu Akhlak dapat menggunakan pendekatan eklektrik, yakni dapat
memilih yang terbaik dari keempat pendekatan tersebut sesuai dengan
karakteristiknya.
Pendekatan Subjek Akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan
didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu
pengetahuan memiliki sistenmatisasi tertentu yang berbeda dengan sistematisasi
ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara
menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mta kuliah apa yang harus dipelajari
peserta didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu.
Pendidikan agama Islam di sekolah meliputi aspek AL-Quran/Hadis, keimanan,
akhlak, ibadah/muamalah, dan tarikh/sejarah umat Islam. Di madrasah,
aspek-aspek tersebut dijadikan sebagai sub-sub mata pelajaran PAI yang
meliputi: mata pelajaran Alquran-Hadis, Fiqih, Akidah-Akhlak, dan Sejarah
(kebudayaan) Islam.
Pendektan Humanistis
Pendektan Humanistis
Pendekatan humanists dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide
“memanusiakan manusia”. Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia
untuk menjadi lebih huma, untuk memperinggi harkat manusia merupakan dasar
filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembaangan program
pendidikan.]
Dalam kegiatan pembelajaran guru perlu memposisikan guru sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan jalannya pembelajaran; atau memposisikan peserta didik sebagai orang yang sedang belajar, mengaktualisaskan dan mengembangkan potensi-potensinya. Adapun menjadikan peserta didik sebagai pendengar melalui metode ceramah dilakukan pada tahap berikutnya, yang berfungsi sebagi konfirmasi atau memperkuat apa yang dipelajari peserta didik, atau mediator bila terdapat pendangan-pandangan yang kontroversial, atau mungkin peserta didik sudah sangat memerlukan bantuan penjelasan guru, demikian seterusnya.
Dalam kegiatan pembelajaran guru perlu memposisikan guru sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan jalannya pembelajaran; atau memposisikan peserta didik sebagai orang yang sedang belajar, mengaktualisaskan dan mengembangkan potensi-potensinya. Adapun menjadikan peserta didik sebagai pendengar melalui metode ceramah dilakukan pada tahap berikutnya, yang berfungsi sebagi konfirmasi atau memperkuat apa yang dipelajari peserta didik, atau mediator bila terdapat pendangan-pandangan yang kontroversial, atau mungkin peserta didik sudah sangat memerlukan bantuan penjelasan guru, demikian seterusnya.
Pendekatan
teknologis
Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan
pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan ntuk melaksanakan
tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses, dan
stratergi belajarnya ditetapkan sesuai analisis tuas (job analysis) tersebut.
Kurikulum berbasis kompetensi yang saat ini sedang digalakkan di
sekolah/madrasah termasuk dalam kategori pendekatan teknologis.
Pendekatan
Rekonstruksi Sosial
Pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun kurikulum atau program
pendidikan keahlian bertolak dari problem yang dihadapi masyarakat, untuk
selanjutnya denga memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara
kooperatif dan kolaboratif, akan dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukan
masyarakat yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment