Kemampuan pemecahan masalah
menurut Polya (dalam Darmono, 2006:16) mengartikan “Pemecahan masalah sebagai usaha
mencari jalan keluar dari kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera
dapat dicapai. Dahar dan Dess (Hamzah, 2003:31) menyebutkan bahwa
pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang menerapkan
konsep-konsep dan aturan-aturan yang diperoleh sebelumnya.
Menurut Rif’at (2002:27)
dalam memahami dan menyajikan masalah perlu dipahami keberadaan ciri masalah
yang merupakan segi lain dari proses mental, yakni strategi penyelesaian. Menurut Ruseffendi
(2006:169) “Sesuatu itu merupakan masalah bagi seseorang bila sesuatu itu:
baru, sesuai dengan kondisi yang memecahkan masalah (tahap perkembangan mentalnya)
dania memiliki pengetahuan prasyarat”. Menurut Hudoyo (dalam Darmono, 2006:17) pemecahan
masalah merupakan suatu yang esensial dalam pembelajaran matematika sebab:
a.
Siswa menjadi terampil menyelidiki informasi yang
relevan, kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti hasilnya.
b.
Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam
c.
Potensi intelektual siswa meningkat
d.
Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melelui
proses penemuan
Menurut Polya (dalam Wahyudin,
2010:367) mengemukakan ada empat langkah yang dapat ditempuh dalam pemecahan masalah:
a.
Memahami masalah
1)
Apa yang tidak diketahui atau yang ditanyakan?
2)
Data apa yang diberikan?
3)
Bagaimana kondisi soal?
b.
Memikirkan sebuah rencana penyelesaian
1)
Pernahkah anda melihat masalah serupa itu dalam bentuk
yang sedikit berbeda?
2)
Tahukah anda suatu masalah yang terkait itu?
3)
Tahukah anda suatu teorema yang barangkali berguna?
c.
Melaksanakan Rencana
1)
Dapatkah anda melihat dengan jelas bahwa langkah-langkah
pengerjaan anda benar?
2)
Dapatkah anda membuktikan bahwa itu benar?
d.
Mengkaji Pemecahan yang diperoleh.
1)
Apakah siswa dapat memeriksa hasilnya?
2)
Apakah siswa dapat memeriksa argumennya?
3)
Apakah siswa dapat memperoleh hasil dengan cara yang
berbeda?
4)
Apakah siswa dapat menggunakan hasil atau metode untuk
masalah yang lainnya?
Sedangkan menurut Ruseffendi (2006:169), dalam
pemecahan masalah biasanya ada 5 langkah yang harus dilakukan:
1.
Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas;
2.
Menyatakan masalah dalam bentuk yang operasional
(dapat dipecahkan);
3.
Menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja
yang diperkirakan baik untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah itu;
4.
Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh
hasilnya (pengumpulan data, pengolahan data, dan lain-lain); hasilnya mungkin lebih
dari sebuah;
5.
Memeriksa kembali (mengecek) apakah hasil yang
diperoleh itu benar; mungkin memilih pula pemecahan yang paling baik.
Selain itu, Williams (Hamzah, 2003:34) memandang
pemecahan masalah matematika sebagai suatu proses bagian dari tugas matematika
yang memenuhi lima langkah, yaitu siswa: (1) memahami masalah, (2) menyelesaikan
masalah, (3) mengajukan masalah baru, (4) merencanakan strategi dan (5)
mengecek jawaban.
Sihotang
(2010:29) berpendapat “Problem solving adalah mencari atau menemukan cara
penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma)”. Kemampuan pemecahan
masalah adalah kemampuan yang dimiliki individu dalam menyelesaikan masalah
yang belum diketahui penyelesaiannya dengan cara mengidentifikasi masalahnya.
Walaupun kemampuan pemecahan masalah merupakan
kemampuan yang tidak mudah dicapai, tapi karena kepentingan dan kegunaannya maka
kemampuan pemecahan masalah ini hendaknya diajarkan kepada siswa pada semua tingkatan.
Berkaitan dengan hal ini, Ruseffendi (2006:341) mengemukakan beberapa alasan soal-soal tipe pemecahan masalah diberikan kepada siswa :
(1)
Dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi,
menumbuhkan sifat kreatif;
(2)
Di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan
(berhitung dan lain-lain), disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan
membuat pernyataan yang benar;
(3)
Dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beranekaragam,
serta dapat menambah pengetahuan baru;
(4)
Dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang
sudah diperolehnya;
(5)
Mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah,
mampu membuat analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi terhadap
hasil pemecahannya;
(6)
Merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang
melibatkan bukan saja satu bidang studi tetapi mungkin bidang atau pelajaran
lain.
Beberapa indikator kemampuan pemecahan
masalah matematika menurut NCTM (1989: 209) adalah sebagai berikut :
1.
Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan dan kecukupan unsur yang
diperlukan
2.
Merumuskan masalah matematika atau menyusun model
matematik
3.
Menerapkan strategi untuk menyelesaikan
berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematika
4.
Menjelaskan atau menginterpretasikan
hasil sesuai permasalahan asal
5.
Menggunakan matematika secara bermakna
Dari pernyataan di atas mengenai
langkah-langkah dalam pemecahan masalah yang dikemukakan oleh sebagian ahli,
maka peneliti akan menjadikan teori Polya sebagai acuan dalam penelitian
tersebut. Dalam acuan penilaian pemberian skor dalam soal pemecahan masalah
yang berbentuk uraian pada penelitian ini adalah hasil modifikasi dari Sumarno
(dalam Topik, 2011:12) sebagai berikut.
Tabel 2.1
Pemberian Skor Pemecahan
Masalah Matematis
Aspek
yang diambil
|
Skor
|
Keterangan
|
Pemahaman Masalah
|
0
|
Salah menginterpretasikan
soal atau tidak ada jawaban sama sekali
|
|
1
|
Salah menginterpretasikan
sebagian soal atau mengabaikan kondisi soal
|
|
2
|
Memahami masalah atau soal
selengkapnya
|
Perencanaan Penyelesaian
|
0
|
Menggunakan
strategi yang tidak relevan atau tidak strategi sama sekali
|
|
1
|
Menggunakan
satu strategi yang kurang dapat dilaksanakan dan tidak dapat dilanjutkan
|
|
2
|
Menggunakan sebagian
strategi yang benar tapi mengarah pada jawaban yang salah atau tidak mencoba
strategi yang lain
|
|
3
|
Menggunakan
beberapa prosedur yang mengarah pada solusi yang benar
|
Pelaksanaan Perhitungan
|
0
|
Tidak
ada solusi sama sekali
|
|
1
|
Menggunakan
beberapa prosedur yang mengarah pada solusi yang benar
|
|
2
|
Hasil salah atau sebagian
hasil salah tetapi salah perhitungan saja
|
|
3
|
Hasil dan proses benar
|
Pemeriksaan kembali hasil
perhitungan
|
0
|
Tidak
ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan apapun
|
|
1
|
Ada
pemeriksaan tetapi tidak tuntas
|
|
2
|
Pemeriksaan
dilaksanakan untuk melihat hasil dan proses
|
No comments:
Post a Comment