Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Monday, July 9, 2018

Pembelajaran Konstruktivisme


Banyak cara belajar mengajar di sekolah yang menekankan peranan murid dalam membentuk pengetahuannya sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifan murid tersebut dalam pembentukan pengetahuannya.
Nik Aziz Nik Pa (dalam Heriati 2010:15) menjelaskan tentang konstruktivisme dalam belajar seperti dikutip berikut ini :
Konstruktivisme adalah tidak lebih daripada satu komitmen terhadap pandangan bahwa manusia membina pengetahuan sendiri. Ia bermakna bahwa sesuatu pengetahuan yang dipunyai oleh seseorang individu adalah hasil daripada aktivitas yang dilakukan oleh individu tersebut, dan bukan sesuatu maklumat atau pengajaran yang diterima secara pasif daripada luar. Pengetahuan tidak boleh dipindahkan daripada pemikiran seorang individu kepada pemikiran individu yang lain. Sebaliknya setiap insan membentuk pengetahuan sendiri dengan menggunakan pengalamannya secara terpilih.

Jelas bahwa bagi konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Ini merupakan proses penyesuaian  konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka (Betterncourt,1989; Shymansky,1992; Watts&pope,1989; dalam Suparno 2006:62). Prinsip yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran konstruktivisme, yakni:
1.      Peserta didik harus selalu aktif selama pembelajaran. Proses aktif ini adalah proses membuat segala sesuatu masuk akal. Pembelajaran tidak terjadi melalui transmisi, tapi melalui interpretasi.
2.      Interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya.
3.      Interpretasi dibantu oleh metode instruksi yang memungkinkan negosiasi pemikiran (bertukar pikiran), melalui diskusi, Tanya jawab dan lain-lain.
4.      Tanya jawab didorong oleh kegiatan inquiry (ingin tahu)para peserta didik. Jadi kalau peserta didik tidak bertanya, tidak bicara berarti peserta didik tidak belajar secara optimal.
5.      Kegiatan belajar mengajar tidak hanya merupakan suatu proses pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan.
Model konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar diwali dengan terjadinya konflik kognitif.
Terjadinya proses modifikasi struktur kognitif dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Hal Baru
(Hasil Interaksi dengan lingkungan)
skemata
Dibandingkan dengan Konsepsi Awal
Cocok
Tidak Cocok
Ketidakseimbangann
Jalan Buntu
(Tidak Mengerti)
Ketidakseimbangan
akomodasi
Cocok
Keseimbangan
Mengerti
Asimilasisissssssis
 






                                            




                                





Gambar 2.1
                                 Skema Perolehan Pengetahuan
(Stanobridge dalam Karli dan Margreta, 2002:3)

Menurut Karli dan Margreta S.Y (2002:4) Impikasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran meliputi 4 tahapan yaitu:
1)      Apersepsi
2)      Eksplorasi
3)      Diskusi dan penjelasan konsep
4)      Pengembangan dan aplikasi

Menurut Sudjana (dalam Gintings, 2008:30),

Implikasi praktis dari dari konstruktivisme yaitu bahwa dalam pembelajaran harus disediakan bahan ajar yang secara konkrit terkait dengan kehidupan nyata dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya.

Tahap – tahap pembelajaran tersebut dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
Mengungkapkan Konsepsi awal Membangkitkan motivasi
Eksplorasi
Diskusi dan Penjelasan Konsep
Pengembangan Aplikasi
 


 








1)      Tahap pertama, siswa di dorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan di bahas. Bila perlu pendidik memancing dengan memberikan pertanyaan-pertanyan problematic tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep itu.
2)      Tahap kedua, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan perintepretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang pendidik. Secara berkelompok didiskusikan dengan kelompok lain. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena alam sekelilingnya.
3)      Tahap ketiga, saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan pendidik, maka siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu-ragu lagi tentang konsepsinya.

4)      Tahap keempat, pendidik berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, bail melalui kegiatan atau pemunculan dari pemecahan masalah-masalah yang berkaitan isu-isu di lingkungannya.

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts