Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Tuesday, July 3, 2018

Adab Berdiskusi dan Berbeda Pendapat



Adapun Adab dalam berdikusi adalah :
1.      Tidak mendahului fardhu ain (yang harus dikerjakan setiap orang) dengan fardhu kifayah yang menjadi otoritasnya dalam standar syar’i.
2.      Tidak mendiskusikan sesuatu kecuali yang waqi’iy (faktual) atau yang mungkin terjadi pada umumnya. Para salaf hanya mendiskusikan sesuatu yang terjadi atau mungkin terjadi.
3.      Dialog tertutup lebih baik dari pada forum terbuka di hadapan para pembesar maupun penguasa. Suasana tertutup lebih mencerminkan mahabbatullah (cinta Allah) dan kejernihan hati dan perasaan untuk memperoleh kebenaran.
4.      Dialog adalah mencari kebenaran. Tidak boleh membedakan sikap apakah kebenaran itu muncul dari dirinya atau dari orang lain.
5.      Tidak menghalangi pihak lain menggunakan satu dalil ke dalil lain, atau dari satu problem ke problem lain.
6.      Tidak melakukan diskusi kecuali dengan orang yang dianggap akan dapat diambil ilmunya.

Berikut ungkapan imam madzhab berkenaan dengan pendapatnya dalam (A.Zakaria, 1988:38-42) sebagai berikut :
1.      Imam Abu Hanifah –rahimahullah
·        Apabila hadist itu sahih maka itulah madzhabku
·        Tidak halal bagi seseorang yang mengambil pendapat kami selama dia tidak tahu darimana kamu mengambilnya. Dalam suatu riwayat: Haram bagi orang yang tidak mengetahui dalilku untuk memfatwakan ucapanku. Ia menambahkan dalam suatu riwayat: Sesunguhnya kami ini adalah manusia biasa. Hari ini mengucapkan sesuatu dan kemungkinan besok mencabutnya kembali.
·        Apabila aku mengucapkan sesuatu yang menyalahi Kitab Allah dan Khabar Rasulullah saw, maka tinggalkanlah ucapanku itu.
2.      Imam Malik bin Anas –rahimahullah
·        Sesungguhnya aku ini hanya manusia biasa. Kadang salah dan kadang benar. Karenanya, perhatikanlah pendapatku yang cocok dengan Alquran dan Sunnah. Ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Alquran dan sunnah, maka tinggalkanlah.
·        Tidak seorang pun—kecuali Nabi—boleh diambil dan boleh ditinggalkan.
3.      Imam Syafi’i—rahimahullah
·        Telah sepakat umat Islam manakala telah jelas sunnah Rasulullah. Maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya hanya karena ucapan seseorang.
·        Jika kamu mendapatkan dalam kitabku sesuatu yang menyalahi sunnah Rasulullah, maka berpendapatlah dengan sunnah Rasulullah dan tinggalkanlah apa yang aku katakan. Dalam suatu riwayat: Ikutilah sunnah Rasulullah saw, dan janganlah menoleh kepada ucapan seseorang
·        Apabila hadist itu sahih maka itulah madzhabku.
·        Sebuah masalah yang telah nyata shahihnya sebuah hadist dari Rasulullah—menurut ahli hadist—akan tetapi menyalahi apa yang kau katakan, maka aku kan kembali, baik di masa hidupku maupun di masa setelah aku mati.
·        Apabila kamu melihat aku mengucapkan sesuatu padahal telah jelas ada hadist shahih dari Nabi saw, yang menyalahi ucapanku, maka ketahuilah sesungguhnya akalku telah hilang.
·        Setiap hadist dari Nabi saw adalah pendapatku, meskipun kamu tidak mendengarnya dariku.
4.      Imam Ahmad bin Hambal—rahimahullah
·        Janganlah kau taklid kepadaku dan jangan pula taklid kepada Malik, Syafi’i, Auza’i serta Tsauri, tetapi ambillah darimana mereka mengambilnya
·        Janganlah kamu taklid kepada seseorang dalam agamamu, apa-apa yang datang dari Nabi saw., dan sahabatnya, maka ambillah. Kemudian para tabi’in dan setelahnya seseorang boleh memilihnya, Di lain kesempatan, ia berkata:Ittiba’ adalah seseorang mengikuti apa yang diriwayatkan dari Nabi dan para sahabatnya, kemudian setelah tabiin boleh memilihnya.

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts