Munculnya konsep perekonomian berbasis pengetahuan telah meningkatkan
perhatian terhadap aset tidak berwujud. Area yang menjadi perhatian sejumlah
akademisi dan praktisi adalah manfaat modal intelektual, salah satunya aset
tidak berwujud, sebagai alat untuk menentukan nilai perusahaan (Tan, et al.,
2007).
Nilai perusahaan memiliki peran penting dalam memproyeksikan kinerja perusahaan
sehingga dapat mempengaruhi persepsi investor dan calon investor terhadap suatu
perusahaan. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham.
Nilai perusahaan dapat diukur melalui current
market value, dimana current market
value merupakan jumlah saham beredar dikali harga penutupan pada akhir
tahun. Nilai tersebut merupakan salah satu indikator untuk menilai kinerja
keuangan perusahaan.
Praktik akuntansi konservatisme menekankan bahwa investasi perusahaan
dalam modal intelektual (IC) yang disajikan dalam laporan keuangan, dihasilkan
dari peningkatan selisih antara nilai pasar dan nilai buku. Jadi, jika pasarnya
efisien, maka investor akan memberikan nilai yang tinggi terhadap perusahaan
yang memiliki IC lebih besar (Belkaoui, 2003). Selain itu, jika IC merupakan
sumber daya yang terukur untuk peningkatan competitive advantages, maka IC akan
memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan dan meningkatkan
nilai perusahaan.
Teori sinyal berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan
perhatian pada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai
informasi. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan dengan kinerja yang tinggi
menggunakan informasi keuangan untuk mengirim sinyal kepada pasar. Melalui
sinyal tersebut, pasar diharapkan dapat membedakan antara perusahaan yang
berkualitas baik dan buruk (Hartono, 2005).
Menurut Wolk, et al. (2001), teori sinyal memberikan solusi untuk
mengurangi asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak
eksternal. Solusi tersebut berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya.
Jadi, manajer seharusnya menyediakan sinyal (informasi) yang dapat dipercaya
dan dekat dengan kebenaran karena sinyal tersebut akan digunakan dalam
pengambilan keputusan. Jika manajer menyediakan sinyal yang salah kepada pasar,
kemudian pasar menyadari kebenarannya, maka pasar akan memberikan harga yang
rendah pada nilai pasar saham perusahaan. Oleh karena itu, manajer harus
memberikan informasi mengenai nilai aset tidak berwujud dan perubahannya karena
informasi tersebut merupakan sinyal atas nilai perusahaan yang sebenarnya.
Manajer (CEO) perlu mengungkapkan informasi terkait nilai aset tidak
berwujud yaitu perbedaan antara nilai pasar perusahaan dan nilai bukunya serta
komponen-komponen aset tidak berwujud yang berharga (seperti intellectual
capital, brand name, litbang) dalam laporan keuangan agar dapat memberikan
informasi mengenai nilai perusahaan yang sebenarnya (Foster, et al., 2003). Berdasarkan
teori ini, penelitian tentang aset tidak berwujud, sebagai unexplained value,
yang berpengaruh pada nilai pasar perusahaan serta pengaruh komponen aset tidak
berwujud yaitu penelitian dan pengembangan terhadap nilai pasar perusahaan
menjadi menarik untuk dilakukan.
No comments:
Post a Comment