Prinsip pengembangan motorik halus menurut (Jamaris,
2003:9) prinsip untuk pengembangan motorik adalah kematangan saraf, urutan,
motivasi, pengalaman, dan latihan atau praktik.
Pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak sebesar
25% dari berat otak orang dewasa. Saraf-saraf tersebut belum berkembang sesuai
dengan fungsinya dalm mengontrol berbagai gerak motorik baik motorik kasar
maupun motorik halus. Dengan bertambahnya umur anak yang makin bertambah dan
perkembangan semakin besar anak mengalami proses neurological naturalation
(kematangan neorologis).
Proses perkembangan fisiologis manusia berlangsung
secara berurutan yang terdiri atas a) Pembedaan yang mencakup perkembangan
secara berlahan dari motorik kasar yang belum terarah dengan baik kepada gerak
yang lebih terarah sesuai fungsi gerak motorik kasar, b) Keterpaduan
yaitu kemampuan dalam menggabungkan gerakan motorik yang saling
berlawanan dalam koordinasi gerak yang baik, seperti berlari dan berhenti.
Motivasi yang datang dari dalam diri anak tersebut
perlu didukung dengan Motivasi yang datang dari luar. Misalnya memberikan
kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai aktifitas motorik dan menyediakan
berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak.
Pada saat anak mencapai kematangan untuk terlihat
secara aktif dalam aktifitas fisik yang ditandai motivasi yang tinggi,
orang tua dan guru perlu memberi kesempatan dan pengalaman yang dapat
meningkatkan motorik anak secara optimal. Peluang ini tidak saja berbentuk
memberikan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi perlu dukungan dengan
berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar
maupun motorik halus anak.
Pendidik yang bekerja dengan anak-anak usia dini perlu
menekankan pentingnya kegiatan bermain atau pengembangan motorik dan
pengembangan lainnya terdapat dua hal yang seyogyanya tidak dilupakan, pertama
adalah pemahaman akan pentingnya hubungan kegiatan tersebut dengan pengembangan
daya fikir dan daya cipta anak. Hal kedua adalah bila anak tanpa bergerak
bebas, tanpa kesempatan bermain dan tanpa kesempatan menjelajahi lingkungannya
anak akan kurang tumbuh kembang secara optimal.
Pembelajaran motorik halus di sekolah ialah
pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot
kecil serta koordinasi antara mata dan tangan. Saraf motorik halus bisa dilatih
dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang dilakukan secara rutin
dan terus-menerus diantaranya: 1) Bermain puzzle,
2) Menyusun balok, 3) Memasukkan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, 4) Membuat garis, 5) Melipat kertas,
6) Menulis dengan huruf dan bentuk tulisan yang benar. (Decaprio, 2013:20).
Dari prinsip pembelajaran di atas sebagai seorang
pendidik kita akan dengan mudah mengajar di Taman Kanak-kanak dengan menjadikan
prinsip pembelajaran tersebut sebagai acuan pengajaran di Taman Kanak-kanak
sehingga kebutuhan anak dalam belajar dan kemampuan anak dalam mengembangkan
aspek perkembangannya khususnya aspek motorik halus dapat dikembangkan dengan
baik.
Kemampuan motorik halus setiap anak di sekolah tentu
tidak sama, baik dari segi kekuatan maupun ketepatan. Kondisi ini dipengaruhi
oleh pembawaan dan stimulasi yang diperolehnya. Sebenarnya ada banyak hal yang
mempengaruhi kemampuan motorik halus anak. Tidak hanya suasana dan lingkungan
belajar di sekolah, melainkan juga kondisi lingkungan dan keluarga yang turut memberikan
pengaruh besar terhadap kecerdasan motorik halusnya (Decaprio, 2013:20-21).
No comments:
Post a Comment