Ada dua faktor yang memengaruhi pembantukan karakter, yaitu
bawaan dari dalam diri anak dan pandangan anak terhadap dunia yang dimilikinya,
seperti pengetahuan, pengalaman, prinsip-prinsip moral yang diterima,
bimbingan, pengarahan dan interaksi (hubungan) orangtua-anak. Lingkungan yang
positif akan membentuk karakter yang positif pula pada anak. Salah satu contoh
kisah nyata, seorang anak laki-laki dibesarkan dalam lingkungan binatang. Si
anak berjalan dengan merangkak, makan, bertingkah laku, dan bersuara seperti
binatang karena ia tidak bisa bicara. Orang yang menemukan si anak berusaha mendidiknya
kembali seperti halnya anak-anak pada umumnya. Hasilnya, si anak tetap memiliki
pribadi seperti binatang karena sebagian besar hidupnya dilalui bersama
binatang sejak usia dini. Tampak di sini betapa besar pengaruh lingkungan
terhadap pembentukan karakter. Dari contoh tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa karakter seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh bawaan, tetapi juga
lingkungan (terutama, dalam keluarga) memiliki pengaruh yang sangat besar.
Karakter berhubungan dengan perilaku positif yang berkaitan
dengan moral yang berlaku, seperti kejujuran, percaya diri, bertanggung jawab,
penolong, dapat dipercaya, menghargai, menghormati, menyayangi, dan sebagainya.
Pada dasarnya, setiap anak memiliki semua perilaku positif tersebut,
sebagaimana telah ditanamkan oleh Sang Pencipta di dalam kodratnya. Masalahnya,
kemampuan dasar yang terdapat di dalam diri anak itu tidak bisa berkembang
dengan sendirinya, melainkan harus dikembangkan dengan sungguh-sungguh melalui
pengasuhan dan bimbingan yang positif dari ibu-ayah. Jika setiap anak dan
keluarga memiliki karakter positif, maka akan tercipta masyarakat dengan moral
yang baik, sehingga akan tercipta pula bangsa yang dapat hidup rukun sesuai
dengan aturan-aturan yang berlaku.
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan
(karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan
orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi
antara anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti
makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih
sayang dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat
agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya (Latifah;2011). Dengan kata
lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka
pendidikan karakter anak. Jadi gaya yang diprankan orang tua dalam
mengembangkan karakter anak sangat penting, apakah ia otoriter, demokratis atau
permisif.
Dari paparan di atas jelas bahwa jenis pola asuh yang
diterapkan orang tua kepada anaknya sangat menentukan keberhasilan pendidikan
karakter anak. Kesalahan dalam pengasuhan anak akan berakibat pada kegagalan
dalam pembentukan karakter yang baik.
No comments:
Post a Comment