Nilai berbeda
dengan sikap. Nilai itu bersifat umum, mempengaruhi seseorang terhadap sejumlah
objek dan terhadap orang. Nilai (value) berkenaan dengan sesuatu yang khusus.
Inilah yang membedakan sikap. Sikap biasanya berkenaan dengan yang khusus.
Suatu nilai kan ukuran untuk menentukan apakah itu baik atau buruk, nilai juga
melakuan seseorang. Orang mendapatkan nilai dari orang lain dalam lingkungannya
Nilai yang dianut
seseorang tercermin dari sikapnya. Nilai bersifat utuh, sistem di mana semua
jenis nilai terpadu saling mempengaruhi kuat sebagai satu kesatuan yang utuh.
Nilai. iuga bersifat abstrak oleh karena itu yang dapat dikaji hanya
r-indikatornya saja yang meliputi: cita-cita, tujuan yang dianut aspirasi yang
dinyatakan, sikap yang ditampilkan atau nampak, yang diutarakan perbuatan yang
dilakukan serta kekuatiran yang (Kosasih Djahri, 1985: 18).
Dalam pendidikan kita meyakini bahwa nilai yang menyangkut ranaB afektif ini perlu diajarkan kepada siswa. Agar siswa mampu menerima nila dengan sadar, mantap dan’dengan nalar yang sehat. Diharapkan agar para siswa dalam mengembangkan kepribadiannya menuju jenjang kedewasaaJ memiliki kemampuan untuk memilih (dengan bebas) dan menentukan rula yang menjadi anutannya.
Mengajarkan nilai (value) lebih memerlukan “Skill” dibanding dengaJ mengajarkan kepercayaan (belief) dan sikap. Kita tidak bisa menentukaJ bagaimana nilai itu beroperasi dalam diri anak sementara ia berbuat, atau bersikap terhadap sesuatu, padahal kita beranggapan bahwa “nilai” ini tercermin dalam sikap dan perilaku seseorang. Oleh karena itu dalam pendidikan nilai, guru tidak bisa segera mengambil kesimpulan mengena hasil kegiatan belajar-mengajar yang dilakukannya. Artinya masih memerlukan waktu untuk menentukan apakah kegiatan belajar-mengajar itu berhasil? Kurang berhasil? Atau tidak berhasil? Bagaimanakah nilai itu sendiri?
Pertama-tama, perlu diperhatikan bahwa pendidikan nilai harus kesesuaiannya dengan kehidupan di luar kelas. Kemudian perlu diingat pula bahwa dalam pengajaran pendidikan nilai guru harus kreatif. Oleh karena itu penyampaiannya tidak selalu harus mengacu kepada isi kurikulum yang tidak tertera dalam rancangan formal, misalnya dari pengalaman, dala kehidupan sehari-hari. Nilai yang disampaikan adalah nilai yang esensia sangat penting, yang sangat berharga bagi kehidupan masyarakat. Dan tidak kalah pentingnya pula adalah pengajaran/pendidikan nilai harus bermula: dari potensi anak menuju kepada target pendidikan nilai yang diharapkan Tugas guru yang utama adalah meningkatkan tingkat kesadaran nilai pa anak, sadar bahwa ada sistem nilai yang mengatur kehidupan, sadar bahv sistem nilai itu penting sekali bagi kehidupan manusia, sehingga keinginan untuk memilikinya, bahkan merasa wajib untuk membina meningkatkannya dan pada akhirnya yang bersangkutan berupaya ui membakukannya dalam perbuatan sehari-hari.
Dalam pendidikan kita meyakini bahwa nilai yang menyangkut ranaB afektif ini perlu diajarkan kepada siswa. Agar siswa mampu menerima nila dengan sadar, mantap dan’dengan nalar yang sehat. Diharapkan agar para siswa dalam mengembangkan kepribadiannya menuju jenjang kedewasaaJ memiliki kemampuan untuk memilih (dengan bebas) dan menentukan rula yang menjadi anutannya.
Mengajarkan nilai (value) lebih memerlukan “Skill” dibanding dengaJ mengajarkan kepercayaan (belief) dan sikap. Kita tidak bisa menentukaJ bagaimana nilai itu beroperasi dalam diri anak sementara ia berbuat, atau bersikap terhadap sesuatu, padahal kita beranggapan bahwa “nilai” ini tercermin dalam sikap dan perilaku seseorang. Oleh karena itu dalam pendidikan nilai, guru tidak bisa segera mengambil kesimpulan mengena hasil kegiatan belajar-mengajar yang dilakukannya. Artinya masih memerlukan waktu untuk menentukan apakah kegiatan belajar-mengajar itu berhasil? Kurang berhasil? Atau tidak berhasil? Bagaimanakah nilai itu sendiri?
Pertama-tama, perlu diperhatikan bahwa pendidikan nilai harus kesesuaiannya dengan kehidupan di luar kelas. Kemudian perlu diingat pula bahwa dalam pengajaran pendidikan nilai guru harus kreatif. Oleh karena itu penyampaiannya tidak selalu harus mengacu kepada isi kurikulum yang tidak tertera dalam rancangan formal, misalnya dari pengalaman, dala kehidupan sehari-hari. Nilai yang disampaikan adalah nilai yang esensia sangat penting, yang sangat berharga bagi kehidupan masyarakat. Dan tidak kalah pentingnya pula adalah pengajaran/pendidikan nilai harus bermula: dari potensi anak menuju kepada target pendidikan nilai yang diharapkan Tugas guru yang utama adalah meningkatkan tingkat kesadaran nilai pa anak, sadar bahwa ada sistem nilai yang mengatur kehidupan, sadar bahv sistem nilai itu penting sekali bagi kehidupan manusia, sehingga keinginan untuk memilikinya, bahkan merasa wajib untuk membina meningkatkannya dan pada akhirnya yang bersangkutan berupaya ui membakukannya dalam perbuatan sehari-hari.
Apakah Sikap itu
? Sikap memiliki
pengertian yang rumit. Karena itu terdapat berbagai rumusan tentang sikap yang
dikemukakan para ahli, disebabkan adanya latar belakang pemikiran dan konsep
yang berbeda, Menurut Thursone sikap keseluruhan dari kecenderungan dan
perasaan, pemahaman, gagasan, rasa takut, perasaan terancam dan
keyakinan-keyakinan tentang sesuatu hal. iirut Rochman Natawidjaya (1984: 20)
sikap adalah kesiapan seseorang K memperlakukan sesuatu objek, di dalam
kesiapan itu ada aspekkognitif, ta, dan kecenderungan bertindak. Kesiapan
sendiri merupakan penilaian dan negatif dengan intensitas yang berbeda-beda unruk
waktu tertentu, itu sendiri bisa berubah-ubah.
Bagaimanakah
kaitan nilai dengan sikap? seperti juga halnya dengan sikap, nilai juga dirumuskan secara beragam,
landasan berbeda-beda serta tujuan dan disiplin yang berbeda-beda Nilai
merupakan konsep dalam ekonomi, filosofi, pendidikan dan -bimbingan juga dalam
sosiologi dan antropologi. Untuk Iebih menegaskan pemahaman kita seperti dikemukakan di atas dapat
dinyatakan bahwa nilai itu merupakan konsep tentang kelayakan yang dimiliki
seseorang atau kelompok, yang mempengaruhi bagaimana seseorang atau kelompok
memilih cara, tujuan dan perbuatan yang dikehendakinya sesuai dengan
anggapannya bahwa pilihannya adalah yang terbaik. Nilai yang dimiliki seseorang
dapat mengekspresikan mana yang Iebih disukai mana yang tidak, demikianlah,
dapat disimpulkan bahwa nilai menyebabkan sikap. Nilai merupakan determinan
bagi pembentukan sikap. Tetapi harus mad an bahwa tidak ada hubungan “one to
one” antara nilai dengan sikap. isng selalu terjadi adalah satu sikap. Yang
selalu terjadi adalah satu sikap jiBebabkan oleh banyak nilai (values).
Mari kita ambil
contoh yang lebih konkrit, sebagai berikut:
Jika Anda membeli sebuah mobil, sistem nilai yang manakah yang menentukannya? Jika kita renungkan lebih jauh tentu kita menyadari bahv»-sistem nilai yang menentukan pilihan Anda berkenaan dengan berbagai pertimbangan seperti nilai, kekuatan, keamanan, kesukaan, nilai ekonomi dan sebagainya.
Jika Anda membeli sebuah mobil, sistem nilai yang manakah yang menentukannya? Jika kita renungkan lebih jauh tentu kita menyadari bahv»-sistem nilai yang menentukan pilihan Anda berkenaan dengan berbagai pertimbangan seperti nilai, kekuatan, keamanan, kesukaan, nilai ekonomi dan sebagainya.
Bagaimanakah
kaitan sikap dengan. kognitif, afektif dan kecenderunga bertindak? Seperti sudah dikemukakan di atas
bahwa di dalam sikap telah terkandung aspek-aspek kognitif, afektif dan
kecenderungan bertindak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat kaitan yang erat
antara nilai dengan aspek-aspek kognitrj aspek afektif dan kecenderungan
bertindak. Dari kajian para ahli dapat ditegaskan bahwa:
Ada hubungan
timbal-balik antar nilai dengan kognitif.
Ada hubungan timbal balik antara afektif dengan kognitif. Nilai mempengaruhi kesiapan seseorang yang pada akhirnya akan menuju
kepada terwujudnya perilaku yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan penghayatan terhadap “belief (keyakinannya).
Ada hubungan timbal balik antara afektif dengan kognitif. Nilai mempengaruhi kesiapan seseorang yang pada akhirnya akan menuju
kepada terwujudnya perilaku yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan penghayatan terhadap “belief (keyakinannya).
Aspek nilai dan
sikap dari bahan pelajaran yang diberikan guru sangr ditentukan oleh isi materi
sebagai hasil pengembangan kurikulum dari topik-topik/sub topik-topik yang mengacu
kepada tuntutan kurikulum. Oleh sebar itu ungkapah nilai dan sikap dari
topik-topik/sub topik tertentu yang disampaikan guru yang satu mungkin berbeda
dari guru lainnya. Hal in membutuhkan kreatifitas guru yang bersangkutan.
Uraian nilai dan sikap yang mengacu kepada tuntutan kurikulum berikut ini hanya
disinggung secara garis besar.
Butir-butir nilai
dan sikap yang dapat dikembangkan dari materi IPS kelas 3 dan 4 banyak sekali,
dan hal iru sesungguhnya merupakan tanggung jawab guru IPS sebagai pengembang
kurikulum di kelas
Berikut ini
dikemukakan beberapa contoh saja.
Dari topik
Lingkungan Sekitar Sub topik: Keluarga Kelas III Dari hubungan orang tua dan
anak-ariak dapat diungkapkan:
a. nilai-nilai kasih sayang, sabar,
sopan-santun, patuh, dan sebagainya.
b. sikap, misalriya: sikap
bertanggung jawab terhadap keluarga, sikap
simpatik, berdisiplin, mentaati peraturan, menyenangi keindahan dan
kebersihan dan sebagainya.
simpatik, berdisiplin, mentaati peraturan, menyenangi keindahan dan
kebersihan dan sebagainya.
Desa/Kelurahan
Dari hubungan masyarakat tatanan kehidupan di desa terungkap:
Nilai-nilai, taat, solidaritas, rukun, damai, demokratis, rajin dan sebagainya Sikap, misalnya: menghormati peraturan, semangat persatuan, semangat bergotong-royorig, suka bermusyawarah, mendukung swadaya masyarakat, mendukung upaya pembangunan, semangat berwiraswasta, tolong-menolong dan sebagainya.
Ketrampilan Intelektual, Personal dan Sosial dalam kurikulum IPS SD keias III dan IV
kita pahami bahwa kurikulum IPS di disain untuk membantu iaiam memperolah pengetahuan, pen\ahaman/pengertian, nilai dan nta keterampilan yang diperlukan siswa untuk mempersiapkan dirinya “jenghadapi kehidupan di masyarakat kelak.
Pada pembahasan terdahulu telah dikemukakan pencapaian huan/pemahaman dan pengertian (aspek kognitif), serta sikap dan setaijutnya kita akan bicarakan tentang pencapaian aspek keterampilan yang perlu mendapat perhatian guru dalam kegiatan belajar-mengajar yang dikelolanya. Pencapaian aspek keterampilan ini lebih banyak ditentukan siswa dalam aktivitas belajar secara langsung dan terprogram. Aspek ini tidak mungkin tercapai hanya dengan membaca buku teks atau mendengarkan guru semata-mata. Pencapaian aspek keterampilan ini hanya : dicapai dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada pada siswa itu sendiri
Keterampilan ini bertalian dengan kemampuan untuk mewujudkan pengetahuan dan pengertiannya ke dalam perbuatan. Meliputi penggunaan dan aplikasi pendekatan yang rasional, sehingga dapat diperkenalkan kepada masyarakat Kemampuan ini memerlukan perkembangan pemikiran yang Kritis pada subjek didik. Keterampilan ini antara lain meliputi:
Dari hubungan masyarakat tatanan kehidupan di desa terungkap:
Nilai-nilai, taat, solidaritas, rukun, damai, demokratis, rajin dan sebagainya Sikap, misalnya: menghormati peraturan, semangat persatuan, semangat bergotong-royorig, suka bermusyawarah, mendukung swadaya masyarakat, mendukung upaya pembangunan, semangat berwiraswasta, tolong-menolong dan sebagainya.
Ketrampilan Intelektual, Personal dan Sosial dalam kurikulum IPS SD keias III dan IV
kita pahami bahwa kurikulum IPS di disain untuk membantu iaiam memperolah pengetahuan, pen\ahaman/pengertian, nilai dan nta keterampilan yang diperlukan siswa untuk mempersiapkan dirinya “jenghadapi kehidupan di masyarakat kelak.
Pada pembahasan terdahulu telah dikemukakan pencapaian huan/pemahaman dan pengertian (aspek kognitif), serta sikap dan setaijutnya kita akan bicarakan tentang pencapaian aspek keterampilan yang perlu mendapat perhatian guru dalam kegiatan belajar-mengajar yang dikelolanya. Pencapaian aspek keterampilan ini lebih banyak ditentukan siswa dalam aktivitas belajar secara langsung dan terprogram. Aspek ini tidak mungkin tercapai hanya dengan membaca buku teks atau mendengarkan guru semata-mata. Pencapaian aspek keterampilan ini hanya : dicapai dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada pada siswa itu sendiri
Keterampilan ini bertalian dengan kemampuan untuk mewujudkan pengetahuan dan pengertiannya ke dalam perbuatan. Meliputi penggunaan dan aplikasi pendekatan yang rasional, sehingga dapat diperkenalkan kepada masyarakat Kemampuan ini memerlukan perkembangan pemikiran yang Kritis pada subjek didik. Keterampilan ini antara lain meliputi:
a. Keterampilan
untuk memperoleh pengetahuan dan informasi melalui pengumpulan fakta, bacaan,
mendengarkan penjelasan dari nara sumber (guru dan Iain-lain) melalui
antisipasi aktif dalam diskusi, kunjungan ke lapangan dan sebagainya.
b. Keterampilan berpikir, menafsirkan dan mengorganisasikan informasi yang dipilih dari berbagai sumber, membentuk konsep, merangkumnya kembali dan membentuk generalisasi sesuai dengan jenjang kemampuan berpikir siswa.
c. Kemampuan mengkritik informasi dan membedakan mana fakta yang opirii. Dengan keterampilan ini siswa dapat berpikir kritis, dapat menunjukkan mana informasi yang fakrual dan mana yang tidak.
d. Keterampilan membuat keputusan berdasarkan mereka mampu mengambil keputusan dengan profesional, tidak asal menyamaratakan saja.
e. Keterampilan memecahkan masalah, menerapkan hasil temuan dalam sistem baru. Termasuk di dalamnya kemampuan memprediksi, memperkirakan hal-hal yang bisa/akan terjadi di masa depan.
b. Keterampilan berpikir, menafsirkan dan mengorganisasikan informasi yang dipilih dari berbagai sumber, membentuk konsep, merangkumnya kembali dan membentuk generalisasi sesuai dengan jenjang kemampuan berpikir siswa.
c. Kemampuan mengkritik informasi dan membedakan mana fakta yang opirii. Dengan keterampilan ini siswa dapat berpikir kritis, dapat menunjukkan mana informasi yang fakrual dan mana yang tidak.
d. Keterampilan membuat keputusan berdasarkan mereka mampu mengambil keputusan dengan profesional, tidak asal menyamaratakan saja.
e. Keterampilan memecahkan masalah, menerapkan hasil temuan dalam sistem baru. Termasuk di dalamnya kemampuan memprediksi, memperkirakan hal-hal yang bisa/akan terjadi di masa depan.
f. Keterampilan
menggunakan media: globe, peta, grafik, label, dan sebagainya sesuai dengan
kemampuan berpikirnya. Keterampilan ini sangat diperlukan dalam rangka
penafsiran atas fakta-fakta dalam memperoleh pengetahuan tentang sesuatu.
g. Keterampilan menyusun laporan, menggunakan peta, mengadakan observasi, melakukan wawancara dan mengadakan penelitian sederhana.
g. Keterampilan menyusun laporan, menggunakan peta, mengadakan observasi, melakukan wawancara dan mengadakan penelitian sederhana.
Keterampilan ini
mengantarkan. siswa kepada penyelesaian tugas-tugas kegiatan belajar dan
kesiapan dalam menghadapi masalah-masalah (termasuk masalah sosial) yang ada dihadapannya. Untuk memperoleh keterampilan
intelektual tersebut di atas siswa perlu dilatih dalam berbagai kegiatan
belajar-mengajar. Disinilah pentingnya pendekatan CBSA dilakukan guru dan
diterapkan secara sungguh-sungguh dalam strategi dan metode belajar yang
dikembangkan. Guru perlu mengembangkan metode mengajar yang dapat menunjang
pengembangan potensi intelektual siswa (di samping potensi lainnya).
Dengan
mengembangkan belajar-mengajar yang fungsional seperti dikemukakan di muka
misalnya dengan metode memecahkan masalah (Prob-fm Solving) atau melalui
model-model program lainnya misalnya Program leipadu (multidiciplinary model)
yang mengacu kepada topik-topik yang ditentukan dalam kurikulum sasaran
pencapaian keterampilan itu dapat dicapai.
2. Keterampilan
Personal
Keterampilan personal ini sebetulnya tidak dapat dipisahkan dari keterampilan intelektual. Namun dalam pemahamannya ditekankan kepada keterampilan yang sifatnya mandiri.
Keterampilan personal ini sebetulnya tidak dapat dipisahkan dari keterampilan intelektual. Namun dalam pemahamannya ditekankan kepada keterampilan yang sifatnya mandiri.
a. Keterampilan
ini ada yang bersifat praktis disebut juga keterampilan psikomotor, seperti keterampilan
berbuat, berlatih serta mengkordinasi indera dengan anggota badan. Keterampilan
praktis ini nampak dalam hal kemampuan siswa menggambar, membuat peta, membuat
model dan
sebagainya.
b. Keterampilan studi dan kebiasaan kerja
Misalnya keterampilan menentukan lokasi kerja, mengumpulkan data, menggunakan reference material, membuat kesimpulan dan Iain-lain. Dengan- latihan yang benar siswa diberi peluang untuk memiliki percakapan belajar mandiri dan bekerja mandiri
c. Keterampilan bekerja dalam kelompok. Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan seseorang di dalam kelompok seperti: menyusun rencana, memimpin diskusi, menilai pekerjaan secara bersama. Keterampilan ini sangat penting dimiliki seseorang dalam mengembangkan pengalamannya. Qleh sebab itu keterampilan ini hanya dapat diraih melalui serangkaian pengalaman dan berkembang secara bertahap
d. Keterampilan akademik atau Keterampilan belajar (Continuing Learning Skills), Keterampilan ini memungkinkan seseorang terampil belaja.-sepanjang hayat. Keterampilan ini sangat esensial dimiliki oleh seha: orang dalam konsep belajar seumur hidup. Sesungguhnya dalam Keterampilan belajar inilah terletak sendi-sendi kemampuan belajar mandiri. Tentu saja untuk tingkat pendidikan dasar sasarannya adalah baru dalam tahapan mengembangkan segenap potensi diriny a di kemudian hari, siswa memiliki semangat, kemampuan dan kepercayaan diri yang sehat.
Yang terpenting adalah bahwa dalam diri siswa tertanam semanga: untuk belajar terus sepanjang hayatnya.
e. Keterampilan lainnya, antara lain: Keterampilan fisik
Keterampilan politik agar melek politik sesuai dengan perkembangan usia dan kemampuan berpikirnya). Keterampilan pengembangan emosional (emotional growth) sebaga. saran utama dalam rangka kemampuan untuk mengendalikan diri
3. Keterampilan Sosial
Keterampilan ini meliputi kehidupan dan kerjasama, belajar memberi dan menerima tanggung jawab, menghormati hak-hak orang lain, membina kesadaran sosial.
Dengan dimilikinya keterampilan ini maka siswa mampu berkomunikasi dengan sesama manusia, lingkungannya di masyarakat secara baik, hal ini merupakan realisasi dari penerapan IPS dalam kehidupan bermasyarakaL Latihan dan pembinaan yang tampak dalam proses belajar-mengajar antara lain: mampu melaksanakan dengan baik:
• berdiskusi dengan teman
• bertanya kepada siapapun
• menjawab pertanyaan orang lain
• menjelaskan kepada orang lain
• membuat laporan
• memerankan sesuatu
• dan seterusnya. (Belen dan kawan-kawan, 1990:348).
sebagainya.
b. Keterampilan studi dan kebiasaan kerja
Misalnya keterampilan menentukan lokasi kerja, mengumpulkan data, menggunakan reference material, membuat kesimpulan dan Iain-lain. Dengan- latihan yang benar siswa diberi peluang untuk memiliki percakapan belajar mandiri dan bekerja mandiri
c. Keterampilan bekerja dalam kelompok. Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan seseorang di dalam kelompok seperti: menyusun rencana, memimpin diskusi, menilai pekerjaan secara bersama. Keterampilan ini sangat penting dimiliki seseorang dalam mengembangkan pengalamannya. Qleh sebab itu keterampilan ini hanya dapat diraih melalui serangkaian pengalaman dan berkembang secara bertahap
d. Keterampilan akademik atau Keterampilan belajar (Continuing Learning Skills), Keterampilan ini memungkinkan seseorang terampil belaja.-sepanjang hayat. Keterampilan ini sangat esensial dimiliki oleh seha: orang dalam konsep belajar seumur hidup. Sesungguhnya dalam Keterampilan belajar inilah terletak sendi-sendi kemampuan belajar mandiri. Tentu saja untuk tingkat pendidikan dasar sasarannya adalah baru dalam tahapan mengembangkan segenap potensi diriny a di kemudian hari, siswa memiliki semangat, kemampuan dan kepercayaan diri yang sehat.
Yang terpenting adalah bahwa dalam diri siswa tertanam semanga: untuk belajar terus sepanjang hayatnya.
e. Keterampilan lainnya, antara lain: Keterampilan fisik
Keterampilan politik agar melek politik sesuai dengan perkembangan usia dan kemampuan berpikirnya). Keterampilan pengembangan emosional (emotional growth) sebaga. saran utama dalam rangka kemampuan untuk mengendalikan diri
3. Keterampilan Sosial
Keterampilan ini meliputi kehidupan dan kerjasama, belajar memberi dan menerima tanggung jawab, menghormati hak-hak orang lain, membina kesadaran sosial.
Dengan dimilikinya keterampilan ini maka siswa mampu berkomunikasi dengan sesama manusia, lingkungannya di masyarakat secara baik, hal ini merupakan realisasi dari penerapan IPS dalam kehidupan bermasyarakaL Latihan dan pembinaan yang tampak dalam proses belajar-mengajar antara lain: mampu melaksanakan dengan baik:
• berdiskusi dengan teman
• bertanya kepada siapapun
• menjawab pertanyaan orang lain
• menjelaskan kepada orang lain
• membuat laporan
• memerankan sesuatu
• dan seterusnya. (Belen dan kawan-kawan, 1990:348).
Oleh karena
materi studi sosial sangat luas bahan kupasannya, maka upaya guru untuk
membantu siswa-siswa mengembangkan keterampilan/ kemampuan memahami
masalah-masalah yang terkandung di dalamnya harus diintegrasikan sebagai bagian
dari bahan pengajaran IPS.
Di samping
dilatih kemampuannya dalam berbagai kemampuan tersebut, dan satu hal lagi yang
perlu dipertimbangkan guru adalah bagaimana guru mendorong siswa untuk lebih
gemar membaca, mencari dan mengolah informasi sesuai dengan kemampuannya. Siswa
agar memiliki kebiasaan untuk memahami latar belakang informasi memahami
struktur bahan pengajaran,
mengerti peristilahan-peristilahan yang sulit/baru, mengikuti perkembangan zaman dan sebagainya.
Diharapkan akan
tumbuh kesadaran dari mereka tujuan mereka membaca/mempelajari materi kajian.
Bersikap kritis terhadap bahan kajian dan mampu mengevaluasi terhadap apa yang
sudah dipelajarinya sehingga dia merasa memiliki kemampuan untuk memberikan kesimpulan dan keputusan.
No comments:
Post a Comment