Pembelajaran motorik dapat diartikan sebagai
proses belajar keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik, serta
variabel yang mendukung atau menghambat kemahiran maupun keahlian motorik.
Aspek pembelajaran motorik dalam pendidikan merupakan aspek yang berhubungan
dengan tindakan atau perilaku yang ditampilkan oleh para siswa setelah menerima
materi tertentu dari guru. Artinya mereka bertindak atau berperilaku
berdasarkan pengetahuan dan perasaan (Decaprio, 2013:16).
Pendidikan
seni sebagai mata pelajaran di sekolah didasarkan pada: Pertama, pendidikan
seni memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural.
Multilingual berarti seni bertujuan mengembangkan kemampuan mengekspresikan
diri dengan berbagai cara seperti melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan
paduannya.
Selain
bernyanyi dan bereksplorasi dengan alat musik, kegiatan lain dalam musik adalah
gerak dan lagu serta menari. Menari sebagai salah satu bentuk kegiatan dari
seni musik yang beragam jenisnya, sehingga tidak semua kegiatan tari appropriate
(berkesesuaian) bagi anak. Menari lebih spesifik dikatakan oleh Stinson sebagai
gerakan yang beraturan, signifikan dan dipengaruhi oleh penjiwaan.Tari yang
kreatif adalah gerakan yang ditampilkan secara menarik dengan menyesuaikan
alunan lagu atau musik. Terlepas dari itu, gerakan tari untuk anak sebaiknya
yang mudah dan tidak terlalu bervariasi, menyenangkan bagi anak, dan dalam
kondisi tertentu gerakan tari anak bersifat alami.
Kemampuan
motorik kasar anak usia dini seperti gerakan dan tindakan fisik untuk seorang
anak terkait dengan rasa percaya diri dan pembentukan konsep diri melalui
tarian. Menurut Hibana dalam Manzilatur (2013:4) menyatakan bahwa: Motorik
kasar pada anak usia 5–6 tahun sangat berpengaruh dalam gerak tari, karena
dengan gerakan-gerakan tari anak akan mengeluarkan tenaga, dan dalam
gerakan-gerakan tari tersebut anak akan mampu mengekspresikan dirinya lewat
gerak tari dan irama musik sehingga motorik kasar anak bisa berkembang.
Dikemukakan
di atas bahwa kemampuan motorik kasar dapat berkembang apabila melalui
gerakan-gerakan tari, artinya terdapat hubungan antara tarian dengan kemampuan
motorik kasar anak usia dini. Menurut Sedyawati dalam Idrawati (2012:4)
menyatakan bahwa “tari merupakan cakupan kegiatan olah fisik yaitu gerak dengan
menggunakan anggota tubuh manusia yang membantu meningkatkan perkembangan
motorik”.
Unsur
utama dalam tari adalah gerak, sedangkan kemampuan motorik kasar anak usia dini
meliputi gerak yang merupakan keberadaan alamiah anakanak. Berlari
kesana-kemari, meloncat, berputar-putar, dan lainnya adalah aktivitas yang
biasa dilakukan oleh anak. Kemampuan motorik kasar maupun tari memiliki unsur
utama yang sama yaitu Gerak. Mulyani (2016:90) menyatakan bahwa:
Gerakan dasar dalam pembelajaran seni tari untuk anak
usia dini, seperti berjalan, melompat, berputar, menggerakkan tangan, kepala,
dan kombinasi dari gerakan tersebut sebagai rangsangan dalam perkembangan
motorik anak.
Anak
dilatih dan dirangsang dengan berbagai gerak tarian. Anak dapat belajar
bagaimana mengkoordinasikan gerakan tubuh, seperti tangan, kaki, kepala, dan
lainnya disesuaikan dengan irama atau ketukan lagu (musik).
Gerakan
tari pada anak usia dini umumnya bersifat pengulangan dari 5-6 gerakan, dengan
ditambah variasi formasi yang sederhana. Hal penting yang perlu diperhatikan
oleh guru ataupun orangtua adalah memperhatikan kondisi fisik dan psikologis
anak saat ingin menari. Memaksakan atau menekan anak untuk menunjukkan suatu
gerakan tari, terlebih harus sempurna, hanya akan membuat kondisi menjadi
semakin buruk dan tidak mengembangkan kreativitas mereka.
Berdasarkan
uraian di atas, di simpulkan bahwa hubungan tarian dan kemampuan motorik kasar
anak usia dini adalah gerak, dimana dalam tarian anak dapat mengkoordinasikan
berbagai gerak untuk membantu mengembangkan kemampuan motoriknya.
Gerak merupakan sarana ekspresi dan mengalihkan
ketakutan, kesedihan, kemarahan, kenikmatan, dan sebagainya. Gerak juga
merupakan ekspresi pembebasan dari belenggu ketidakberdayaan, simbolis
khususnya pada anak-anak mereka mengekspresikan dirinya secara langsung dan
efektif melalui gerakan. Gerak yang erat hubungannya dengan musik merupakan
isyarat yang ekspresif dan membebaskan diri dari ketegangan melalui
gerakan-gerakan ritmis sehingga dalam penanganan anak yang berperilaku agresif,
media gerak ritmis dapat menyalurkan emosi-emosi negatif dengan cara yang lebih
dapat diterima oleh lingkungannya (Mutiah, 2010:168-169) .
Menurut Kamtini dan Tanjung (2005:10) bahwa secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa karakteristik gerak fisik anak TK adalah
bersifat sederhana, bersifat maknawi dan bertema, artinya tiap gerak mengandung
tema tertentu, gerak anak menirukan gerak keseharian orang tua dan juga
orang-orang yang berada di sekitarnya, anak juga menirukan gerak-gerak
binatang.
Tujuan dari pembelajaran dengan menggunakan tarian
yang dilakukan secara bertahap adalah : 1) Anak dapat memahami instruksi yang
dapat diberikan, 2) Anak dapat meniru gerakan sesuai dengan contoh yang
diberikan, 3) Anak dapat membentuk gerakan sesuai dengan irama musik, 4) Anak
dapat mengembangkan imajinasinya dengan variasi gerakannya, 5) Anak dapat
merangsang pancainderanya melalui sentuhan, pendengaran, penciuman,
penglihatan, dan perasaannya, 6) Anak dapat mengatur dirinya sendiri sesuai
dengan alur cerita, 7) Berinteraksi dan berpartisipasi di dalam kelompok, 8) Anak
mampu mengordinasikan tubuh, ucapan, dan musik, 9) Anak membuat kreasi gerakan
sendiri yang sesuai dengan irama musik dan alur cerita, 10) Anak tidak canggung
untuk tampil menari dan menyanyi dihadapan publik, 11) Anak memahami
nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita (Mutiah, 2010:176-177).
No comments:
Post a Comment