Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Saturday, July 14, 2018

Rangkuman Materi Geografi (Cuaca dan Iklim)

CUACA DAN IKLIM


Standar Kompetensi    : Menganalisis unsur-unsur Geosfer
Kompetensi Dasar       : Menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka
  bumi
Tujuan Pembelajaran             :
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar ini diharapkan siswa mampu :
  • Menganalisis dinamika unsur-unsur cuaca dan iklim
  • Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyinaran matahari
  • Menghitung suhu udara, tekanan udara dan kelembaban udara

A.       Pengertian Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya, pagi hari, siang hari atau sore hari, dan keadaannya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat serta setiap jamnya. Di Indonesia, keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan cuaca yang dikembangkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dan Departemen Perhubungan.
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas.
Ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut Klimatologi, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang keadaan cuaca disebut Meteorologi.

B.        Unsur-unsur Cuaca dan Iklim
Cuaca mempunyai unsur-unsur yang sama dengan iklim, yaitu :
1.      Suhu (temperatur) udara
2.      Tekanan udara (angin)
3.      Kelembaban udara (hujan)
  1. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat  untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut termometer. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah adalah lama penyinaran matahari, sudut datang sinar matahari, relief permukaan bumi, banyak sedikitnya awan, dan perbedaan letak lintang. Suhu udara diukur dengan termometer. Biasanya suhu tertinggi terjadi pada siang hari pukul 13.00-14.00, sedangkan suhu minimum terjadi pada pukul 04.00-05.00.

  1. Tekanan Udara
Tekanan udara, besar atau kecilnya dapat diukur dengan menggunakan barometer. Orang pertama yang mengukur tekanan udara adalah Torri Celli (1643). Alat yang digunakannya adalah barometer raksa.
Tekanan udara menunjukkan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Tekanan udara semakin rendah apabila semakin tinggi dari permukaan laut. Satuan ukuran tekanan udara adalah milibar (mb).

            1 mb = ¾ mm tekanan air raksa atau 1,013 mb = 76 cm t.a.r = 1 atmosfer
Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan udaranya disebut isobar.

Daerah yang banyak menerima pemanasan matahari, udaranya akan mengembang dan naik. Oleh karena itu, daerah tersebut bertekanan udara rendah. Di tempat lain terdapat tekanan udara tinggi sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Gerakan udara tersebut dinamakan angin.

Angin adalah udara yang bergerak. Tiga hal penting yang menyangkut sifat angin, yaitu kekuatan angin, arah angin dan kecepatan angin. Menurut Hukum Buys Ballot, udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi (maksimum) ke daerah bertekanan rendah (minimum), di belahan bumi utara berbelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan berbelok ke kiri.

Jenis-Jenis Angin
a.      Angin Barat
Angin barat bertiup dari lintang 350LU/LS menuju 600LU/LS. Karena pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), angin barat mengalami pembelokan. Di belahan bumi utara angin itu menjadi angin barat daya, sedangkan di belahan bumi selatan menjadi angin barat laut.

b.      Angin Kutub
Angin kutub berembus dari daerah bertekanan udara tinggi di sekitar kutub ke arah daerah sedang. Di belahan bumi utara, angin tersebut berembus dari arah timur laut menjadi angin timur laut, sedangkan di belahan bumi selatan angin tersebut berembus dari arah tenggara menjadi angin tenggara.

c.       Angin Pasat
Angin pasat berembus dari daerah subtropis (300LU/LS) menuju ke daerah khatulistiwa.

d.      Angin Siklon
Angin siklon terjadi jika suatu daerah yang bertekanan udara rendah di kelilingi oleh suatu daerah yang mempunyai tekanan udara tinggi. Akibatnya udara yang mengalir dari daerah bertekanan udara tinggi menuju daerah yang bertekanan udara rendah.

e.      Angin Anti Siklon
Angin anti siklon terjadi jika suatu daerah yang bertekanan udara tinggi dikelilingi oleh daerah bertekanan udara rendah. Di permukaan bumi daerah anti siklon terutama berada di atas laut atau lautan pada lintang 300LU/LS.

f.        Angin Musim
Angin musim merupakan suatu angin regional yang bertiup di daerah tropis. Angin musim terjadi karena perbedaan suhu udara yang mencolok antara daratan dan lautan. Pada periode April-Oktober, saat Matahari berada di belahan bumi Utara, benua Asia mengalami pemanasan maksimal. Akibatnya, Benua Asia mempunyai tekanan udara rendah. Adapun di belahan bumi selatan (Benua Australia) mempunyai tekanan udara yang lebih tinggi sehingga angin bertiup dari Benua Australia menuju Benua Asia dan disebut angin muson tenggara. Angin itu hanya membawa sedikit uap air sehingga pada periode ini di Indonesia mengalami musim kemarau.

g.      Angin Darat dan Angin Laut
Angin darat dan angin Laut terjadi akibat adanya perbedaan sifat pemanasan antara daratan dan lautan. Pada malam hari, karena temperatur laut lebih tinggi daripada daratan, tekanan udara di luar lebih rendah daripada tekanan udara di darat. Oleh karena itu, terjadi pergerakan udara dari darat menuju ke laut yang disebut angin darat. Bagi nelayan tradisional, angin itu digunakan untuk melaut.

Pada siang hari karena temperatur daratan lebih tinggi daripada lautan, tekanan udara di daratan lebih rendah daripada tekanan udara di lautan. Oleh karena itu, terjadi pergerakan udara dari laut menuju ke darat dan disebut angin laut. Bagi nelayan tradisional, angin ini  digunakan untuk kembali ke darat.

h.      Angin Lembah dan Angin Gunung
Angin lembah dan angin gunung terjadi karena adanya perbedaan pemanasan di daerah pegunungan. Perbedaan pemanasan itu disebabkan oleh perbedaan luas lereng gunung dan lembah sehingga terdapat perbedaan jumlah panas yang diterima pada satu satuan waktu.

i.        Angin Fohn
Angin fohn terjadi apabila ada gerakan massa udara yang menaiki suatu pegunungan dengan tinggi lebih dari 2000 meter. Massa udara yang mencapai puncak pegunungan akan mengalami kondensasi dan akhirnya timbul hujan pada satu sisi kering. Adapun pada lereng yang lain tidak terjadi hujan karena terhalang tingginya pegunungan. Daerah yang tidak mengalami hujan disebut daerah bayangan hujan.

Angin fohn yang terjadi di Indonesia antara lain sebagai berikut :
1)      Angin Bohorok di Deli. Angin itu dapat merusak perkebunan tembakau.
2)      Angin Kumbang di Tegal dan Cirebon. Bagi daerah tersebut angin kumbang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman bawang karena di daerah sekitarnya menjadi tidak lembab.
3)      Angin Gending di Pasuruan dan Probolinggo, Jawa Timur.
4)      Angin Brubu di Sulawesi Selatan.
5)      Angin Wambraw di Biak, Papua.  

  1. Kelembapan Udara (Humadity)
Kelembapan udara digunakan untuk menyatakan banyaknya kandungan uap air di dalam udara. Kelembapan udaranya dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu kelembapan relatif dan kelembapan absolut.

a.      Kelembapan relatif
Kelembapan relatif adalah perbandingan antara jumlah uap air yang dikandung udara dan jumlah uap air maksimal (jenuh) di dalam udara pada temperatur dan tekanan udara yang sama. Kelembapan relatif dinyatakan dalam persen.
Kelembapan relatif dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :
                  RH = e  x  100%
                           es           
RH = Kelembapan relatif (relatif humadity)
e    = kandungan uap air yang ada
es   = Tingkat kejenuhan untuk menampung air
Misalnya di dalam udara 1 m3 pada suhu 240C mengandung 6 gram uap air, sedangkan tingkat kejenuhannya 8 gram uap air. Kelembapan relatifnya adalah 6/8 x 100% = 75%.

b.      Kelembapan mutlak
Kelembapan mutlak adalah jumlah uap air per satuan volume udara dan dinyatakan dalam g/m3 udara. Kelembapan absolut tidak umum dipakai dalam perhitungan karena dapat berubah-ubah akibat perubahan suhu udara.

  1. Per-awanan (Cloudness)
Awan terbentuk sebagai akibat adanya kondensasi, yaitu proses perubahan wujud dari uap air menjadi titik-titik air. Jadi, awan adalah kumpulan titik-titik air atau Kristal-kristal es yang melayang-layang di atmosfer.

a.      Kelompok awan Tinggi (6-12 km) ditandai dengan kata siro atau sirus
1)      Sirus
Awan yang berwarna putih tipis pada siang hari dan mengkilat karena banyak mengandung Kristal es. Awan itu sering berwarna merah atau kuning cerah menjelang dan saat Matahari terbit atau setelah matahari terbenam.
2)      Sirokumulus
Awan yang berbentuk gumpalan-gumpalan kecil dan tampak seperti sisik ikan. Awan itu relatif jarang muncul dan selalu bergabung dengan Sirus atau sirostratus.
3)      Sirostratus
Awan yang berwarna putih tipis dan tampak seperti tirai kelambu yang sangat halus. Oleh karena itu, awan itu dapat membuat langit kelihatan seperti susu atau memperlihatkan susunan berserat. Jika terkena Sinar matahari awan itu akan menimbulkan bayangan di tanah.

b.      Kelompok awan Sedang (2-6 km) ditandai dengan kata alto.
1)      Altokumulus
Awan yang berwarna putih atau kelabu dan tampak seperti gumpalan kapas pipih. Altocumulus terutama terdiri dari tetes air, namun pada suhu yang sangat rendah dapat berbentuk Kristal es. Altocumulus dapat membentuk suatu lapisan yang seragam dan cukup luas (starfi formis).
2)      Altostratus
Awan yang berlapis-lapis seerti pita dan berwarna kelabu. Jika awan itu terkena sinar Matahari atau Bulan tidak akan menimbulkan bayangan.

c.       Kelompok awan Rendah (0,8-2 km) ditandai dengan kata strato.
1)      Stratocumulus
Awan yang bergumpal-gumpal lembut berwarna abu-abu. Stratokumulus terdiri dari tetes awan dan kadang-kadang mengandung tetes hujan. Awan jenis ini kadang-kadang juga disertai curahan hujan, namun intensitasnya kecil.
2)      Stratus
Awan-awan seragam yang berlapis-lapis seperti kabut tipis. Jika awan itu melewati Matahari atau Bulan, garis bentuk Matahari atau Bulan dapat dilihat. Awan itu menjadi kabut jika menyentuh permukaan bumi.

3)      Nimbosratus
Suatu lapisan awan rendah berwarna abu-abu gelap, tidak berbentuk, dan kelihatan basah. Oleh karena berwarna gelap dan tebal sehingga Matahari yang ada dibaliknya tidak terlihat. Pada cuaca buruk suatu lapisan nimbostratus dapat bergabung dengan awan rendah yang berada di bawahnya.

d.      Kelompok awan dengan Perkembangan Vertikal (< 2 km)
1)      Kumulus
Awan padat yang berkembang secara vertikal berbentuk kubah atau menyerupai bunga kol dengan lengkungan bulat berwarna putih cemerlang jika terkena sinar matahari. Bagian dalam yang hampir horizontal berwarna gelap. Di atas daratan kumulus biasanya muncul pada pagi hari dan menghilang sebelum malam.
2)      Kumulunimbus
Awan besar yang berkembang secara vertikal berbentuk seperti gunung atau menara. Pada bagian atas awan kumulonimbus berserat dan sering meyebar. Kumulonimbus mengandung tetes hujan yang besar sehingga dapat menimbulkan terjadinya hujan secara tiba-tiba.

  1. Curah hujan (Presipitasi)
Hujan adalah peristiwa jatuhnya butir-butir air dalam bentuk cair atau padat menuju bumi. Hampir seluruh hujan di daerah tropis berbentuk cair, sedangkan di daerah kutub berupa es atau salju. Salju terbentuk karena sublimasi uap air pada temperatur di bawah titik beku, sedangkan es terbentuk karena butir-butir air terangkat sampai di tempat yang temperaturnya di bawah titik beku.

a.      Hujan Konveksi
Hujan konveksi terjadi karena pemanasan radiasi matahari sehingga udara permukaan akan memuai dan naik secara vertikal. Hujan konveksi disebut juga hujan tropik atau hujan zenital karena terjadi di daerah ekuator (tropik) saat Matahari berada di titik zenit. Jika massa uap air banyak maka akan terbentuk awan kumulonimbus yang menjulang tinggi. Hal itu akan mengakibatkan terjadinya hujan lebat (heavy shower), tetapi tidak berlangsung lama dan hanya mencakup daerah sempit. Hujan konveksi tidak efektif untuk pertumbuhan tanaman karena air hujan sebagian besar dalam bentuk arus permukaan.

b.      Hujan Orografis
Hujan orografis terjadi karena udara yang mengandung uap air naik ke daerah pegunungan. Makin ke atas suhu udara makin dingin sehingga terjadilah proses kondensasi dan kemudian terjadi hujan di lereng pegunungan, sedangkan lereng di sebelahnya bertiup angin terjun yang kering dan panas. Daerah tempat terjadinya angin terjun itu disebut daerah bayangan hujan (rain shadow).



c.       Hujan Frontal
Hujan frontal terjadi karena pertemuan massa udara panas dan massa udara dingin. Daerah pertemuannya disebut daerah front. Oleh karena massa udara panas kurang padat sehingga naik di atas massa udara dingin, dan terjadi kondensasi, kemudian menjadi hujan.

C.        Pembagian Iklim
1.      Iklim Matahari
Iklim matahari didasarkan atas kedudukan Matahari terhadap tempat-tempat di permukaan bumi. Hal itu berkaitan dengan pergeseran semu Matahari antara lintang 23,50LU dan 23,50LS. Pergeseran semu Matahari itu menyebabkan terjadinya perbedaan suhu antar tempat yang satu dan tempat yang lain di permukaan bumi.

a.      Daerah Tropika
Rata-rata temperatur setahun di daerah tropika adalah antara 220C dan 280C, tetapi di beberapa di tempat lebih dari 300C. Hal itu disebabkan kedudukan Matahari selalu berada di daerah tropika yaitu antara 23,50LU dan 23,50LS.

b.      Daerah Subtropika
Daerah subtropika terletak antara 23,50LU/LS dan 300LU/LS. Daerah subtropika merupakan daerah peralihan antara iklim tropika dan iklim sedang. Di daerah itu suhu udara selama 4 – 11 bulan di atas 200C. Oleh karena itu, di daerah itu curah hujan sangat sedikit dan terdapat gurun-gurun yang luas.

c.       Daerah sedang
Daerah sedang terletak antara 300LU/LS - 400LU/LS, antara lain wilayah Eropa, Asia, Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika bagian selatan, dan Australia. Di daerah itu suhu udara selama 4 – 12 bulan berkisar antara 100C – 120C.

d.      Daerah dingin
Daerah dingin terletak antara 400LU/LS dan 66,50LU/LS. Wilayahnya meliputi Amerika Utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan Greenland, dan pantai utara Siberia.

e.      Daerah Kutub
Daerah kutub terletak antara 66,50LU/LS dan 900LU/LS. Wilayahnya meliputi Kutub Utara (Greenland) dan Kutub Selatan (Antartika). Di daerah itu suhu udara rata-rata sangat rendah, yaitu -10C. oleh karena itu, di daerah itu terdapat salju abadi.

2.      Pembagian Iklim Menurut W. Koppen
Klasifikasi iklim menurut Koppen berdasarkan rata-rata curah hujan dan temperatur, baik bulanan maupun tahunan.

a.      Iklim Hujan Tropis (A)
Daerah yang termasuk iklim hujan tropika adalah daerah yang mempunyai temperatur bulanan terdingin lebih dari 80C atau 640F. Iklim itu dibagi menjadi tiga tipe iklim, yiatu sebagai berikut :
1)      Hutan Hujan Tropika (Af)
Daerah yang termasuk tipe iklim ini adalah daerah yang pada bulan terkering, curah hujan rata-rata lebih dari 60 mm. oleh karena itu, di daerah itu terdapat hutan-hutan yang lebat. Di Indonesia tipe iklim itu terdapat di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara.

2)      Monsun Tropika (Am)
Daerah yang termasuk tipe iklim ini adalah daerah yang jumlah hujan pada bulan-bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering. Di daerah itu masih terdapat hutan yang cukup lebat. Di Indonesia tipe iklim ini meliputi wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat, sebagian Sulawesi Selatan, dan pantai selatan Papua.

3)      Savana (Aw)
Daerah yang termasuk tipe iklim ini adalah daerah yang jumlah hujan pada bulan-bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering.

b.      Iklim Kering (B)
Daerah yang termasuk iklim kering adalah daerah yang mempunyai tingkat penguapan (evaporasi) lebih tinggi daripada curah hujan (presipitasi). Oleh karena itu, di daerah itu tidak ada persediaan air yang cukup untuk mendukung kehidupan tanaman. Hanya tanaman-tanaman tertentu yang dapat hidup di daerah yang beriklim kering, contohnya kaktus. Iklim kering dibagi menjadi dua tipe iklim, yaitu stepa dan padang pasir.

1)      Iklim Stepa (BS)
Daerah yang termasuk iklim stepa adalah daerah setengah kering (semi arid) dengan curah hujan di lintang rendah antara 380-760 mm/tahun.

2)      Iklim Padang Pasir (BW) 
Daerah yang termasuk iklim gurun, yaitu daerah kering (arid) yang mempunyai curah hujan kurang dari 250 mm/tahun.

c.       Iklim Sedang (C)
Daerah yang mempunyai iklim sedang adalah daerah yang suhu udara rata-rata bulan terdinginnya lebh besar dari -30C, tetapi lebih kecil dari 180C. Adapun rata-rata suhu udara bulanan terpanas lebih besar dari 100C. Iklim itu dibagi menjadi tiga tipe iklim, yaitu sebagai berikut :

1)      Iklim sedang dengan Musim Panas yang Kering (Cs)
Daerah yang termasuk iklim itu ditandai adanya musim panas yang kering, yaitu apabila jumlah hujan terkering pada musim panas lebih kecil dari sepertiga jumlah hujan bulan terbasah pada musim dingin. Pada bulan terkering hujannya lebih kecil dari 30 mm.

2)      Iklim sedang dengan Musin Dingin yang Kering (Cw)
Daerah yang termasuk iklim itu ditandai adanya musim panas yang lembap dan musim dingin yang kering. Dikatakan  musim dingin yang kering apabila jumlah hujan rata-rata pada musim dingin lebih kecil dari sepersepuluh jumlah hujan bulan terbasah pada musim panas.

3)      Iklim sedang yang lembap (Cf)
Daerah yang termasuk iklim ini selalu lembap sepanjang tahun.

d.      Iklim Dingin (D)
Daerah yang termasuk iklim dingin mempunyai temperatur rata-rata bulan-bulan terdingin kurang dari -30C dan rata-rata bulan terpanas lebih dari 100C. Iklim itu dibagi menjadi dua tipe iklim yaitu sebagai berikut.

1)      Iklim dingin dengan musim dingin yang kering (Dw)
2)      Iklim dingin tanpa periode siang (Df)

e.      Iklim Kutub (E)
Daerah yang termasuk iklim kutub mempunyai rata-rata temperatur bulan terpanas kurang dari 100C. Iklim itu dibagi menjadi dua tipe iklim, yaitu sebagai berikut.

1)      Iklim Tundra (ET)
Pada daerah iklim tundra rata-rata temperatur bulan terpanas lebih besar dari 00C, tetapi lebih kecil dari 100C. Oleh karena itu, di daerah itu hanya terdapat lumut.

2)      Iklim Es-Salju Abadi (EF)
Pada daerah iklim es-salju abadi rata-rata temperatur bulan terpanas lebih kecil dari 00C. Oleh karena itu di daerah itu terdapat es-salju abadi.

3.      Pembagian Iklim Menurut Schmidth-Ferguson
Dasar klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson adalah adanya bulan basah dan bulan kering. Bulan basah adalah bulan yang curah hujannya lebih besar dari 100 mm. bulan kering adalah bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm. keduanya menggunakan suatu rasio Q, yaitu perbandingan antara jumlah rata-rata bulan kering dan rata-rata bulan basah untuk membuat penggolongan iklim.

                       Q = Jumlah rata – rata bulan kering    x 100
                              Jumlah rata-rata bulan basah

Berdasarkan besarnya nilai Q, terdapat 8 tipe iklim di Indonesia.
Golongan
Tipe Iklim
Nilai
A
Sangat basah
0 ≤ Q < 0,143
B
Basah
0,143 ≤ Q < 0,333
C
Agak Basah
0,333 ≤ Q < 0,6
D
Sedang basah
0,6 ≤ Q < 1,0
E
Agak Kering
1,0 ≤ Q < 1,67
F
Kering
1,67 ≤ Q < 3,0
G
Sangat Kering
3,0 ≤ Q < 7
H
Luar biasa kering
Q ≥ 7,0

4.      Pembagian Iklim Menurut Oldeman
Oldeman membuat klasifikasi iklim berdasarkan adanya bulan basah yang berturut-turut dan bulan kering yang berturut-turut pula. Klasifikasi itu terutama untuk keperluan pertanian. Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan > 200 mm, sedangkan bulan kering curah hujannya < 100 mm.

5.      Pembagian Iklim Menurut Junghuhn
Junghuhn membuat klasifikasi iklim berdasarkan ketinggian tempat. Klasifikasi itu sangat penting karena ketinggian suatu tempat mempengaruhi jenis tanaman yang dapat tumbuh di daerah tersebut. Hal itu didasarkan atas perbedaan suhu udara, yaitu makin tinggi suatu tempat makin rendah suhu udaranya. Junghuhn membagi zona iklim menjadi empat, sebagai berikut :

a.      Zona iklim panas (0-700 meter). Jenis tanaman yang cocok antara lain padi, tebu, kelapa dan jagung.
b.      Zona iklim sedang (700-1.500 meter). Jenis tanaman yang cocok antara lain kopi, teh, karet dan kina.
c.       Zona iklim sejuk (1.500-2.500 meter). Jenis tanaman yang cocok antara lain pinus dan cemara.
d.      Zona iklim dingin (di atas 2.500 meter). Pada daerah ini hanya terdapat lumut.


No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts