CUACA DAN IKLIM
Standar Kompetensi :
Menganalisis unsur-unsur Geosfer
Kompetensi Dasar : Menganalisis
atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka
bumi
Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar ini diharapkan
siswa mampu :
- Menganalisis dinamika
unsur-unsur cuaca dan iklim
- Menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi penyinaran matahari
- Menghitung suhu udara,
tekanan udara dan kelembaban udara
A.
Pengertian
Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di
wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca
itu terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya
beberapa jam saja. Misalnya, pagi hari, siang hari atau sore hari, dan
keadaannya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat serta setiap jamnya. Di
Indonesia, keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam
melalui prakiraan cuaca yang dikembangkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG) dan Departemen Perhubungan.
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu
satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30
tahun) dan meliputi wilayah yang luas.
Ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut
Klimatologi, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang keadaan cuaca disebut
Meteorologi.
B.
Unsur-unsur
Cuaca dan Iklim
Cuaca mempunyai unsur-unsur yang sama dengan iklim,
yaitu :
1.
Suhu (temperatur) udara
2.
Tekanan udara (angin)
3.
Kelembaban udara (hujan)
- Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan
panas atau dinginnya udara. Alat untuk
mengukur suhu udara atau derajat panas disebut termometer. Faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah adalah lama penyinaran matahari, sudut
datang sinar matahari, relief permukaan bumi, banyak sedikitnya awan, dan
perbedaan letak lintang. Suhu udara diukur dengan termometer. Biasanya suhu
tertinggi terjadi pada siang hari pukul 13.00-14.00, sedangkan suhu minimum
terjadi pada pukul 04.00-05.00.
- Tekanan Udara
Tekanan udara, besar atau
kecilnya dapat diukur dengan menggunakan barometer. Orang pertama yang mengukur
tekanan udara adalah Torri Celli (1643). Alat yang digunakannya adalah
barometer raksa.
Tekanan udara menunjukkan
tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam setiap satuan luas
tertentu. Tekanan udara semakin rendah apabila semakin tinggi dari permukaan
laut. Satuan ukuran tekanan udara adalah milibar (mb).
1 mb = ¾ mm tekanan air raksa atau
1,013 mb = 76 cm t.a.r = 1 atmosfer
Garis pada peta yang
menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan udaranya disebut isobar.
Daerah yang banyak menerima
pemanasan matahari, udaranya akan mengembang dan naik. Oleh karena itu, daerah
tersebut bertekanan udara rendah. Di tempat lain terdapat tekanan udara tinggi
sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan udara rendah. Gerakan udara tersebut dinamakan angin.
Angin adalah udara yang
bergerak. Tiga hal penting yang menyangkut sifat angin, yaitu kekuatan angin,
arah angin dan kecepatan angin. Menurut Hukum Buys Ballot, udara bergerak dari daerah
bertekanan tinggi (maksimum) ke daerah bertekanan rendah (minimum), di belahan
bumi utara berbelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan berbelok ke
kiri.
Jenis-Jenis Angin
a.
Angin Barat
Angin barat bertiup dari
lintang 350LU/LS menuju 600LU/LS. Karena pengaruh rotasi
bumi (gaya coriolis), angin barat
mengalami pembelokan. Di belahan bumi utara angin itu menjadi angin barat daya,
sedangkan di belahan bumi selatan menjadi angin barat laut.
b.
Angin Kutub
Angin kutub berembus dari
daerah bertekanan udara tinggi di sekitar kutub ke arah daerah sedang. Di
belahan bumi utara, angin tersebut berembus dari arah timur laut menjadi angin
timur laut, sedangkan di belahan bumi selatan angin tersebut berembus dari arah
tenggara menjadi angin tenggara.
c.
Angin Pasat
Angin pasat berembus dari
daerah subtropis (300LU/LS) menuju ke daerah khatulistiwa.
d.
Angin Siklon
Angin siklon terjadi jika
suatu daerah yang bertekanan udara rendah di kelilingi oleh suatu daerah yang
mempunyai tekanan udara tinggi. Akibatnya udara yang mengalir dari daerah
bertekanan udara tinggi menuju daerah yang bertekanan udara rendah.
e.
Angin Anti Siklon
Angin anti siklon terjadi
jika suatu daerah yang bertekanan udara tinggi dikelilingi oleh daerah
bertekanan udara rendah. Di permukaan bumi daerah anti siklon terutama berada
di atas laut atau lautan pada lintang 300LU/LS.
f.
Angin Musim
Angin musim merupakan suatu
angin regional yang bertiup di daerah tropis. Angin musim terjadi karena
perbedaan suhu udara yang mencolok antara daratan dan lautan. Pada periode
April-Oktober, saat Matahari berada di belahan bumi Utara, benua Asia mengalami
pemanasan maksimal. Akibatnya, Benua Asia mempunyai tekanan udara rendah.
Adapun di belahan bumi selatan (Benua Australia) mempunyai tekanan udara yang
lebih tinggi sehingga angin bertiup dari Benua Australia menuju Benua Asia dan disebut
angin muson tenggara. Angin itu hanya membawa sedikit uap air sehingga pada
periode ini di Indonesia mengalami musim kemarau.
g.
Angin Darat dan Angin Laut
Angin darat dan angin Laut
terjadi akibat adanya perbedaan sifat pemanasan antara daratan dan lautan. Pada
malam hari, karena temperatur laut lebih tinggi daripada daratan, tekanan udara
di luar lebih rendah daripada tekanan udara di darat. Oleh karena itu, terjadi
pergerakan udara dari darat menuju ke laut yang disebut angin darat. Bagi
nelayan tradisional, angin itu digunakan untuk melaut.
Pada siang hari karena temperatur
daratan lebih tinggi daripada lautan, tekanan udara di daratan lebih rendah
daripada tekanan udara di lautan. Oleh karena itu, terjadi pergerakan udara
dari laut menuju ke darat dan disebut angin laut. Bagi nelayan tradisional,
angin ini digunakan untuk kembali ke
darat.
h.
Angin Lembah dan Angin Gunung
Angin lembah dan angin gunung
terjadi karena adanya perbedaan pemanasan di daerah pegunungan. Perbedaan
pemanasan itu disebabkan oleh perbedaan luas lereng gunung dan lembah sehingga
terdapat perbedaan jumlah panas yang diterima pada satu satuan waktu.
i.
Angin Fohn
Angin fohn terjadi apabila
ada gerakan massa udara yang menaiki suatu pegunungan dengan tinggi lebih dari
2000 meter. Massa udara yang mencapai puncak pegunungan akan mengalami kondensasi
dan akhirnya timbul hujan pada satu sisi kering. Adapun pada lereng yang lain
tidak terjadi hujan karena terhalang tingginya pegunungan. Daerah yang tidak
mengalami hujan disebut daerah bayangan hujan.
Angin fohn yang terjadi di
Indonesia antara lain sebagai berikut :
1)
Angin Bohorok di Deli. Angin itu dapat merusak perkebunan tembakau.
2)
Angin Kumbang di Tegal dan Cirebon. Bagi daerah tersebut angin kumbang
menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman bawang karena di daerah sekitarnya
menjadi tidak lembab.
3)
Angin Gending di Pasuruan dan Probolinggo, Jawa Timur.
4)
Angin Brubu di Sulawesi Selatan.
5)
Angin Wambraw di Biak, Papua.
- Kelembapan
Udara (Humadity)
Kelembapan udara digunakan
untuk menyatakan banyaknya kandungan uap air di dalam udara. Kelembapan
udaranya dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu kelembapan relatif dan
kelembapan absolut.
a. Kelembapan relatif
Kelembapan relatif adalah
perbandingan antara jumlah uap air yang dikandung udara dan jumlah uap air
maksimal (jenuh) di dalam udara pada temperatur dan tekanan udara yang sama.
Kelembapan relatif dinyatakan dalam persen.
Kelembapan
relatif dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :
RH = e
x 100%
es
RH = Kelembapan relatif (relatif humadity)
e = kandungan uap air yang ada
es = Tingkat kejenuhan untuk menampung air
Misalnya di dalam udara 1 m3
pada suhu 240C mengandung 6 gram uap air, sedangkan tingkat
kejenuhannya 8 gram uap air. Kelembapan relatifnya adalah 6/8 x 100% = 75%.
b. Kelembapan mutlak
Kelembapan mutlak adalah
jumlah uap air per satuan volume udara dan dinyatakan dalam g/m3
udara. Kelembapan absolut tidak umum dipakai dalam perhitungan karena dapat
berubah-ubah akibat perubahan suhu udara.
- Per-awanan
(Cloudness)
Awan terbentuk sebagai
akibat adanya kondensasi, yaitu proses perubahan wujud dari uap air menjadi
titik-titik air. Jadi, awan adalah kumpulan titik-titik air atau
Kristal-kristal es yang melayang-layang di atmosfer.
a.
Kelompok
awan Tinggi (6-12 km) ditandai dengan kata siro atau sirus
1)
Sirus
Awan yang berwarna putih
tipis pada siang hari dan mengkilat karena banyak mengandung Kristal es. Awan
itu sering berwarna merah atau kuning cerah menjelang dan saat Matahari terbit
atau setelah matahari terbenam.
2)
Sirokumulus
Awan yang berbentuk
gumpalan-gumpalan kecil dan tampak seperti sisik ikan. Awan itu relatif jarang
muncul dan selalu bergabung dengan Sirus atau sirostratus.
3)
Sirostratus
Awan yang berwarna putih
tipis dan tampak seperti tirai kelambu yang sangat halus. Oleh karena itu, awan
itu dapat membuat langit kelihatan seperti susu atau memperlihatkan susunan
berserat. Jika terkena Sinar matahari awan itu akan menimbulkan bayangan di
tanah.
b.
Kelompok
awan Sedang (2-6 km) ditandai dengan kata alto.
1)
Altokumulus
Awan yang berwarna putih
atau kelabu dan tampak seperti gumpalan kapas pipih. Altocumulus terutama
terdiri dari tetes air, namun pada suhu yang sangat rendah dapat berbentuk
Kristal es. Altocumulus dapat membentuk suatu lapisan yang seragam dan cukup
luas (starfi formis).
2)
Altostratus
Awan yang berlapis-lapis
seerti pita dan berwarna kelabu. Jika awan itu terkena sinar Matahari atau
Bulan tidak akan menimbulkan bayangan.
c.
Kelompok
awan Rendah (0,8-2 km) ditandai dengan kata strato.
1)
Stratocumulus
Awan yang bergumpal-gumpal
lembut berwarna abu-abu. Stratokumulus terdiri dari tetes awan dan
kadang-kadang mengandung tetes hujan. Awan jenis ini kadang-kadang juga
disertai curahan hujan, namun intensitasnya kecil.
2)
Stratus
Awan-awan seragam yang
berlapis-lapis seperti kabut tipis. Jika awan itu melewati Matahari atau Bulan,
garis bentuk Matahari atau Bulan dapat dilihat. Awan itu menjadi kabut jika
menyentuh permukaan bumi.
3)
Nimbosratus
Suatu lapisan awan rendah
berwarna abu-abu gelap, tidak berbentuk, dan kelihatan basah. Oleh karena
berwarna gelap dan tebal sehingga Matahari yang ada dibaliknya tidak terlihat.
Pada cuaca buruk suatu lapisan nimbostratus dapat bergabung dengan awan rendah
yang berada di bawahnya.
d.
Kelompok
awan dengan Perkembangan Vertikal (< 2 km)
1)
Kumulus
Awan padat yang berkembang
secara vertikal berbentuk kubah atau menyerupai bunga kol dengan lengkungan
bulat berwarna putih cemerlang jika terkena sinar matahari. Bagian dalam yang
hampir horizontal berwarna gelap. Di atas daratan kumulus biasanya muncul pada
pagi hari dan menghilang sebelum malam.
2)
Kumulunimbus
Awan besar yang berkembang
secara vertikal berbentuk seperti gunung atau menara. Pada bagian atas awan
kumulonimbus berserat dan sering meyebar. Kumulonimbus mengandung tetes hujan
yang besar sehingga dapat menimbulkan terjadinya hujan secara tiba-tiba.
- Curah hujan (Presipitasi)
Hujan adalah peristiwa
jatuhnya butir-butir air dalam bentuk cair atau padat menuju bumi. Hampir
seluruh hujan di daerah tropis berbentuk cair, sedangkan di daerah kutub berupa
es atau salju. Salju terbentuk karena sublimasi uap air pada temperatur di
bawah titik beku, sedangkan es terbentuk karena butir-butir air terangkat
sampai di tempat yang temperaturnya di bawah titik beku.
a.
Hujan
Konveksi
Hujan konveksi terjadi
karena pemanasan radiasi matahari sehingga udara permukaan akan memuai dan naik
secara vertikal. Hujan konveksi disebut juga hujan tropik atau hujan zenital
karena terjadi di daerah ekuator (tropik)
saat Matahari berada di titik zenit. Jika massa uap air banyak maka akan
terbentuk awan kumulonimbus yang menjulang tinggi. Hal itu akan mengakibatkan
terjadinya hujan lebat (heavy shower),
tetapi tidak berlangsung lama dan hanya mencakup daerah sempit. Hujan konveksi
tidak efektif untuk pertumbuhan tanaman karena air hujan sebagian besar dalam
bentuk arus permukaan.
b.
Hujan
Orografis
Hujan orografis terjadi karena
udara yang mengandung uap air naik ke daerah pegunungan. Makin ke atas suhu
udara makin dingin sehingga terjadilah proses kondensasi dan kemudian terjadi
hujan di lereng pegunungan, sedangkan lereng di sebelahnya bertiup angin terjun
yang kering dan panas. Daerah tempat terjadinya angin terjun itu disebut daerah
bayangan hujan (rain shadow).
c.
Hujan
Frontal
Hujan frontal terjadi karena
pertemuan massa udara panas dan massa udara dingin. Daerah pertemuannya disebut
daerah front. Oleh karena massa udara panas kurang padat sehingga naik di atas
massa udara dingin, dan terjadi kondensasi, kemudian menjadi hujan.
C.
Pembagian
Iklim
1.
Iklim
Matahari
Iklim matahari didasarkan
atas kedudukan Matahari terhadap tempat-tempat di permukaan bumi. Hal itu
berkaitan dengan pergeseran semu Matahari antara lintang 23,50LU dan
23,50LS. Pergeseran semu Matahari itu menyebabkan terjadinya
perbedaan suhu antar tempat yang satu dan tempat yang lain di permukaan bumi.
a.
Daerah
Tropika
Rata-rata temperatur setahun
di daerah tropika adalah antara 220C dan 280C, tetapi di
beberapa di tempat lebih dari 300C. Hal itu disebabkan kedudukan
Matahari selalu berada di daerah tropika yaitu antara 23,50LU dan
23,50LS.
b.
Daerah
Subtropika
Daerah subtropika terletak
antara 23,50LU/LS dan 300LU/LS. Daerah subtropika
merupakan daerah peralihan antara iklim tropika dan iklim sedang. Di daerah itu
suhu udara selama 4 – 11 bulan di atas 200C. Oleh karena itu, di
daerah itu curah hujan sangat sedikit dan terdapat gurun-gurun yang luas.
c.
Daerah
sedang
Daerah sedang terletak
antara 300LU/LS - 400LU/LS, antara lain wilayah Eropa,
Asia, Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika bagian selatan, dan Australia. Di
daerah itu suhu udara selama 4 – 12 bulan berkisar antara 100C – 120C.
d.
Daerah
dingin
Daerah dingin terletak
antara 400LU/LS dan 66,50LU/LS. Wilayahnya meliputi
Amerika Utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan Greenland, dan
pantai utara Siberia.
e.
Daerah
Kutub
Daerah kutub terletak antara
66,50LU/LS dan 900LU/LS. Wilayahnya meliputi Kutub Utara
(Greenland) dan Kutub Selatan (Antartika). Di daerah itu suhu udara rata-rata
sangat rendah, yaitu -10C. oleh karena itu, di daerah itu terdapat
salju abadi.
2.
Pembagian
Iklim Menurut W. Koppen
Klasifikasi iklim menurut
Koppen berdasarkan rata-rata curah hujan dan temperatur, baik bulanan maupun
tahunan.
a.
Iklim Hujan
Tropis (A)
Daerah yang termasuk iklim
hujan tropika adalah daerah yang mempunyai temperatur bulanan terdingin lebih
dari 80C atau 640F. Iklim itu dibagi menjadi tiga tipe
iklim, yiatu sebagai berikut :
1)
Hutan Hujan
Tropika (Af)
Daerah yang termasuk tipe
iklim ini adalah daerah yang pada bulan terkering, curah hujan rata-rata lebih
dari 60 mm. oleh karena itu, di daerah itu terdapat hutan-hutan yang lebat. Di
Indonesia tipe iklim itu terdapat di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara.
2)
Monsun
Tropika (Am)
Daerah yang termasuk tipe
iklim ini adalah daerah yang jumlah hujan pada bulan-bulan basah dapat
mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering. Di daerah itu masih
terdapat hutan yang cukup lebat. Di Indonesia tipe iklim ini meliputi wilayah
Jawa Tengah, Jawa Barat, sebagian Sulawesi Selatan, dan pantai selatan Papua.
3)
Savana (Aw)
Daerah yang termasuk tipe
iklim ini adalah daerah yang jumlah hujan pada bulan-bulan basah tidak dapat
mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering.
b.
Iklim
Kering (B)
Daerah yang termasuk iklim
kering adalah daerah yang mempunyai tingkat penguapan (evaporasi) lebih tinggi
daripada curah hujan (presipitasi). Oleh karena itu, di daerah itu tidak ada
persediaan air yang cukup untuk mendukung kehidupan tanaman. Hanya
tanaman-tanaman tertentu yang dapat hidup di daerah yang beriklim kering,
contohnya kaktus. Iklim kering dibagi menjadi dua tipe iklim, yaitu stepa dan
padang pasir.
1)
Iklim Stepa
(BS)
Daerah yang termasuk iklim
stepa adalah daerah setengah kering (semi
arid) dengan curah hujan di lintang rendah antara 380-760 mm/tahun.
2)
Iklim
Padang Pasir (BW)
Daerah yang termasuk iklim
gurun, yaitu daerah kering (arid) yang mempunyai curah hujan kurang dari 250
mm/tahun.
c.
Iklim
Sedang (C)
Daerah yang mempunyai iklim
sedang adalah daerah yang suhu udara rata-rata bulan terdinginnya lebh besar
dari -30C, tetapi lebih kecil dari 180C. Adapun rata-rata
suhu udara bulanan terpanas lebih besar dari 100C. Iklim itu dibagi
menjadi tiga tipe iklim, yaitu sebagai berikut :
1)
Iklim sedang
dengan Musim Panas yang Kering (Cs)
Daerah yang termasuk iklim
itu ditandai adanya musim panas yang kering, yaitu apabila jumlah hujan
terkering pada musim panas lebih kecil dari sepertiga jumlah hujan bulan
terbasah pada musim dingin. Pada bulan terkering hujannya lebih kecil dari 30
mm.
2)
Iklim
sedang dengan Musin Dingin yang Kering (Cw)
Daerah yang termasuk iklim
itu ditandai adanya musim panas yang lembap dan musim dingin yang kering.
Dikatakan musim dingin yang kering
apabila jumlah hujan rata-rata pada musim dingin lebih kecil dari sepersepuluh
jumlah hujan bulan terbasah pada musim panas.
3)
Iklim
sedang yang lembap (Cf)
Daerah yang termasuk iklim
ini selalu lembap sepanjang tahun.
d.
Iklim
Dingin (D)
Daerah yang termasuk iklim
dingin mempunyai temperatur rata-rata bulan-bulan terdingin kurang dari -30C
dan rata-rata bulan terpanas lebih dari 100C. Iklim itu dibagi
menjadi dua tipe iklim yaitu sebagai berikut.
1)
Iklim dingin dengan musim dingin yang kering (Dw)
2)
Iklim dingin tanpa periode siang (Df)
e.
Iklim Kutub
(E)
Daerah yang termasuk iklim
kutub mempunyai rata-rata temperatur bulan terpanas kurang dari 100C.
Iklim itu dibagi menjadi dua tipe iklim, yaitu sebagai berikut.
1)
Iklim
Tundra (ET)
Pada daerah iklim tundra
rata-rata temperatur bulan terpanas lebih besar dari 00C, tetapi
lebih kecil dari 100C. Oleh karena itu, di daerah itu hanya terdapat
lumut.
2)
Iklim Es-Salju
Abadi (EF)
Pada daerah iklim es-salju
abadi rata-rata temperatur bulan terpanas lebih kecil dari 00C. Oleh
karena itu di daerah itu terdapat es-salju abadi.
3.
Pembagian
Iklim Menurut Schmidth-Ferguson
Dasar klasifikasi iklim
Schmidth-Ferguson adalah adanya bulan basah dan bulan kering. Bulan basah adalah
bulan yang curah hujannya lebih besar dari 100 mm. bulan kering adalah bulan
yang curah hujannya kurang dari 60 mm. keduanya menggunakan suatu rasio Q,
yaitu perbandingan antara jumlah rata-rata bulan kering dan rata-rata bulan
basah untuk membuat penggolongan iklim.
Q = Jumlah rata – rata bulan kering x 100
Jumlah rata-rata bulan basah
Berdasarkan besarnya nilai
Q, terdapat 8 tipe iklim di Indonesia.
Golongan
|
Tipe Iklim
|
Nilai
|
A
|
Sangat basah
|
0 ≤ Q < 0,143
|
B
|
Basah
|
0,143 ≤ Q < 0,333
|
C
|
Agak Basah
|
0,333 ≤ Q < 0,6
|
D
|
Sedang basah
|
0,6 ≤ Q < 1,0
|
E
|
Agak Kering
|
1,0 ≤ Q < 1,67
|
F
|
Kering
|
1,67 ≤ Q < 3,0
|
G
|
Sangat Kering
|
3,0 ≤ Q < 7
|
H
|
Luar biasa kering
|
Q ≥ 7,0
|
4.
Pembagian
Iklim Menurut Oldeman
Oldeman membuat klasifikasi
iklim berdasarkan adanya bulan basah yang berturut-turut dan bulan kering yang
berturut-turut pula. Klasifikasi itu terutama untuk keperluan pertanian. Bulan
basah adalah bulan dengan curah hujan > 200 mm, sedangkan bulan kering curah
hujannya < 100 mm.
5.
Pembagian
Iklim Menurut Junghuhn
Junghuhn membuat klasifikasi
iklim berdasarkan ketinggian tempat. Klasifikasi itu sangat penting karena
ketinggian suatu tempat mempengaruhi jenis tanaman yang dapat tumbuh di daerah
tersebut. Hal itu didasarkan atas perbedaan suhu udara, yaitu makin tinggi
suatu tempat makin rendah suhu udaranya. Junghuhn membagi zona iklim menjadi
empat, sebagai berikut :
a.
Zona iklim panas (0-700 meter). Jenis tanaman yang cocok antara lain
padi, tebu, kelapa dan jagung.
b.
Zona iklim sedang (700-1.500 meter). Jenis tanaman yang cocok antara
lain kopi, teh, karet dan kina.
c.
Zona iklim sejuk (1.500-2.500 meter). Jenis tanaman yang cocok antara lain
pinus dan cemara.
d.
Zona iklim dingin (di atas 2.500 meter). Pada daerah
ini hanya terdapat lumut.
No comments:
Post a Comment