Yang dimaksud manik-manik berupa butiran-butiran benda yang kecil-kecil
seperti batu, kancing baju, tasbih atau sejenisnya. Media manik-manik dapat
digunakan untuk memvisualisasikan atau menggambarkan secara konkrit proses pengenalan
konsep bilangan. Manik-manik digunakan untuk memberikan pemahaman tentang
penger-jaan bilangan dengan menggunakan pende-katan konsep himpunan. Sesuai
konsep pada himpunan, kita dapat menggabungkan atau memisahkan dua himpunan
yang dalam hal ini anggotanya berbentuk manik-manik. Bentuk manik-manik ini
dapat berupa bulatan-bulatan setengah lingkaran yang apabila sisi diameternya
digabungkan akan membentuk lingkaran penuh. Bentuk alat ini juga dapat
dimodifikasi ke dalam bentuk-bentuk lain asal sesuai dengan prin-sip kerjanya.
Alat ini biasanya terdiri atas dua warna, misalnya kuning untuk menandakan
bilangan negatif dan biru untuk menandakan bilangan positif (Muhsetyo, dkk.,
2008).
Cara penerapannya adalah sebagai berikut.
a.
Dengan menggunakan pendekatan konsep himpunan.
b.
Bentuknya dapat berupa butiran setengah lingkaran atau
lingkaran penuh.
c.
Untuk menggambarkan bilangan, manik-manik diberi warna
yang berbeda.
d.
Jika ada manik-manik dengan warna yang berbeda
berpasangan sama dengan netral (nol).
Media ini dapat membantu siswa secara nyata dalam memahami konsep bilangan.
Siswa akan terlibat secara aktif dan dapat menggunakan media ini dengan mudah.
Peneliti menggunakan media manik-manik untuk menjelaskan konsep bilangan karena
media manik-manik mempunyai beberapa keunggulan.
Keunggulan media manik-manik adalah sebagai berikut.
a.
Mudah di dapat
b.
Ringan
c.
Bisa dibuat sendiri
d.
Bentuknya yang kecil sehingga praktis dan ekonomis
Penggunaan manik-manik dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena
sifatnya sebagai benda konkret. Penggunaan benda konkret dalam mengenalkan
angka sangat baik karena angka bersifat abstrak dan sulit dipahami anak-anak.
Memahami angka yang bersifat abstrak sebaiknya menggunakan benda-benda konkret
yang sudah dikenal oleh anak. Menurut Sungkono (2007: 33) benda konkret yang
akan dimanfaatkan terlebih dahulu harus dipilih secara cermat dan sedapat
mungkin pilihlah yang paling cocok.
Disamping itu perlu disesuaikan dengan karakteristik anak seperti taraf
berfikir, pengalaman, jumlah anak, dan gaya belajarnya. Ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan guru sebelum menggunakan benda konkret. Menurut Wibawa
dan Mukti (1993: 55) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu; (1) benda konkret
memiliki banyak macamnya, mulai dari benda-benda hidup sampai benda-benda mati,
maka perlu dipertanyakan benda-benda atau makhluk hidup apakah yang mungkin dapat
dimanfaatkan di kelas secara efektif, (2) bagaimanakah cara agar benda-benda
itu sesuai dengan pola belajar- mengajar di kelas, (3) dari manakah kita dapat
benda-benda itu.
Sedangkan menurut Suyanto (2005: 71) guru dapat melatih anak menghitung
benda apa saja dan di mana saja. Di jalan, ketika melihat mobil kita dapat
bertanya “Berapa rodanya?”. Jadi setiap kesempatan dan ada benda nyata latih
anak untuk menghitung. Di kelas, guru dapat menggunakan berbagai benda untuk
melatih anak berhitung, seperti manik-manik, biji, buah, atau benda-benda
lainnya yang konkret.
Ada beberapa tahap dalam mengenalkan angka pada anak. Menurut Munawir dkk
(2003: 154) anak dapat memahami berbagai konsep dengan baik yaitu:
Jika pengajar memberi pengalaman kepada anak tentang konsep yang
dipelajari mulai dari bentuk yang konkret, semikonkret, dan abstrak. Guru
hendaknya merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan ketiga tahapan tersebut.
Pada tahap konkret anak diminta melihat, meraba, memindahkan atau mengumpulkan
benda-benda. Dengan menanyakan jumlah benda yang dikumpulkan, anak akan
mengenal konsep jumlah. Pada tahap semi konkret benda aslinya dapat diganti
dengan gambar yang sama dengan bentuk aslinya dan kemudian gambar yang hanya
menunjukkan lambang benda seperti garis-garis untuk menunjukkan jumlah
orang atau benda yang dikumpulkan.
Berdasarkan pendapat diatas, gambar-gambar tersebut pada dasarnya
merupakan jembatan untuk memahami konsep angka yang abstrak.
Sebelum mengenalkan angka pada anak, terlebih dahulu anak diberi benda
konkret sejenis (batu, kelereng dll). Anak diminta membilang benda konkret
tersebut sambil menyentuh bendanya. Benda konkret yang digunakan berfungsi
sebagai alat peraga. Kegiatan ini dilakukan untuk memberi pengalaman anak
membilang dari satu sampai lima sehingga anak mengenal nama bilangan (simbol
lisan) 1, 2, 3, 4, dan 5. Kegiatan berikutnya dipakai untuk mengenalkan simbol
tertulis bilangan satu sampai lima mengunakan kartu bilangan.
Langkah-langkah penggunaan media manik-manik dalam mengenalkan angka pada
anak ada terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
a.
Guru menyediakan media manik-manik yang akan digunakan
dalam mengenalkan angka
b.
Guru mengajak anak menghitung bersama-sama jumlah
manik-manik tersebut dengan cara meletakkan satu persatu di depan anak sambil
berkata satu, dua, tiga dan seterusnya.
c.
Setelah itu anak diminta untuk menghitung kembali
benda tersebut sambil menyentuh manik-maniknya dan mengatakan satu jika
manik-maniknya satu, dua jika manik-maniknya dua.
d.
Jika anak sudah paham dengan bilangan maka guru
bisa mengenalkan lambang bilangan yaitu satu manik-manik dengan angka 1, dua
manik-manik dengan angka 2 dan seterusnya.
e.
Selanjutnya, anak diminta untuk menghubungkan angka
dengan jumlah bendanya yang sesuai
No comments:
Post a Comment