BAB I
PENDAHULUAN
Anak-anak adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT,
kehadiran mereka dalam keluarga adalah sesuatu yang dinantikan, karena
anak-anak merupakan salah satu sebab yang membawa kebahagiaan kedua orang tua.
Kedua orang tua berkewajiban mendidik, mengarahkan dan mengasuh agar menjadi
Individu yang sholeh dan berakhlak mulia. Peranan orang tua mendidik dalam
rumah tangga sangat penting karena dalam keluarga seorang anak mula-mula
memperoleh bimbingan dan pendidikan dari orang tuanya. Karena keduanya tampil
sebagai orang tua yang mempunyai fungsi dan peranan serta tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pendidik sehingga melahirkan pola komunikasi khusus pola
diantara mereka sendiri maupun dalam hubungan putra-putrinya. Mereka
sedapat-dapatnya berpegang pada suatu pola kebijakan yang sejarah, pertama-tama
mereka akan tampil sebagai pelindung dan pengayom putra-putrinya di dasari
kasih sayang.
Pendidikan dimasa kanak-kanak merupakan dasar pembentukan
pribadi muslim, untuk itu penanaman agama akan dimulai sejak usia kanak-kanak,
sehingga sudah seharusnya lembaga Pendidikan memperhatikan masalah ini dengan
penuh perhatian. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda :
”Setiap
anak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam keadaan fitrah (kesucian), maka kedua
orang tuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai seorang yahudi, hasrani atau
majusi.” (HR. Al Bukhori)
Pendidikan akidah harus ditanamkan kepada generasi muda
harapan bangsa. Akidah merupakan inti dasar keimanan seseorang yang harus
dilakukan dalam rangka pembentukan karakter berbasis akidah dalam kehidupan
mereka untuk meneruskan perjuangan agama Islam. Hal ini selaras dengan telada
pada firman Allah SWT. Pendidikan akidah merupakan process of instruction an
training, yaitu kegiatan membimbing anak manusia menuju kedewasaan dan
kemandirian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Orang Tua Sebagai Pendidik di Rumah
Secara kodrat orang tua adalah pendidik yang pertama dan
utama terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak-anaknya di rumah. Prediket
orang tua sebagai pendidik di rumah datang secara otomatis setelah pasangan
suami istri dikaruniai anak.
Yang disebut pendidik dalam pendidikan Islam adalah setiap
orang dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan
dirinya dan orang lain. Pendidik dalam Islam juga disebut sebagai orang-orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya
mengembangkan seluruh potensi peserta didiknya, baik berupa potensi afektif
(rasa), kognitif (rasa), dan psikomotor (karsa).
Dikutip dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang
yang mendidik. Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang
melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam
persepektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional
kata pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan,
keterampilan.
Orang tua, dalam perspektif ini merupakan orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anaknya dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam
memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah, SWT dan mampu melakukan
tugas sebagai makhluk social dan sebagai makhluk individu yang mandiri
nantinya.
Orang tua punya wewenang mutlak dalam mendidik anak-anaknya
dirumah, dan tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Orang tua sebagai
orang dewasa pertama yang memikul tanggungjawab pendidikan, sebab secara alami
anak pada masa-masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya.
Dari merekalah anak mulai mengenal kaidah-kaidah pendidikan. Dasar-dasar
pandangan hidup, sikap hidup, dan ketrampilan hidup banyak tertanam sejak anak
berada di tengah-tengah orang tuanya. Orang tua dapat mengenalkan segala hal
yang mereka ingin beritahukan kepada anak atau yang anak sendiri yang ingin
mengetahuinya.
Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga
akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti, dan
kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan dalam lingkungan keluarga inilah yang
nantinya akan dijadikan modal dasar untuk mengikuti pendidikan dijenjang
berikutnya yaitu ketika anak memasuki pendidikan formal/sekolah.
Pendidikan yang dilakukan orang tua terhadap anak atas
dorongan kasih sayang itu selanjutnya dilambangkan Islam dalam bentuk kewajiban
yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, SWT. Orang tua dalam
pandangan ini adalah ibu dan bapak yang masing-masing mempunyai tanggungjawab
yang sama dalam pendidikan anak.
Secara garis besar pendidikan yang harus ditekankan bagi
orang tua dalam keluarga terhadap anaknya dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
1.
Menanamkan dan Melaksanakan Pembinaan Akidah dan Akhlak.
Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominant adalah seorang anak dengan dasar-dasar keimanan, ke-Islaman, sejak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka al-Ghazali memberikan beberapa metode dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengan cara memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahaman diawali dengan hafalan terlebih dahulu (al-Fahmu Ba’d al-Hifdzi). Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh dalamdirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini. Inilah proses yang dialami anak pada umumnya. Bukankah mereka atau anak-anak kita adalah tanggungjawab kita sebagaimana yang telah Allah peringatkan dalam al-Qur’an yang berbunyi: Artinya: jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari panasnya api neraka.
Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominant adalah seorang anak dengan dasar-dasar keimanan, ke-Islaman, sejak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka al-Ghazali memberikan beberapa metode dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengan cara memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahaman diawali dengan hafalan terlebih dahulu (al-Fahmu Ba’d al-Hifdzi). Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh dalamdirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini. Inilah proses yang dialami anak pada umumnya. Bukankah mereka atau anak-anak kita adalah tanggungjawab kita sebagaimana yang telah Allah peringatkan dalam al-Qur’an yang berbunyi: Artinya: jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari panasnya api neraka.
Muhammad
Nur Hafidz merumuskan empat pola dasardalam bukunya. Pertama, senantiasa
membacakan kalimat Tauhid pada anaknya. Kedua, menanamkan kecintaan kepada
Allah dan Rasulnya. Ketiga, mengajarkan al-Qur’an dan keempat menanamkan
nilai-nilai pengorbanan dan perjuangan.
Akhlak
adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan
pembinaan akhlak anak. Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari
orang tua.Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antara
ibu, bapak dan masyarakat. Dalam hal ini Benjamin Spock menyatakan bahwa setiap
individu akan selalu mencari figur yang dapat dijadikan teladan ataupun idola
bagi mereka.
2.
Menanamkan dan Melaksanakan Pembinaan Intelektual
Pembinaan
intelektual dalam keluarga memgang peranan penting dalam upaya meningkatkan
kualitas manusia, baikintelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia yang
berkualitas akan mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah sebagaimana
firman-Nya dalam surat al-Mujadalah yang
Artinya: Allah akan mengangkat
derajatorang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu diantarakalian.
Nabi
Muhammad juga mewajibkan kepada pengikutnya untuk selalu mencari ilmu sampai
kapanpun sebagaimana sabda beliau yang
Artinya: mencari ilmu adalah kewajiban bagi muslim dan muslimat.
Artinya: mencari ilmu adalah kewajiban bagi muslim dan muslimat.
3.
Menanamkan dan Melakukan Pembinaan Kepribadian dan Sosial
Pembentukan kepribadian terjadi melalui proses yang panjang. Proses pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebih baik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksi nalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatar belakanginya. Mengingat hal ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat menjaga emosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini adanya kewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi support kepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda danbelum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok dilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santun dalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisa dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak si anak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.
Pembentukan kepribadian terjadi melalui proses yang panjang. Proses pembentukan kepribadian ini akan menjadi lebih baik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksi nalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatar belakanginya. Mengingat hal ini sangat berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat menjaga emosional diri dan jiwa seseorang. Dalam hal yang baik ini adanya kewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi support kepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda danbelum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok dilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santun dalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisa dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak si anak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya.
Dalam
literatur lain dijelaskan bahwa untuk mendidik anak, orang tua hendaknya harus
memperhatikan hal-hal berikut di bawah ini.
a) Orang tua jangan bertindak keliru
terhadap anaknya, misalkan: terlalu memanjakan, terlalu keras, terlalu lemah,
dan sejenisnya.
b) Orang tua harus menyediakan waktu
cukup untuk bertemu anak-anaknya agar tercipta rasa kasih dan sayang.
c) Kekuasaan yang dimiliki orang tua
jangan dihubungkan dengan kepentingan pribadinya, sebab hal ini dapat
menimbulkan pertentangan antara anak dengan orang tuanya.
B. Tanggungjawab Orang Tua dalam
Mendidik Anak dalam Keluarga
Pada pendapat Abdullah Ulwan, bentuk tanggungjawab utama
orang tua dan pendidikan anak ialah pendidikan jasmani dalam bentuk pemberian
nafkah. Yang dimaksud nafkah dalam hal ini adalah penyediaan pangan, sandang,
dan papan yang baik, agar jasmani anak tumbuh sehat dan kuat.
Lain halnya dengan pendapat Zakiah Dradjat, bentuk tanggungjawab pendidikan Islam yang menjadi beban dan menjadi tanggung jawab orang tua, menurut
Lain halnya dengan pendapat Zakiah Dradjat, bentuk tanggungjawab pendidikan Islam yang menjadi beban dan menjadi tanggung jawab orang tua, menurut
Zakiah
Dradjat dkk sekurang-kurangnya dalam bentuk sebagai berikut:
1. Memelihara dan membesarkan anak
adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggungjawab setiap orang tua dan
merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup_dalam hal ini
manusia memerlukan pendidikan_
2. Melindungi dan menjamin keselamatan,
baik jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari
penyelewengan kehidupan _hal-hal yang tidak sesuai aturan syari’at_ dari tujuan
hidup yang sesuai dengan filsafat hidup dan agama yang dianutnya.
3. Memberi pengajaran dalam arti luas
sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan
seluas dan setinggi mungkin yang ingin dicapainya.
4. Membahagiakan anak baik dunia maupun
akhirat sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.
Seperti
yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali, bahwa tugas pendidik adalah
menyempurnakan, membersihkan, menyempurnakan serta membaha hati manusia untuk
Taqarrub kepada Allah SWT.
Sedangkan tanggung jawab dari orang tua sebagai pendidik
yang pertama dan utama adalah :
1) Bertanggungjawab atas moral.
2) Bertanggung jawab dalam bidang
pedidikan.
3) Tanggung jawab kemasyarakatan.
4) Bertanggung jawab dalam bidang
keilmuan, menyekolahkan, dll.
C. Pendidikan Orang Tua Yng
Diberikan Kepada Anak
Pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak tidak hanya
dalam bentuk pendidikan jasmani seperti yang d ikemukakan Ulwan saja, tetapi
juga dalam bentuk rohani seperti yang yang dirinci oleh Zakiah Dradjat.
Pendapat Ulwan dalam bukunya, Tarbiyah al-Auladfial al-Islam ( Pendidikan Anak
dalam Islam ), ia merinci dengan menekankan orang tua untuk memberikan
pendidikan anak sebagai berikut:
1. Pendidikan keimanan, antara lain
dengan menanamkan tauhid kepada Allah dan kecintaan kepada Rosulullah, SAW, mengajari
hokum halal dan haram, membiasakan beribadah sejak usia tujuh tahun dan
mendorong untuk suka membaca Al- Qur’an
2. Pendidikan Akhlak, dengfan
menanamkan dan membiasakan kepada anak sifat-sifat terpuji serta
menghindarkannya dari sifat-sifat tercela
3. Pendidikan jasmani, memperhatikan
kondisi gizi anak, berolahraga, dan mengajarinya cara hidup sehat
4. Pendidikan intelektual, mengajarkan
ilmu pengetahuan kepada anak dan memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu
seluas dan setinggi mungkin.
5. Pendidikan psikhis, menghilangkan
gejala-gejala penakut, rendah diri, malu-malu, dandengki, serta bersikap adil
terhadap anak.
6. Pendidikan social, antara lain
dengan menanamkan penghargaan dan etika ( sopan santun ) terhadap orang lain,
orang tua, tetangga, guru, dan teman, serta membiasakan menjenguk teman yang
sakit dan mengucapkan selamat dalam kesempatan hari-hari besar Islam.
7. Pendidikan seksual, antara lain
dengan membiasakan anak agar selalu meminta izin ketika memasuki kamar orang
tua dan menghindarkannya dari hal-hal yang pornografis, serta memberikan
pendidikan yang mengarahkan supaya anak tidak menempatkan perilaku seknya pada
tempat yang tidak sesuai.
Implikasinya,
pendidikan yang diberikan anak bukan hanya sekedar bersifat keilmuan teoritis
saja, akan tetapi lebih bersifat normative aplikatif. Meskipun dalam penanaman
pendidikan dasar, justru pendidikan yang diberikan orang tua terhadap anak itu
berdampak besar bagi perkembangan anak pada jenjang berikutnya. Karena seperti
yang telah di jelaskan dalam sebuah hadits Nabi sebagai berikut :
“Sesungguhnya setiap anak pada
dasarnya terlahir dalam keadaan fithroh ( suci ), dan yang menjadikannya
seorang yahudi, atau kafir majusi, atau nasrani adalah tergantung dari orang
tuanya” ( al- Hadits )
Dalam
hadits tersebut dijelaskan bahwa setiap anak mempunyai potensi_fitrah_ dan
fitrah itu bisa dikembangkan oleh orang tua dengan memberikan pendidikan yang
telah penulis paparkan diatas. Dalam literature lain dijelaskan oleh pakar psikolog
dalam teorinya _convergensi_ yang menyatakan bahwa anak terlahir laksana kertas
putih, dan dalam perkembangannya yang menentukan adalah dari pihak orang tua
atau lingkungan.
D. Kode Etik Orang Tua Sebagai
Pendidik Dalam Mendidik Anak
Orang tua boleh dikatakan sebagai pemimpin dalam memimpin
anaknya lebih-lebih seorang bapak sebagai pkepala rumah tangga. Orang tua dalam
memanage pendidikan bagi anaknya tentunya mempunyai batasan-batasan kaidah
etika (kode etik) yang yang harus dipenuhi sebagai klasifikasi seorang pendidik
yang pertama dan utama dalam keluarga.
Adapun beberapa kode etik yang harus dimiliki orang tua
sebagi pendidik menurut Al-Ghazali seharusnya mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Bersikap penyantun dan penyayang (
QS. Ali Imran: 159 )
2. Menjaga kewibawaan dan kehormatannya
dalam bertindak
3. Menghindari dan menghilangkan sikap
angkuh terhadap sesama ( QS. Al-Najm: 32 )
4. Bersikap rendah hati ketika menyatu
dengan sekelompok masyarakat ( QS. Al-Hijr: 88 )
5. Menghindarkan dari aktivitas yang
tidak berguna dan sia-sia.
6. Meningalkan sifat marah dalam
menghadapi problem anaknya
7. Mencegah dan mengontrol anak dalam
mempelajari ilmu yang membahayakan ( QS. Al-Baqarah: 195 )
8. Mencegah anak dalam mempelajari ilmu
fardlu kifayah ( kewajiban kolektif, seperti mempelajari ilmu kedokteran,
psikologi,dan sebagainya ) sebelum mempelajari ilmu fardlu ‘ain ( kewajiban
individual, seperti akidah, syari’ah, dan akhlak)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan dimasa kanak-kanak merupakan dasar pembentukan
pribadi muslim, untuk itu penanaman agama akan dimulai sejak usia kanak-kanak,
sehingga sudah seharusnya lembaga Pendidikan memperhatikan masalah ini dengan
penuh perhatian
Secara garis besar pendidikan yang harus ditekankan bagi
orang tua dalam keluarga terhadap anaknya dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
- Menanamkan dan Melaksanakan
Pembinaan Akidah dan Akhlak.
- Menanamkan dan Melakukan
Pembinaan Kepribadian dan Sosial
3. Menanamkan dan Melaksanakan
Pembinaan Intelektual
Dalam literatur lain dijelaskan bahwa untuk mendidik anak,
orang tua hendaknya harus memperhatikan hal-hal berikut di bawah ini.
a) Orang tua jangan bertindak keliru
terhadap anaknya, misalkan: terlalu memanjakan, terlalu keras, terlalu lemah,
dan sejenisnya.
b) Orang tua harus menyediakan waktu
cukup untuk bertemu anak-anaknya agar tercipta rasa kasih dan sayang.
c) Kekuasaan yang dimiliki orang tua
jangan dihubungkan dengan kepentingan pribadinya, sebab hal ini dapat
menimbulkan pertentangan antara anak dengan orang tuanya.
DAFTAR PUSTAKA
Dradjat, Zakiah dkk, 1992, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi
Aksara
Ekosusilo, Madyo, dan RB Kasihadi, Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang: Efhar Publishing
Mujib, Abdul dan Mudzakir, Jusuf, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Sujana, Djuju 1996, Peranan Keluarga Dalam Lingkungan Masyarakat, Bandung: Remaja Rosdakarya
Suryosubrata. 1983. Beberapa Aspek Dasar Kependidikan. Jakarta: Bina Aksara
Tafsir, Ahmad, 1992, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ekosusilo, Madyo, dan RB Kasihadi, Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang: Efhar Publishing
Mujib, Abdul dan Mudzakir, Jusuf, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Sujana, Djuju 1996, Peranan Keluarga Dalam Lingkungan Masyarakat, Bandung: Remaja Rosdakarya
Suryosubrata. 1983. Beberapa Aspek Dasar Kependidikan. Jakarta: Bina Aksara
Tafsir, Ahmad, 1992, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
No comments:
Post a Comment