1.
Hakikat bahasa komunikasi ilmiah terdiri dari
tiga variabel yaitu :
a. Kemampuan
berpikir kritis (critical thinking)
Dalam menyampaikan bahasa sebagai
sarana komunikasi ilmiah didukung oleh kemampuan berpikir kritis seseorang.
Dengan memiliki kemampuan berpikir kritis maka kemampuan bahasa dalam upaya
berkomunikasi secara ilmiah akan dapat berjalan dengan baik.
b. Penguasaan
bahasa
Dalam komunikasi ilmiah dibutuhkan
penguasaan bahasa yang memadai oleh seseorang. Dengan memiliki kemampuan bahasa
yang baik maka komunikasi ilmiah yang dilakukan akan berjalan dengan baik.
c. Pengetahuan
umum yang luas
Dalam berkomunikasi ilmiah yang
diungkapkan dalam bentuk bahasa membutuhkan pengetahuan umum yang luas. Dengan
memiliki pengetahuan yang luas maka komunikasi yang dilakukan akan berlangsung
dengan baik.
2.
Bahasa memiliki tiga fungsi yaitu simbolik,
emotif, dan afektif.
Fungsi
simbolik artinya bahasa berfungsi sebagai simbol dari sesuatu hal atau benda
sehingga sesuatu hal tersebut dapat dikenal dan disepakati oleh pemakai
bahasa.Misalnya air yang turun dari langit dinamakan hujan.
Fungsi
emotif artinya bahasa berfungsi dalam menyampaikan keadaan emosi dari seseorang
yang diungkapkan baik secara verbal maupun non verbal
Fungsi
afektif artinya bahasa berfungsi dalam mengungkapkan suatu perilaku yang
dilakukan oleh seseorang.
3. Komunikasi
ilmiah merupakan salah satu jenis komunikasi dalam kehidupan manusia. Manusia
sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi dengan yang lainnya. Hal ini
karena manusia membutuhkan bantuan dari orang lain dalam upaya memenuhi
kebutuhannya. Manusia juga diberi anugerah berupa akal pikiran yang
memungkinkan manusia memiliki kemampuan untuk berpikir secara ilmiah. Untuk
menyampaikan dan mengungkapkan potensi dan hasil berpikir ilmiah yang
dimilikinya maka manusia membutuhkan sarana dalam penyampaiannya. Alat yang
berfungsi sebagai sarana tersebut yaitu berupa bahasa. Jadi bahasa digunakan
sebagai alat dalam berkomunikasi secara ilmiah antara manusia yang satu dengan
manusia yang lain.
1.
Hakikat bahasa komunikasi ilmiah terdiri dari
tiga variabel yaitu :
a. Kemampuan
berpikir kritis (critical thinking)
Bahasa yang digunakan sebagai alat
komunikasi ilmiah akan berlangsung dengan baik jika didukung oleh kemampuan
berpikir kritis dari pengguna bahasa tersebut. Dengan kemampuan berpikir kritis
yang baik maka bahasa komunikasi ilmiah yang digunakan akan dapat tersalurkan
dengan baik pula.
b. Penguasaan
bahasa
Bahasa sebagai alat komunikasi ilmiah
juga didukung oleh penguasaan bahasa dari pengguna bahasa tersebut. Dengan
penguasaan bahasa yang baik maka bahasa komunikasi ilmiah yang disampaikan akan
berlangsung dengan baik.
c. Pengetahuan
umum yang luas
Bahasa sebagai alat komunikasi ilmiah
juga didukung oleh adanya pengetahuan umum yang luas. Dengan memiliki
pengetahuan umum yang luas maka kemampuan bahasa yang digunakan sebagai alat
komunikasi dalam rangka kegiatan ilmiah akan dapat tersalurkan dengan baik.
2.
Bahasa memiliki tiga fungsi yaitu simbolik,
emotif, dan afektif.
Fungsi
simbolik artinya bahasa merupakan ungkapan terhadap suatu hal atau benda yang
diungkapkan oleh manusia dan sudah menjadi kesepakatan dan dibuktikan secara
ilmiah.
Fungsi
emotif artinya bahasa merupakan ungkapan dari rasa emosi manusia yang tercermin
dalam perkataan yang diucapkannya.Rasa emosi dalam bentuk ungkapan bahagia,
sedih, kesal/marah dan lain sebagainya.
Fungsi
afektif artinya bahasa berfungsi dalam mengungkapkan suatu perilaku yang
dilakukan oleh seseorang.
3. Komunikasi
ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berbentuk pengetahuan. Hal
yang perlu diperhatikan dalam komunikasi ilmiah adalah bahwa bahasa harus
terhindar dari unsur-unsur emotif. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
adanya salah informasi atau informasi yang didapat tidak sesuai dengan
informasi yang ingin disampaikan. Bahasa dalam komunikasi ilmiah bersifat
reproduktif artnya apa yang disampaikan oleh komunikator maka itu pula yang
didapatkan oleh komunikan. Oleh karena itu bahasa dalam komunikasi ilmiah
harus jelas dan objektif.
1. Hakikat
bahasa komunikasi ilmiah sekurang-kurangnya didukung oleh tiga variabel yaitu :
a. Kemampuan
berpikir kritis (critical thinking)
Dalam komunikasi ilmiah dibutuhkan
kemampuan dalam berpikir kritis. Dengan memiliki kemampuan berpikir kritis maka
akan dapat menyampaikan hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukan kepada
public.
b. Penguasaan
bahasa
Kemampuan berbahasa yang baik dan
benar merupakan syarat mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah. Tanpa penguasaan
tata bahasa dan kosakata yang baik, maka akan sulit bagi ilmuan untuk dapat
mengkomunikasikan gagasan kepada pihak lain. Karya ilmiah pada dasarnya
merupakan kumpulan pernyataan yang mengemukakan informasi tentang pengetahuan
maupun jalan pikiran dalam mendapatkan pengetahuan itu.Agar dapat mengemukakan
informasi dan jalan pikirannya, seorang ilmuwan dituntut mampu menguasaai
pengunaan ejaan dan tanda baca yang benar serta mampu membuat kalimat-kalimat
yang efektif.
c. Pengetahuan
umum yang luas
Adanya kemampuan memiliki pengetahuan
umum yang luas akan dapat mendukung seseorang dalam mengungkapkan bahasa
sebagai sarana komunikasi ilmiah.Seseorang tidak hanya memiliki pengetahuan
pada satu bidang saja, melainkan beberapa bidang ilmu yang berkembang juga dimiliki
perbendaharaan katanya.
2.
Bahasa memiliki tiga fungsi yaitu simbolik,
emotif, dan afektif.
Fungsi
simbolik artinya fungsi simbolik dalam bahasa berarti bahasa merupakan wujud
ungkapan dari suatu hal atau benda yang diwujudkan dalam suatu kata atau
kalimat.
Fungsi
emotif artinya bahasa berfungsi sebagai sarana dalam mengungkapkan perasaan
atau hal yang dirasakan sehingga orang yang diajak komunikasi akan dapat
mengerti hal yang dimaksud oleh komunikator.
Fungsi
afektif artinya bahasa juga berfungsi dalam menyampaikan hal yang menjadi sikap
seseorang kepada orang lain. Sikap dan perilaku seseorang akan dengan mudah
diketahui jika disampaikan dengan bahasa yang sesuai dan tepat.
3. Komunikasi
ilmiah menuntut kemampuan berbahasa dengan jelas. Hal ini berarti kata-kata
yang digunakan harus diungkapkan secara eksplisit untuk mencegah kasalahpahaman
makna. Oleh karena itulah dalam komunikasi ilmiah sering ditemukan definisi
dari kata-kata yang dipergunakan. Hal ini dilakukan agar komunikan tidak
memberi arti atau definisi yang berbeda dari makna yang dimaksudkan
komunikator. Jika hal tersebut terjadi, maka akan menghasilkan proses berpikir
yang berbeda pula.
No comments:
Post a Comment