Taman Kanak-kanak merupakan bentuk pendidikan usia dini yang berada pada
jalur pendidikan formal sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang No 20 Tahun
2003 pasal 28 ayat 3, “Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal, atau bentuk lain yang
sederajat”.
Matematika untuk anak usia dini merupakan
sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, mendorong
anak untuk mengembangkan berbagai potensi intelektual yang dimilikinya serta
dapat dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan berbagai sikap dan perilaku
positif dalam rangka meletakkan dasar-dasar kepribadian sedini mungkin seperti
sikap kritis, ulet, mandiri, ilmiah, rasional dan lain sebagainya. Matematika
bagi anak usia dini merupakan salah satu cara bagi anak untuk memahami dunia
dan pengalaman-pengalaman yang dilakukannya serta upaya untuk memecahkan
berbagai permasalahan yang ditemuinya setiap hari (Sriningsih, 2009:23).
Sujiono (2011: 113), mengemukakan definisi matematika dalam pusat
pembinaan dan pengembangan bahasa matematika bahwa matematika adalah ilmu
tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan. Sedangkan
menurut Suriasumantri (Sujiono, dkk. 2011: 113), matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan.
Paimin (Sujiono dkk. 2011: 114), berpendapat bahwa matematika sebagai
ilmu tentang struktur dan hubungan-hubungannya memerlukan simbol-simbol untuk
membantu memanipulasi aturan-aturan melalui operasi yang ditetapkan. Sedangkan
menurut Patton dan Kokoski (dalam Seefeldt & Wasik, 2008: 385), matematika
adalah kegiatan paling penting namun kurang ditekankan dalam runag kelas
prasekolah dan TK
Seefeldt dan Wasik (2008: 385), mengemukakan bahwa perubahan dalam
pengetahuan matematika memungkinkan anak-anak usia 3-5 tahun mengerti
konsep-konsep matematika lewat cara memahami. Dalam periode ini, anak-anak
mulai berpikir tentang simbol. Seseorang mulai mengerti bahwa kata-kata seperti
“mary” dan “sam” mewakili seseorang. Sama halnya, mereka mengerti bahwa hal-hal
abstrak misalnya angka bisa mewakili banyak benda.
Kompetensi matematika yang dipadukan dalam pembelajaran matematika untuk
anak usia dini adalah kompetensi matematika yang dipublikasikan dalam dokumen The National Council of Teacher of
Mathematics pada tahun 2003 tentang Prinsip dan Standar untuk Matematika
Sekolah. Kompetensi matematika yang direkomendasikan untuk anak usia dini
terdiri dari kompetensi isi dan proses pembelajaran matematika. Kompetensi isi
antara lain: bilangan dan operasi bilangan, aljabar, geometri, pengukuran,
analisis data dan probabilitas. Sedangkan kompetensi proses meliputi: problem
solving, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi dan representasi.
Standar pembelajaran matematika mengacu pada sepuluh standar yang ditetapkan
oleh NTCM (2003) yaitu (1) bilangan dan operasi bilangan, (2) aljabar, (3)
geometri, (4) pengukuran, (5) analisis data dan probabilitas, (6) pemecahan
masalah, (7) penalaran dan pembuktian, (8) komunikasi, (9) koneksi, (10)
representasi.
Adapun ciri-ciri lain yang menandai bahwa anak sudah mulai menyenangi
permainan matematika adalah sebagai berikut: (1) anak secara spontan
menunjukkan ketertarikan pada aktivitas permainan (2) menyebut urutan bilangan
tanpa pemahaman, (3) anak mulai menghitung benda-benda yang ada di sekitarnya
secara spontan, (4) anak mulai membandingkan benda-benda dan peristiwa yang ada
di sekitarnya, (5) anak mulai menjumlahkan atau mengurangi angka dan
benda-benda yang ada di sekitarnya (Sriningsih, 2009: 81).
Dalam situs matematika menyenangkan.com, menurut Ismayani (2010) bahwa
tujuan dari pembelajaran Matematika, di taman anak–anak bertujuan sebagai
berikut :
1)
Belajar mengenal angka dan bilangan dari 1 sampai 10.
2) Mengetahui
bahwa bilangan-bilangan itu membentuk sebuah barisan dan dapat menghitungnya
dengan mudah.
3) Menghubungkan
berbagai bilangan tersebut dengan ukuran kuantitas dalam kehidupan nyata.
4) Mengembangkan
kosa kata untuk nama berbagai bentuk geometri bangun datar.
5)
Mengetahui pengertian menjumlah dan mengurangi sebuah
bilangan.
Jadi tujuan pembelajaran
metematika untuk anak TK, adalah untuk mempersiapkan agar anak mengenal konsep
matematika, yang meliputi konsep bilangan, lambang bilangan atau angka, konsep
menjumlah dan mengurangi dan bentuk bangun datar.
Menurut Sriningsih (2009:80) bermain dapat pula dijadikan sebagai sarana
untuk menanamkan kecintaan anak terhadap matematika. Penanaman konsep
matematika dapat dilakukan sedini mungkin melalui kegiatan permainan matematika
yang menyenangkan bagi anak. Kegiatan permainan matematika selain dapat
dijadikan sebagai sarana rekreasi yang menyenangkan, dapat juga dijadikan
sebagai sarana untuk membangun kesiapan dalam belajar matematika pada tahapan
selanjutnya.
Menurut Fromboluti dan Rinck (dalam Sriningsih, 2009:29) anak membangun
konsep-konsep matematika melalui berbagai kegiatan sehari-hari yang ia lakukan.
Konsep matematika dibentuk melalui pengalaman langsung yang dapat dilakukan
anak pada berbagai percobaan atau penemuan. Konsep matematika dapat pula
dikembangkan melalui berbagai kegiatan bermain misalnya bermain pasir, bermain
air, bermain puzzle, bermain balok, bermain masak-masakan. Melalui berbagai
kegiatan ini secara tidak langsung anak belajar tentang konsep ukuran,
bilangan, warna, bentuk dan lain sebagainya. Anak membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk membangun konsep matematika dalam dirinya, karena belajar matematika
memerlukan kemampuan untuk berpikir abstrak.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep
matematika yang diberikan untuk anak usia dini adalah agar anak mulai untuk
mengembangkan kemampuan berpikir tentang simbol untuk mewakili sesuatu benda
dan mengembangkan kemampuan anak akan konsep matematika
No comments:
Post a Comment