a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal
dari kata dasar mampu yang
berarti kuasa (bisa, sanggup)
melakukan. Selanjutnya dijelaskan bahwa kemampuan adalah kesanggupan,
kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri (Depdiknas,2002). Istilah
kemampuan siswa biasa dikenal dengan kompetensi. Menurut Poerwadarminta dalam
kamus umum Bahasa Indonesia, kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk
menentukan atau memutuskan suatu hal. Kompetensi yang ada dalam Bahasa Inggris
adalah competency atau competence merupakan kata benda, menurut
William D. Powell dalam aplikasi Linguist Version 1.0 (1997) diartikan:
Pertama, kecakapan, kemampuan, kompetensi. Kedua, wewenang. Kata sifat dari competence
adalah competent yang berarti cakap, mampu, dan tangkas (Saoping,
2009).
Berpijak dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan siswa
adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikuasai siswa untuk
memperagakan atau mengerjakan sesuatu dengan benar.
b. Pengertian Memahami Konsep
Memahami berasal dari kata
paham yang berarti pengetahuan banyak, mengerti benar, tahu benar. Pengertian
memahami dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 2000 berarti mengerti benar
akan sesuatu (Depdiknas,2002). Konsep dapat dilihat dari pengertian connotative
dan denotative (Womack, 1970). Konsep yang ada pada kamus,
pengertian denotatif adalah ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa
konkret.
Dalam pengertian konotatif,
konsep memiliki pengertian yang lebih luas, antara lain :
1) Konsep adalah kumpulan pengertian abstrak (the abstract body of meaning) yang
berkaitan dengan simbol untuk kelas dari suatu benda (obyek) kejadian atau
gagasan.
2) Konsep bersifat abstrak berisi pengertian yang
berhubungan dengan semua anggota kelas yang mungkin (tidak dengan satu contoh
khusus dari kelas).
3) Konsep adalah subyektif dan internalisasikan.
Konsep menurut Moore (Skeel, 1995:30) adalah “sesuatu
yang tersimpan dalam pikiran-suatu pemikiran, suatu ide atau suatu gagasan”.
Sedangkan Parker menyatakan bahwa “Konsep/gagasan-gagasan tentang sesuatu,
konsep adalah suatu gagasan yang ada melalui contoh-contohnya”.
Dari beberapa pengertian
tentang konsep di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah suatu ide/gagasan
berupa pengertian abstrak yang berkaitan dengan symbol yang diinternalisasi
dari contoh-contoh yang ada atau dari peristiwa konkret. Memahami konsep
berarti mengerti benar tentang pengertian abstrak yang diinternalisasikan dari
contoh-contoh atau peristiwa konkret.
c. Pengertian Bilangan dan Operasi Bilangan
Bilangan adalah konsep matematika yang sangat penting untuk dikuasai
oleh anak, karena akan menjadi dasar bagi penguasaan konsep-konsep matematika
selanjutnya pada jenjang pendidikan formal berikutnya. Bilangan adalah suatu
obyek matematika yang sifatnya abstrak dan termasuk kedalam unsur yang tidak
didefinisikan (underfined term). Untuk menyatakan suatu bilangan
dinotasikan dengan lambang bilangan yang disebut angka. Bilangan dengan angka
menyatakan konsep yang berbeda, bilangan berkenaan dengan nilai sedangkan angka
bukan nilai melainkan suatu notasi tertulis dari sebuah bilangan. Sedangkan
yang dimaksud dengan operasi bilangan menyangkut pengerjaan pada nilai
bilangan. Bilangan itu mewakili banyaknya suatu benda (Sudaryanti, 2006:1).
Operasi bilangan diperkenalkan pada anak setelah anak memahami betul
bilangan dan angka. Anak usia dini dapat memahami operasi bilangan dengan cara
yang sangat sederhana (Sudaryanti, 2006:18). Menurut Suyanto (2005:63),
matematika bukan pelajaran ingatan melainkan mengembangkan kemampuan berpikir.
Jika anak sudah mengenal bilangan dan memahami operasi bilangan maka anak telah
berpikir logis dan matematis, meskipun dengan cara yang sangat sederhana.
Pada anak usia dini kemampuan yang akan dikembangkan diantaranya: (a)
mengenali atau membilang angka; (b) menyebut urutan bilangan; (c) menghitung
benda; (d) menghitung himpunan dengan nilai bilangan benda; (e) memberi nilai
bilangan pada suatu bilangan himpunan benda; (f) mengerjakan atau menyelesaikan
operasi penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan konsep dari konkret ke abstrak.
(Susanto, 2011:62).
Berdasarkan standar NCTM (National Council of Teacher Mathematics) dalam
Suyanto (2005:57) standar matematika untuk TK ada 13 macam, yaitu:
(1) matematika sebagai pemecahan masalah;
(2) matematika sebagai cara berkomunikasi;
(3) matematika sebagai cara berfikir;
(4) hubungan matematis;
(5) estimasi (perkiraan);
(6) mengenal bilangan dan angka;
(7) konsep keseluruhan dan sebagainya;
(8) menghitung semua dan sebagian;
(9) mengenal ruang dan jarak;
(10) pengukuran;
(11) statistik dan probabilitas;
(12) pecahan dan desimal;
(13) pola dan relasi.
Merujuk pada ke 13 standar di atas, operasi bilangan boleh diperkenalkan pada
anak dengan cara yang sangat sederhana dan dapat dipahami anak. Fungsi utama
pengenalan matematika ialah mengembangkan aspek kecerdasan anak dengan
menstimulasi otak untuk berpikir logis matematik. Operasi bilangan termasuk
dalam hubungan matematis, setelah anak mampu berhitung, anak akan
menyampaikannya secara matematis. Hubungan matematis menghubungkan konsep dan
prosedur, matematika dengan kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, kemampuan berhitung bilangan merupakan dasar untuk mengoperasikan bilangan nyata yang
sederhana. Kemampuan mengoperasikan bilangan pada anak akan terwujud ketika anak
sudah memahami betul angka dan bilangan dimulai dari lingkungan terdekatnya,
sejalan dengan perkembangan kemampuannya dapat meningkat ke tahap pengertian
mengenai penjumlahan dan pengurangan. Untuk meningkatkan kemampuan penguasaan
operasi penjumlahan dan pengurangan pada anak, diperlukan pembelajaran yang
melibatkan anak secara aktif untuk berinteraksi dalam proses pembelajarannya.
d. Konsep Bilangan Untuk Anak Usia Dini
Bilangan atau biasa disebut angka tidak
terlepas dari matematika. Bilangan merupakan bagian dari hidup kita, setiap
hari kita selalu menemukan angka atau bilangan, dimanapun dan kapanpun. Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia (1986:140), bilangan berarti banyaknya benda atau
satuan daripada jumlah atau banyaknya sesuatu.
Bilangan banyak ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Namun demikian, banyak anak tidak menyadari bahwa bilangan yang
mereka lihat memiliki arti yang berbeda-beda. Seperti yang telah dikemukakan
oleh Fatimah (2009:9) anak-anak akan belajar membedakan arti bilangan berdasarkan
penggunaan yaitu:
1)
Bilangan kardinal
menunjukkan kuantitas atau besaran benda dalam sebuah kelompok. Kuantitas
terbagi 2 yaitu :
a)
Kuantitas diskret
untuk menjawab pertanyaan berapa banyak benda, diakhiri dengan satuan beda
(buah, butir, ekor)
b)
Kuantitas kontinu
untuk menjawab pertanyaan tentang pengukuran benda, diakhiri dengan satuan
ukuran (meter, jam)
2)
Bilangan ordinal,
digunakan untuk menandai urutan dari sebuah benda, contoh juara kesatu, dering
telepon kelima kalinya, hari Kartini hari ke 21 di bulan April.
3)
Bilangan nominal,
digunakan untuk memberi nama pada benda, contoh : nomor rumah, kode pos, nomor
lantai/ruang di gedung, jam, uang.
Bilangan memiliki beberapa bentuk/tampilan (representasi) yang saling
berkaitan, diantaranya benda nyata, model mainan, ucapan, dan simbol (angka
atau kata). Memahami hubungan antar tampilan bilangan dapat diartikan, sebagai
contohnya setelah anak mendengarkan soal (tampilan bahasa lisan), anak bisa
menunjukkan dengan media balok (tampilan model/benda mainan), menggambarkannya
(tampilan gambar), lalu anak menulis jawaban pada kertas (simbol tertulis angka
atau kata).
Setiap bilangan yang dilambangkan dalam bentuk angka, sebenarnya
merupakan konsep abstrak. Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa dalam
pembelajaran matematika mengenai konsep bilangan, tidak hanya tampilan bahasa
lisan saja tetapi harus diiringi dengan tampilan model/benda mainan ataupun
tampilan gambar. Konsep abstrak ini merupakan hal yang sulit untuk anak usia
dini memahaminya secara langsung.
Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa konsep bilangan itu bersifat
abstrak, maka cenderung sukar untuk dipahami oleh anak TK, dimana pemikiran
anak usia dini berdasarkan pada pengalaman kongkrit. Untuk dapat mengembangkan
konsep bilangan pada anak usia dini tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu
yang pendek, harus dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu lama, serta
dibutuhkan media yang kongkrit untuk membantu proses pembelajaran mengenal
bilangan.
Sedangkan menurut Suyanto (2005: 68), konsep bilangan dapat dikenalkan
pada anak melalui cara-cara sebagai berikut:
a.
Menghitung dengan jari Hampir semua orang berlatih
menghitung permulaan dengan jari tangannya. Guru dapat memulai dengan bertanya
misalnya “Berapa banyak jari tangan kita ya?. Apakah jari tangan kanan sama
banyak dengan jari tangan kiri? Siapa bisa menghitung?”.
b.
Bermain domino Kartu domino berisi lingkaran yang
merepresentasikan bilangan dari kosong sampai 12. Kartu tersebut baik untuk
melatih anak menghitung dan mengenal pola.
c.
Menghitung benda-benda Orang tua dan guru dapat melatih
anak menghitung benda apa saja dan dimana saja.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, untuk mengajarkan angka pada anak
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara yang dapat dilakukan harus
tepat, menyenangkan dan menarik bagi anak. Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mengenalkan angka adalah melalui penggunaan benda konkret. Melalui
penggunaan benda-benda yang konkret, dapat membantu anak untuk bisa memahami
suatu angka dengan benar.
e. Tahapan
Mengenal Konsep Bilangan Pada Anak Usia Dini
Dalam menyampaikan materi pembelajaran mengenal
bilangan untuk anak usia dini, memerlukan tahapan-tahapan dalam penyampaiannya
dan dilakukan secara bertahap.
Menurut Pakasi (Andriyani, 2009:27) terdapat tiga cara
membilang. Pertama membilang dengan menyentuh benda-benda itu dengan jari.
Kedua, membilang dan menunjukkan benda-benda yang dibilang. Sedangkan menurut
teori Piaget (dalam Yusuf, 2005:164) bahwa anak usia dini belajar melalui tiga
tahap yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Pada tahap pertama enaktif anak
memerlukan alat peraga. Setelah belajar menggunakan manik-manik siswa dapat
belajar dengan menggunakan gambar lalu dilanjutkan dengan menggunakan simbol.
Kegiatan berhitung dilakukan sebagai cara agar ide
abstrak konsep bilangan dapat dimodelkan sehingga anak menjadi tahu tentang
angka-angka dan hal-hal yang terkait dengan konsep bilangan. Pendekatan dengan
menggunakan materi konkret dan gambar harus secara intensif dilakukan di
tingkat awal pada anak, sebelum anak memasuki tingkat pengenalan bilangan
selanjutnya seperti yang telah dikemukakan oleh Fatimah (2009:10) tentang
perkembangan konsep bilangan pada anak yaitu:
1)
Pengenalan kuantitas
Anak-anak menghitung sejumlah benda yang telah ditentukan. Dilakukan
secara bertahap, 1-10 kemudian 11-20.
2)
Menghafal urutan nama bilangan
Menyebutkan nama bilangan dalam urutan yang benar.
3)
Menghitung secara rasional
Anak disebut memahami bilangan bila dapat :
-
Menghitung benda sambil menyebutkan urutan nama
bilangan
-
Membuat korespodensi satu-satu
-
Menyadari bilangan terakhir yang disebut mewakili total
benda dalam satu kelompok
4)
Menghitung maju
Menghitung dua kelompok benda yang digabungkan dengan cara:
-
Menghitung semua, dimulai dari benda pertama sampai
benda terakhir
-
Menghitung melanjutkan
-
Menghitung benda dengan cara melanjutkan dari jumlah
salah satu kelompok.
Hal ini dapat dilakukan bila anak sudah dapat membedakan kelompok yang
lebih banyak dan lebih sedikit dengan baik.
5)
Menghitung mundur
Menyebutkan bilangan satu atau lebih kurangnya dari bilangan sebelumnya.
Dilakukan untuk memahami urutan dan posisi bilangan. Berhitung mundur dapat
dilakukan dalam operasi pengurangan, namun efektif bila pengurangan angka
menggunakan angka kecil saja. Apabila angka besar, berhitung mundur hanya akan
menyulitkan anak-anak.
6)
Berhitung melompat
Menyebutkan bilangan dengan cara melompat dengan beda bilangan tertentu
yang sama. Merupakan dasar pemahaman konsep perkalian.
Pada tahapan pemahaman konsep, anak memahami berbagai konsep melalui
pengalaman bekerja dan bermain dengan benda-benda kongkrit, pada tahap transisi
guru dapat mengenalkan lambang konsep dengan menghubungkan antara konsep
konkrit dengan lambang bilangan dan pada tahap lambang guru dapat mengenalkan
berbagai lambang yang ada dalam matematika.
Tahapan-tahapan yang dilakukan tersebut
dilakukan untuk mencapai standar perkembangan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 58 tahun 2009
tentang Standar Pendidikan Usia Dini. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa
standar tingkat pencapaian perkembangan anak kelompok usia 4 - < 6
tahun dalam perkembangan kognitif khusunya mengenai konsep bilangan dan lambang
bilangan adalah menyebutkan lambang bilangan 1-10 dan mencocokan bilangan
dengan lambang bilangan
No comments:
Post a Comment