1.
Pengertian Metode Penemuan
Istilah metode penemuan didefinisikan sebagai suatu
prosedur yang menekankan belajar secara individu, memanipulasi objek atau
pengeluaran/pengkondisian objek dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum
generalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat. Metode ini membutuhkan penundaan
penjelasan tentang temuan-temuan penting sampai siswa menyadari sebuah konsep
(Gilstrap dalam Dimyati, 1992/1993 : 86).
Metode penemuan adalah cara mengajar guru dengan tidak
memberitahukan terlebih daulu dan tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk
berdialog agar ia menemukan sendiri (Ruseffendi, 1991 : 328).
Richard menyatakan bahwa metode penemuan adalah suatu
cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan melalui tukar
pendapat, diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak
dapat belajar sendiri (Rustiyah 2001 : 20)
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa metode penemuan adalah suatu strategi atau cara-cara yang dilakukan oleh
guru di dalam menyelidiki dan menyelesaikan masalah dengan cara siswa menemukan
sendiri.
2. Tujuan Penerapan Metode Penemuan
Dimyati (1992 : 87) mengemukakan bahwa metode penemuan
dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan :
a.
Meningkatkan keterlibatan siswa
secara aktif dalam memperoleh memproses perolehan belajar.
b.
Mengarahkan para siswa sebagai
pelajar seumur hidup.
c.
Mengurangi ketergantuangan kepada
guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan oleh siswa.
d.
Melatih para siswa mengeksplorasi
atau memanfaatkan lingkungannya sebagai sumber informasi yang tidak akan pernah
tuntas digali.
Dengan kata lain, tujuan dari metode penemuan adalah
melatih para siswa agar aktif di dalam pembelajaran dengan tidak tergantung
kepada guru atau buku, tetapi siswa menggali potensi yang ada pada dirinya
dengan cara menemukan sendiri konsep, dalil, atau rumus.
3.
Manfaat Penerapan Metode
Penemuan
Dengan diterapkan metode penemuan dalam pembelajaran
matematika dapat memberikan manfaat bagi siswa diantaranya :
a.
Terciptanya situasi pembelajaran
yang aktif, kreatif, dan inovatif
b.
Siswa memperoleh pengetahuan yang
sebelumnya belum diketahui seperti menemukan dalil-dalil, konsep, atau rumus.
c.
Menambah atau memperkaya
pengalaman peserta didik.
d.
Agar anak berfikir analisis dalam
menghadapi permasalahan yang dihadapi.
4.
Langkah-langkah Pelaksanaan
Metode Penemuan
Gilstrap dalam Moejiono (1991 :
89) mengemukakan langkah-langkah yang harus ditempuh seorang guru dalam
melaksanakan metode penemuan, yaitu :
a. Mengidentifikasi
kebutuhan siswa.
b. Memilih
pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep, dan generalisasi yang
akan dipelajari.
c. Pemilihan
bahan dan masalah atau tugas-tugas yang akan dipelajari.
d. Membantu
memperjelas tugas atau masalah yang akan dipelajari dan peranan masing-masing
siswa.
e. Mempersiapkan
tempat dan alat-alat untuk penemuan.
f. Mengecek
pemahaman siswa tentang masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugasnya dalam
pelaksanaan penemuan.
g. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan penemuan dengan melakukan kegiatan
pengumpulan dan pengolahan data.
h. Membantu
siswa dengan informasi atau data yang diperlukan oleh siswa untuk kelangsungan
kerja mereka, bila siswa menghendakinya.
i. Membimbing
para siswa menganalisis dengan pertanyaan mengarahkan dan mengidentifikasi
proses yang digunakan.
j. Membesarkan
hati dan memuji siswa yang ikut serta dalam proses penemuan.
k. Membantu
siswa merumuskan kaidah, prinsip, ide, generalisasi, atau konsep berdasarkan
hasil penemuannya.
5. Cara Melaksanakan Metode Penemuan
Di dalam penerapannya,
metode penemuan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu :
a. Secara Terpimpin
Dalam
melaksanakan metode penemuan secara terpimpin, pengajaran dapat dimulai dengan mengajukan
pertanyaan, dengan memberikan informasi secara singkat, diluruskan agar tidak
tersesat, dan sebagainya.
Contoh
:
Bentuk
bimbingannya berupa petunjuk, arahan, pertanyaan, atau dialog sehingga
diharapkan siswa sampai pada kesimpulan atau generalisasi sesuai dengan yang
dirancang dan diinginkan guru, sampai siswa dapat menemukan sesuatu misalnya :
Seutas tali dengan berukuran 40 cm
40 cm
Dapat dibentuk menjadi beberapa bentuk dengan
menghasilkan ukuran luas yang berbeda.
a. b.
|
||||||
|
||||||
|
|
c. d.
|
|
|
|
Jawablah :
1. Berapakah luas bangunan A ?
2. Berapakah luas bangunan B ?
3. Berapakah luas bangunan C ?
4. Berapakah luas bangunan D ?
b. Secara Tidak Terpimpin
Dalam
pelaksanaan metode penemuan secara tidak terpimpin, siswa dilepas begitu saja
bekerja untuk menemukan sesuatu.
Contoh
:
Siswa
telah mengetahui bahwa luas persegi panjang adalah panjang dikali lebar. Dengan
menggunakan rumus, siswa diminta atau diharapkan untuk dapat menemukan rumus
luas jajaran genjang yang alas dan tingginya berturut-turut adalah a dan
t satuan.
Guru
menyajikan gambar seperti di bawah ini :
t t
a a
6. Keunggulan dan Kekurangan Metode Penemuan
Gilstrap dkk dalam
Moeldjono dan Dimyati (1991:87) mengemukakan keunggulan-keunggulan dan
kekurangan-kekurangan metode penemuan yang seringkali dibicarakan adalah :
a. Keunggulan-keunggulan metode penemuan antara lain :
1) Metode ini memiliki kemungkinan yang besar untuk membantu memperbaiki
dan atau memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif
para siswa, seandainya siswa dilibatkan secara konsisten dalam penemuan
terbimbing.
Kekuatan atau keunggulan yang lebih besar dari
proses penemuan timbul dari adanya usaha untuk menemukan, di mana sebagai
hasilnya seseorang belajar tentang bagaimana belajar.
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi sifatnya
dan memungkinkan sebagai pengetahuan yang melekat erat pada diri siswa.
3) Metode penemuan dapat menimbulkan gairah belajar pada diri siswa, karena
siswa merasakan jerih payah penemuannya membuahkan hasil.
4) Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan
sesuai dengan kemampuannya sendiri.
5) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan belajarnya sendiri, sehingga ia
lebih merasa terlibat dan termotivasi dengan sendirinya untuk belajar,
sedikitnya pada suatu proyek penemuan khusus.
6) Metode ini berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator
dan pengadministrator dari penemuan.
7) Metode ini membantu perkembangan siswa menuju skeptisme (perasaan
meragukan atau tidak percaya pada suatu hal) yang sehat untuk mencapai
kebenaran yang akhir dan mutlak. Hal ini dapat terjadi karena dalam penemuan
setiap siswa harus mulai dari rasa tidak percaya terhadap apa yang diketahuinya
dari orang lain, dan bila siswa menemukan kebenarannya sendiri maka kebenaran
itu merupakan kebenaran yang benar-benar baginya.
b. Kekurangan-kekurangan metode penemuan antara lain :
1) Metode ini mempersyaratkan suatu persiapan kemampuan berpikir yang dapat
dipercaya.
2) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar pada kelas yang besar jumlah
siswanya.
3) Harapan yang ditimbulkan oleh metode ini mungkin mengecewakan bila
diterapkan untuk guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan
pengajaran yang tradisional.
4) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai metode yang
terlalu menekankan pada penguasaan pengetahuan dan kurang memperhatikan
perolehan sikap dan keterampilan. Padahal sikap dan keterampilan barangkali
diperlukan untuk penguasaan pengetahuan dan atau mengembangkan sosio-emosional
siswa.
5) Dalam beberapa disiplin ilmu mungkin dibutuhkan fasilitas tertentu untuk
menguji gagasan dari disiplin ilmu tersebut yang tidak tersedia di sekolah.
6) Metode ini tidak memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, apabila
sejak awal konsep-konsep yang akan ditemukan telah dipilih oleh guru dan proses
penemuannya juga dibawah bimbingan guru.
No comments:
Post a Comment