Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Tuesday, September 24, 2019

DISIPLIN ILMU ANTROPOLOGI DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V DI SEKOLAH DASAR




A.    Ilmu Antropologi
1.     Pengertian Antropologi
Secara etimologis (akar kata) Antropologi berasal dari istilah bahasa Yunani anthropos yang berarti manusia dan logos yang berarti daya pikir, pikiran, kata, susunan pendapat, cerita, ilmu. Jadi Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia. Dari segi isi, Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat. (Belen, 1990:65)
Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan Antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/ perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode Antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.
Beberapa ahli mendefinisikan Antropologi sebagai berikut :
  1. 7
     
    William A. Haviland : “Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.”
  2. David Hunter : “Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.”
  3. Koentjaraningrat: “Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.”
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana Antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik dan kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
2.  Sejarah Antropologi
Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya. Koentjaraningrat membagi sejarah perkembangan Antropologi dalam empat tahap (fase), yaitu tahap I: sebelum tahun 1800, tahap II: kira-kira pertengahan abad ke-19, tahap III: permulaan abad ke-20, dan tahap IV: sesudah kira-kira tahun 1930.
  1. Tahap I : Sebelum tahun 1800
     Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16 bangsa-bangsa di Eropa Barat menjelajah ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika. Penjelajahan ini kemudian melahirkan penjajahan yang berlangsung sekitar empat abad. Orang-orang dari Eropa Barat  itu menyaksikan adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik berbagai suku bangsa di Afrika, Asia dan Oseania (kepulauan di Samudera Pasifik), dan Amerika (suku-suku Bangsa Indian) yang berbeda dengan bangsa-bangsa di Eropa Barat. Kesaksian ini antara lain melahirkan aneka ragam karya tulis berupa buku kisah perjalanan, laporan serta tulisan-tulisan musafir, pelaut, pendeta, penterjemah kitab suci, dan pegawai pemerintah jajahan. Bahan tulisan itu disebut bahan etnografi (dari kata Yunani ethnos = bangsa dan graphein = menulis) atau pemerian (deskripsi) tentang bangsa-bangsa. Pemerian itu umumnya bersifat kabur, kurang teliti, dan kebanyakan memperhatikan hal-hal yang aneh di mata orang Eropa. Sampai sekarang istilah etnografi masih dipakai untuk menyebut bagian dari ilmu Antropologi yang bersifat deskriptif.
  1. Tahap II : Kira-kira pertengahan abad ke-19
Pada kurun waktu ini lahir tulisan-tulisan hasil penyusunan bahan etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Menurut cara berpikir ini masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat selama beribu-ribu tahun, dari tingkat–tingkat rendah, melalui beberapa tingkat antara sampai ke tingkat-tingkat tertinggi. Menurut para penyusun itu bentuk masyarakat dan kebudayaan tertinggi adalah yang hidup di Eropa Barat, sedangkan yang di luar Eropa digolongkan sebagai primitif, dianggap sebagai contoh-contoh tingkat-tingkat kebudayaan yang lebih rendah, yang merupakan sisa-sisa kebudayaan manusia zaman dahulu. Dengan timbulnya beberapa karangan sekitar tahun 1860 yang mengklasifikasikan (menggolong-golongkan) bahan tentang beragam kebudayaan di seluruh dunia menurut tingkat-tingkat evolusi tertentu lahirlah ilmu Antropologi. Tujuan ilmu ini adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif untuk mendapatkan suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
  1. Tahap III : Permulaan abad ke-20
Dalam kurun waktu ini sebagian besar negara penjajah di Eropa Barat telah berhasil memantapkan kekuasaannya di negara-negara jajahan di luar Eropa. Untuk keperluan pemerintah jajahan dalam menghadapi perlawanan bangsa-bangsa terjajah digunakan ilmu Antropologi. Selain itu, berkembang pemikiran bahwa mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa itu penting karena dengan memahami masyarakat yang tak kompleks akan menambah pemahaman tentang masyarakat yang kompleks seperti di Eropa. Pada tahap ini Antropologi berkembang menjadi ilmu yang praktis, terutama di Inggris. Tujuan antropologi diarahkan kepada mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa untuk kepentingan pemerintah kolonial dan untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
  1. Tahap IV : Sesudah kira-kira tahun 1930
Dalam kurun waktu ini terjadi dua perubahan di dunia, yaitu meningkatnya rasa antipati terhadap kolonialisme sesudah Perang Dunia II dan cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif. Keadaan ini mengakibatkan Antropologi seolah-olah kehilangan lahan garapan dan para ahli berusaha mengembangkan lahan penelitian yang baru. Pada kurun waktu ini terjadi perkembangan Antropologi yang paling luas, dalam arti semakin bertambahnya bahan pengetahuan yang lebih teliti dan semakin dipertajamnya metode-metode ilmiah. Tujuan akademis Antropologi pada tahap ini adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka ragam bentuk fisiknya, masyarakat serta kebudayaannya. Sedangkan, tujuan praktis Antropologi pada masa ini adalah mempelajari manusia dalam aneka ragam masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
Cikal bakal Antropologi yang dimulai dengan etnogarfi dalam seluruh sejarah perkembangannya dari waktu ke waktu melahirkan aneka cabang ilmu/disiplin ilmu seperti yang dapat dilihat pada bagan ilmu-ilmu bagian Antropologi berikut ini serta uraian pengertian ilmu-ilmu bagian itu.

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts