A.
Ilmu Antropologi
1.
Pengertian Antropologi
Secara
etimologis (akar kata) Antropologi berasal dari istilah bahasa Yunani anthropos
yang berarti manusia dan logos yang berarti daya pikir, pikiran,
kata, susunan pendapat, cerita, ilmu. Jadi Antropologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang manusia. Dari segi isi, Antropologi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat. (Belen, 1990:65)
Antropologi
memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap
dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan
Antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada
perbandingan/ perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak
diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode Antropologi sekarang
seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan
masyarakat tunggal.
Beberapa
ahli mendefinisikan Antropologi sebagai berikut :
-
7
- David
Hunter : “Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak
terbatas tentang umat manusia.”
- Koentjaraningrat:
“Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang
dihasilkan.”
Dari
definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana Antropologi, yaitu sebuah
ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik dan kebudayaan
(cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga
setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
2.
Sejarah Antropologi
Antropologi
sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.
Koentjaraningrat membagi sejarah perkembangan Antropologi dalam empat tahap
(fase), yaitu tahap I: sebelum tahun 1800, tahap II: kira-kira pertengahan abad
ke-19, tahap III: permulaan abad ke-20, dan tahap IV: sesudah kira-kira tahun
1930.
- Tahap
I : Sebelum tahun 1800
Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16
bangsa-bangsa di Eropa Barat menjelajah ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika.
Penjelajahan ini kemudian melahirkan penjajahan yang berlangsung sekitar empat
abad. Orang-orang dari Eropa Barat itu
menyaksikan adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik
berbagai suku bangsa di Afrika, Asia dan Oseania (kepulauan di Samudera
Pasifik), dan Amerika (suku-suku Bangsa Indian) yang berbeda dengan
bangsa-bangsa di Eropa Barat. Kesaksian ini antara lain melahirkan aneka ragam
karya tulis berupa buku kisah perjalanan, laporan serta tulisan-tulisan
musafir, pelaut, pendeta, penterjemah kitab suci, dan pegawai pemerintah
jajahan. Bahan tulisan itu disebut bahan etnografi (dari kata Yunani ethnos
= bangsa dan graphein = menulis) atau pemerian (deskripsi) tentang
bangsa-bangsa. Pemerian itu umumnya bersifat kabur, kurang teliti, dan
kebanyakan memperhatikan hal-hal yang aneh di mata orang Eropa. Sampai sekarang
istilah etnografi masih dipakai untuk menyebut bagian dari ilmu Antropologi
yang bersifat deskriptif.
- Tahap
II : Kira-kira pertengahan abad ke-19
Pada kurun waktu ini lahir
tulisan-tulisan hasil penyusunan bahan etnografi berdasarkan cara berpikir
evolusi masyarakat. Menurut cara berpikir ini masyarakat dan kebudayaan manusia
telah berevolusi dengan sangat lambat selama beribu-ribu tahun, dari
tingkat–tingkat rendah, melalui beberapa tingkat antara sampai ke
tingkat-tingkat tertinggi. Menurut para penyusun itu bentuk masyarakat dan
kebudayaan tertinggi adalah yang hidup di Eropa Barat, sedangkan yang di luar
Eropa digolongkan sebagai primitif, dianggap sebagai contoh-contoh
tingkat-tingkat kebudayaan yang lebih rendah, yang merupakan sisa-sisa
kebudayaan manusia zaman dahulu. Dengan timbulnya beberapa karangan sekitar
tahun 1860 yang mengklasifikasikan (menggolong-golongkan) bahan tentang beragam
kebudayaan di seluruh dunia menurut tingkat-tingkat evolusi tertentu lahirlah
ilmu Antropologi. Tujuan ilmu ini adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan
primitif untuk mendapatkan suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam
sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
- Tahap
III : Permulaan abad ke-20
Dalam kurun waktu ini sebagian besar
negara penjajah di Eropa Barat telah berhasil memantapkan kekuasaannya di negara-negara
jajahan di luar Eropa. Untuk keperluan pemerintah jajahan dalam menghadapi
perlawanan bangsa-bangsa terjajah digunakan ilmu Antropologi. Selain itu,
berkembang pemikiran bahwa mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa itu penting
karena dengan memahami masyarakat yang tak kompleks akan menambah pemahaman
tentang masyarakat yang kompleks seperti di Eropa. Pada tahap ini Antropologi
berkembang menjadi ilmu yang praktis, terutama di Inggris. Tujuan antropologi
diarahkan kepada mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar
Eropa untuk kepentingan pemerintah kolonial dan untuk mendapatkan pengertian
yang lebih baik tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
- Tahap IV : Sesudah kira-kira
tahun 1930
Dalam kurun waktu ini terjadi dua perubahan
di dunia, yaitu meningkatnya rasa antipati terhadap kolonialisme sesudah Perang
Dunia II dan cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif. Keadaan ini mengakibatkan
Antropologi seolah-olah kehilangan lahan garapan dan para ahli berusaha
mengembangkan lahan penelitian yang baru. Pada kurun waktu ini terjadi
perkembangan Antropologi yang paling luas, dalam arti semakin bertambahnya
bahan pengetahuan yang lebih teliti dan semakin dipertajamnya metode-metode
ilmiah. Tujuan akademis Antropologi pada tahap ini adalah mencapai pengertian
tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka ragam bentuk
fisiknya, masyarakat serta kebudayaannya. Sedangkan, tujuan praktis Antropologi
pada masa ini adalah mempelajari manusia dalam aneka ragam masyarakat suku bangsa
guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
Cikal
bakal Antropologi yang dimulai dengan etnogarfi dalam seluruh sejarah
perkembangannya dari waktu ke waktu melahirkan aneka cabang ilmu/disiplin ilmu
seperti yang dapat dilihat pada bagan ilmu-ilmu bagian Antropologi berikut ini
serta uraian pengertian ilmu-ilmu bagian itu.
No comments:
Post a Comment